PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"
Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan

Maret 27, 2022

Tuhan Maha Demokratis


Cikal Bakal Demokrasi

Untuk memahami demokrasi secara lebih utuh ada baiknya menyimak kembali secara ringkas sejarah perkembangan demokrasi di dunia. Gagasan demokrasi muncul sejak abad ke-2 sebelum masehi. Saat itu flilsuf terkemuka dari Yunani, Aristoteles membagi sistem pemerintahan ke dalam dua penilaian, yakni sistem yang baik dan sistem yang buruk. Penilaian itu lebih didasarkan pada teknis bagaimana pemerintahan itu diperoleh dan dilaksanakan. Menurutnya, demokrasi langsung dinilai bukan sistem pemerintahan yang baik, karena keputusan yang buruk dapat diambil akibat turut sertanya warga yang nirkapasitas. Contohnya, dalam sistem demokrasi yang menerapkan prinsip “one man one vote” keputusan seorang profesor dengan emak-emak tukang gado-gado di dalam bilik suara pada saat pemilihan umum nilainya sama. Lebih lanjut Aristoteles membandingkan antara pemerintahan oleh satu orang dengan bentuk monarki dinilai lebih baik dari pada bentuk tirani. Sementara pemerintahan oleh sedikit orang dengan bentuk aristokrasi berkarakter baik, sedangkan oligarki buruk. Berabad abad sesudah itu demokrasi menghilang hingga muncul kembali pada abad 15 dalam bentuk teori-teori kekuasaan. Pada masa abad pertengahan itu kekuasaan negara yang super kuat dan disokong oleh legitimasi dari gereja dikritik. Lahirlah teori kontrak sosial yang dicetuskan oleh John Locke dan Thomas Hobbes, lalu ada pula teori kekuasaan oleh Voltaire dan J.J.Rosseau. Dalam perkembangannya pada abad berikutnya, seorang tokoh pejuang demokrasi sekaligus presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, menjelaskan tentang pengertian demokrasi. Menurutnya, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Disebutkan bahwa demokrasi menghendaki kebebasan bagi tiap-tiap individu untuk menyampaikan kepentingannya, serta memberikan ruang tanpa kecuali untuk turut menentukan keputusan dalam pemerintahan.

Islam dan Khilafah

Ketika datang Islam sehingga sempat membuat jazirah arab yang gersang dan tandus berubah menjadi pusat kekuasaan dan peradaban dunia, pemerintahan kaum muslim saat itu berbentuk khilafah, kata lain dari monarki di bawah bimbingan atau berlandaskan agama (Islam) atau disebut teokrasi. Dan setelah dunia Islam mengalami kemunduran bahkan keruntuhan, pada medio abad 20 tampil sejumlah pemikir dari kalangan ulama dari Timur Tengah, salah satu di antaranya adalah Dr Hasan Asy Syarqawi yang masih terobsesi romantisme zaman keemasan dan kejayaan khilafah. Dalam bukunya berjudul “Manhaj Ilmiah Islam” (manhaj=metode, pen) ia menjelaskan dan dengan gigih mempropagandakan atau mengkampanyekan sistem pemerintahan khilafah seraya menolak bahkan mengecam sistem demokrasi yang dikatakannya sebagai metode buatan manusia yang sesat dan menyesatkan, karena menganut sekularisme dan menghamba materialisme. Pengaruh pemikirannya sampai di Indonesia sehingga belakangan muncul kelompok muslim garis keras menyebut pemerintahan dengan sistem demokrasi sebagai kafir, toghut, musuh Islam dan sebagainya. Dalam keterangannya, hanya Tuhanlah pemilik hak dan wewenang untuk membuat peraturan serta perundang-undangan bagi manusia di jagat raya ini, dengan mendasarkan dalil Alquran.

“...keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah...”

Yusuf 40

Padahal pandangan tersebut tanpa disadari secara langsung atau tidak langsung sesungguhnya telah mengabaikan sabda Nabi saw yang artinya “kalian lebih mengetahui dengan urusan duniamu”. Karena mengelola kehidupan masyarakat dalam tatanan negara termasuk urusan dunia.

