PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Oktober 13, 2018

Sambungan ketujuh: Sejarah Desa Lebo



Keajaiban Hidup


Meniti Garis Takdir


Shasi obong2 (2020)

Wiwit ajar ngepit (Juli 20)

Kin iedul fitri (2020)

Akikah Kin

Akikah Kin 1






Berbicara mengenai keajaiban hidup, dari zaman dahulu sampai sekarang sesungguhnya sudah tak terhitung banyaknya dan tak ada habisnya untuk dibahas menurut versi dan kadar masing-masing. Sebagaimana lazimnya suatu keajaiban muncul karena kehadirannya dinilai sulit diterima akal bahkan seolah-olah bertentangan dengan nalar sehat. Ambil contoh misalnya, Stephen Khoo Hawking seorang fisikawan asal Inggris. Sungguhpun mengalami tetraplegia, sejenis kelumpuhan hampir total, tetapi dia dikaruniai otak yang brilian dan cemerlang sehingga ia dapat mencapai prestasi keilmuan yang dapat disejajarkan dengan fisikawan kelas dunia, Albert Einstein. Di balik kekurangannya terdapat berkah tersembunyi sehingga patut disyukuri. Bagi mereka yang tidak sependapat barangkali akan berkilah dan mencari apologia dengan mengatakan bahwa ayah sang pembawa berkah tersebut merupakan seorang sarjana S3 sehingga pastilah memiliki kemampuan lebih dalam merawat dan mendidik anaknya dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang kondisi dan latar belakang keluarganya mungkin jauh lebih buruk. Bagaimanapun pelajaran hidup banyak ditemukan, sehingga kearifan muncul dan dapat dirasakan. Seiring dengan perjalanan waktu dan pergulatan hidup di ibu kota takdir mempertemukan Rudy dengan Sugeng Bahagijo, seorang pemuda energik dan cerdas asal Tuban, Jawa Timur. Awalnya sebagai tetangga baru, terutama gara-gara istri Rudy tertarik pada seorang bayi laki-laki mungil yang sedang digendong seorang nenek untuk berjemur di bawah sinar matahari pagi. Setelah ditelisik, ternyata perempuan sepuh tersebut adalah nenek buyut dari Taufan Satrio, seorang bayi lucu yang masih berusia sekitar delapan bulan. Kata sang nenek, ibu Taufan terpaksa meninggalkan bayinya sejak masih berumur dua bulan sementara pulang ke negeri asal Filipina untuk mengurus status visa kunjungan ke Indonesia. Sungguh unik, dari awal berkenalan dengan bayi mungil, kemudian berlanjut berkenalan dengan ibunya, dan ujungnya berkenalan dengan suaminya, Sugeng Bahagijo sekaligus ayah dari sang bayi. Itulah sebuah titik awal perkenalan, dan lama kelamaan semakin dekat sehingga sudah seperti layaknya kakak beradik. Kedekatan hubungan itu secara tak langsung membuat Rudy kian banyak mengetahui keadaan dan latar belakang keluarganya. Berbeda dengan dirinya, tampaknya Sugeng berasal dari keluarga yang kurang harmonis. Perilaku dan kebiasaan buruk sang ayah rupanya telah menyebabkan ibunya bersedih dan merasa tertekan, sehingga ia terpaksa meninggalkan keluarga serta pergi entah kemana, dan tak tahu rimbanya. Mirip dengan pengalamannya yang sepeninggal kedua orang tua ia dirawat dan dibesarkan oleh nenek, demikian pula dengan dirinya. Saat perkenalan pertama di Jakarta Rudy menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana ia meniti karier benar-benar merayap mulai dari bawah.

Menimba Kearifan Hidup

Sebenarnya cukup banyak riwayat perjalanan hidup luar biasa dapat dijumpai pada diri orang lain. Sebagai contoh sosok Kak Seto, seorang tokoh pendidikan tersohor, sebagaimana dituturkan sendiri, memulai kariernya dengan berpetualang dan boleh dikatakan benar-benar melata dari tingkat yang paling bawah. Ia berangkat untuk mengadu nasib ke Jakarta tanpa sanak saudara yang dituju. Ia pernah tidur di emperan sebuah toko dan diguyur air oleh petugas Satpam. Ia juga pernah bekerja sebagai buruh tenaga kasar. Dengan latar belakang yang berbeda pengalaman dan perjalanan hidup luar biasa juga dialami oleh Firmanzah dari Surabaya. Ia mencetak sejarah baru sebagai dekan termuda Fakultas Ekonomi dalam tradisi kepemimpinan di Universitas Indonesia. Selain itu dia pernah menjadi Staf Khusus Presiden RI di bidang ekonomi. Ia merupakan anak ke-8 dari 9 bersaudara, dilahirkan dari seorang ibu yang buta huruf dan bekerja sebagai pedagang buah di depan rumahnya. Pada usia dua tahun ia harus kehilangan figur ayah karena bercerai dengan ibunya. Sementara sang ibu mengalami tiga kali perceraian. Sampai sekarang ia tak pernah berjumpa lagi dengan ayahnya dan tidak mengetahui dalam keadaan masih hidup atau sudah meninggal. Setelah melewati proses panjang dan naik turun dalam kehidupan selama lebih kurang dua dasawarsa, tampaknya sampailah Sugeng pada titik yang dicita-citakan kendati perjalanan belum lagi usai. Setidaknya, dalam kapasitasnya sebagai aktivis lembaga swadaya masyarakat dan selaku Direktur Pelaksana INFID (International Forum for Indonesia Development), sejauh ini ia telah memiliki jaringan luas di tingkat internasional dan hampir tak terhitung banyaknya ia melanglang buana ke berbagai kota di seluruh penjuru dunia. Namun berikut ini juga merupakan keajaiban hidup yang patut menjadi renungan. Sang proklamator sekaligus Presiden RI ke-1 Soekarno yang hampir seluruh masa mudanya dihabiskan untuk berjuang demi kemerdekaan bangsanya, tetapi pada ujung perjalanan hidupnya ia meringkuk dalam tahanan sendirian hingga akhir hayatnya. Demikian pula kaisar Prancis Napoleon Bonaparte sang penakluk daratan Eropa hingga Rusia harus berakhir dalam kesepian, diasingkan di pulau Saint Helena hingga ajal menjemput.

Halaman: 1 2



Bersambung ke Buku Kedua: Menguak Rahasia Doa (1)
Kembali ke: Sambungan keenam: Sejarah Desa Lebo

Simak Juga:




Posting Komentar