Pada umumnya sistem khilafah secara garis besar berpijak pada satu ayat Alquran sebagai landasan utama pemikirannya, yang artinya: “Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim”.

al-Maidah 45.

Dari ayat tersebut logika yang dibangun kemudian adalah hanya ulama yang mumpuni dalam ilmu agamalah yang mengetahui “apa yang diturunkan Allah” sebagaimana dimaksud dalam ayat tersebut. Sehingga dengan demikian pemimpin tertinggi sebuah negara harus dipegang oleh seorang ulama. Jika diikuti alur logika tersebut, maka arahnya semakin mengerucut (jelas), khususnya di Indonesia, bahwa pemimpin tertinggi dalam sistem khilafah yang dianggap paling sahih dan otoritatif tak lain hanyalah etnis Arab (habib), utamanya yang mengklaim dirinya sebagai keturunan Nabi saw.

Semenjak Indonesia bebas dari belenggu rezim tirani presiden Soeharto lalu memasuki fase transisi menuju demokrasi di satu sisi, ideologi khilafah hampir tidak mendapatkan tempat untuk berkembang dan mewujudkan impiannya. Namun di sisi lain, dalam iklim demokrasi pula mereka seakan menemukan ruang bebas untuk mengkampanyekan ideologi tersebut melalui dakwah terselubung dengan agenda politik. Sehingga banyak ustad “kampung” Jakarta yang termakan propaganda tersebut lalu ikut menyebarkannya kepada umat tingkat akar rumput dengan jargon buatan sendiri yang berbunyi “kitab suci di atas konstitusi”. Alam pikiran masyarakat akar rumput yang sudah terpapar indoktrinasi dengan mudah berubah menjadi sebuah orkestrasi gerakan politisasi agama seperti yang terjadi pada musim Pilkada DKI Jakarta periode lalu, sehingga terjadi polarisasi dan membelah masyarakat secara tajam, mengikuti kedua kubu pasangan calon gubernur Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama yang akrab dipanggil AHOK. Dalam perkembangannya, sistem demokrasi semakin jamak digunakan oleh dan dipraktikkan di banyak negara pasca Perang Dunia II. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah mengapa demokrasi mengglobal? Jawabnya adalah karena inilah temuan sekaligus merupakan karya besar manusia yang dinilai paling sedikit menistakan kemanusiaan. Namun demikian, sebagian ahli dan pemikir dari kalangan umat muslim alih-alih berminat dan berniat untuk menggali nilai dan spirit demokrasi dalam Islam, malah masih berkutat dan memaksakan ideologi khilafah, khususnya di Indonesia, karena dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan zaman, seraya mengecam demokrasi. Padahal bila diteliti dan ditelisik lebih jauh, sistem dan semangat demokrasi telah ada dan dikenal justru malah sebelum nabi Adam as diciptakan sebagaimana diriwayatkan dalam kitab suci Alquran. Nampak dalam dialog tersebut Tuhan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada makhlukNya untuk menyatakan pendapat dan berekspresi sambil menghargai dengan cara melayani dan menanggapi atau menjawab apa yang disampaikan hambaNya.

Islam dan Demokrasi

Prinsip utama demokrasi adalah penghormatan terhadap kebebasan individu meliputi hak hidup, hak menyatakan pendapat dan berekspresi. Dari perspektif tersebut, dapat disimak beberapa kutipan dialog monumental berikut yang mengisyaratkan sekaligus sebagai bahan kajian tentang nilai dan spirit demokrasi yang terkandung dalam Alquran.

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku Pencipta (manusia) di bumi sebagai khalifah". Malaikat berkata: "Apakah Engkau ciptakan makhluk yang akan merusak dan menumpahkan darah (sesamanya) di muka bumi, sementara kami senantiasa bertasbih dengan pujianMu dan menyucikanMu?".(Tuhan menjawab): "Sesungguhnya Aku lebih mengetahui segala yang tidak kalian ketahui". Kemudian dialog antara Tuhan dan iblis itu berlanjut.

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah"

Al-A'raf 12

Mendengar keterangan demikian, dialog masih berlanjut.

Iblis berkata (memohon kepada Tuhan): "Berilah aku kesempatan hingga hari kebangkitan kelak"

Al-A'raf 14

Dan seperti diketahui, pada ujung dialog Tuhan pun mengabulkan permohonan Iblis. Tak hanya itu, sifat dan sikap demokratis Tuhan itu lagi-lagi ditunjukkan dalam sebuah dialog dengan Nabi Ibrahim as. Bahkan nabi Ibrahim as dapat dibilang terlalu "lancang” karena telah berani “mengkritisi" atau “mempertanyakan” eksistensi dan atau kekuasaan Tuhan. Namun alih-alih murka, Tuhan malah dengan “telaten” dan “murah hati” memperlihatkan buktinya.

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "(Bukan begitu, Tuhan). Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap kokoh (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Al Baqarah 260

Terakhir nilai dan spirit demokrasi itu juga dipraktikkan nabi Ibrahim as sebagaimana diriwayatkan dalam Alquran yang monumental karena kemudian menjadi dasar perintah ibadah kurban itu. Diriwayatkan, pada suatu saat Ibrahim as hendak melaksanakan mimpi benarnya untuk menyembelih Ismail as, anaknya sendiri yang amat disayanginya. Sekalipun ia yakin bahwa mimpinya itu merupakan perintah dari Tuhan untuk dilaksanakan, namun ia tetap terlebih dahulu bertanya kepada anaknya untuk mendengarkan dan meminta pendapatnya.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur bertanggung jawab) berusaha bersama nabi Ibrahim, Ibrahim pun berkata: "Wahai anakku, sesungguhnya aku telah melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?". Ia menjawab: "Aduhai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah ayah akan mendapatkan aku termasuk orang-orang bersabar".

As-Saaffat 102

Jadi, kandungan nilai dan spirit demokrasi itu, baik tersurat maupun tersirat, sesungguhnya cukup berserak dalam Alquran. Selama berabad-abad bahkan di kalangan ulama besar Timur Tengah, jika berbicara tentang sistem demokrasi dalam Islam, para ulama selalu dan hanya mengacu pada Alquran surat as-Syura 3
…sedang urusan mereka (didasarkan pada) musyawarah antara mereka..

Ayat tersebut sesungguhnya lebih merujuk pada implementasi dan praktik sistem demokrasi. Sebagai contoh, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah merupakan hasil final dari kesepakatan (musyawarah dan mufakat) di antara seluruh pemangku kepentingan yang mewakili segenap komponen bangsa Indonesia sebagai negara kebangsaan. Mengubah kesepakatan itu sama saja artinya melanggar ajaran yang terkandung dalam ayat tersebut.

Tuhan Maha Demokratis

Jika sejauh ini dalam penelitian para ulama terdahulu telah berhasil menyusun kompilasi sifat-sifat Tuhan yang utama sebanyak 99, yang dikenal sebagai asmaul husna, maka dari paparan dalam tulisan ini nyatalah bahwa kompilasi asmaul husna itu dapat digenapkan menjadi 100, sebuah angka sakral yang menggambarkan keparipurnaan. Untuk sekadar catatan bahwa dari hasil kompilasi para ulama terdahulu sifat-sifat Tuhan itu sesungguhnya mencapai hingga ratusan ribu jumlahnya. Hanya saja, tidak diketahui dari sekian banyak sifat Tuhan tersebut apakah salah satu di antaranya terdapat sifat Tuhan Maha Demokratis. Jika tidak ada, maka benarlah temuan Mohammed Arkoun, guru besar ilmu sejarah di Universitas Sorbone, Paris, Prancis, yang menyebutkan bahwa para ulama pada zaman keemasan dunia Islam dahulu, dalam kegiatan penelitian sesungguhnya telah mengalami apa yang disebut sebagai “bias (rentang) waktu dan politik”. Akibatnya, cukup banyak (juga) hasil penelitian mereka karena pengaruh kondisi lingkungan, sosial dan budaya pada puluhan abad silam bisa jadi tidak relevan (lagi) dengan perkembangan kondisi saat ini. Dari pengaruh sealiran pemikiran Arkoun itu pula di Indonesia pernah muncul gagasan untuk melakukan reinterpretasi dan reaktualisasi Alquran yang diprakarsai oleh KH Munawir Sadzali, Menteri Agama era Orde Baru, namun entah mengapa rupanya gayung kurang bersambut di kalangan cendekiawan muslim dan ulama, sehingga ide itu layu sebelum berkembang.


Maret 19, 2021

Filsafat Penderitaan di Dunia


Korban perang ISIS di Timur Tengah






Mengapa saya (yang harus) tertimpa nasib malang? Mengapa saya (yang harus) terkena dampak Covid-19?

Dalam kondisi pandemi covid-19 sekarang ini, orang yang terdampak langsung, dan mengalami penderitaan yang berat, seringkali bertanya “Kenapa harus saya?”. Pertanyaan seperti ini adalah pertanyaan eksistensial dan esensial yang sudah muncul dalam teks-teks keagamaan sejak ribuan tahun lalu. Salah seorang pemikir kontemporer yang menggali jawaban atas pertanyaan semacam itu adalah Harold Kushner, seorang teolog dan rabbi Yahudi terkemuka, dalam bukunya “When Bad Thing Happen to Good People”. Sementara sejauh ini belum ada dan belum muncul ulama dari kalangan umat muslim yang secara khusus meneliti dan mendalami untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Buku tersebut bukan buku yang terbit di masa pandemi covid-19, tapi merupakan sebuah buku klasik tentang teologi penderitaan yang terbit awal tahun 1981 dan peredarannya mendunia, sehingga menjadi buku yang terkenal dan terus dibaca sampai hari ini. Telaahnya univeral dan mampu memberikan inspirasi serta kekuatan rohani secara nalar sehat dalam menghadapi kehidupan dunia yang memang tidak mudah dipahami ini.
Buku ini merefleksikan isu-isu teologis-filosofis secara populer, mengenai pertanyaan spesifik: “Mengapa orang baik-baik menderita?” dan sebaliknya "orang jahat hidupnya malah enak dan penuh suka cita". Penderitaan orang-orang yang baik ini bukan hanya merupakan masalah bagi dirinya dan keluarga, tetapi juga bisa merupakan masalah bagi orang yang merindukan teriptanya sebuah dunia yang adil, yang layak untuk dihuni. Masalah penderitaan ini tidak hanya fisik, sosial, ekonomi, tapi bisa sampai pada persoalan teologis-filosofis tentang keadilan Tuhan, dengan kasih-sayang-Nya, bahkan juga menyangkut perdebatan mengenai keberadaan Tuhan itu sendiri. Banyak orang yang menghadapi penderitaan yang berat, memilih untuk menjadi ateis setelah meragukan adanya kebaikan dan kasih sayang Tuhan.

Halaman: 1 2 3



Oktober 12, 2020

Hukum Mengadakan dan Menghadiri Acara Tahlilan


sumber: bincang syariah

Menjaga keseimbangan





Pembahasan mengenai hukum sebuah acara tahlilan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) hukum mengenai mengadakan atau menyelenggarakan tahlilan, dan (2) hukum tentang menghadiri acara tahlilan. Sebelum membahas lebih lanjut tentang acara tahlilan, lebih dahulu perlu diketahui tentang makna 'tahlilan' itu sendiri. Tahlilan merupakan kata bentukan (kata kerja yang dibendakan) dari akar kata 'tahlil'. Secara etimologi (bahasa), kata 'tahlil' berarti membaca kalimah tauhid, yakni 'laa ilaaha ill Allah' yang artinya 'tiada tuhan (zat yang patut disembah atau mengabdikan diri)selain Allah'. Sedangkan secara

Oktober 07, 2020

Salat Dhuha untuk Membuka Pintu Rezeki, Benarkah?



Kucing mata duitan






Diriwayatkan dari seorang generasi tabi’in yang banyak bergaul dengan para sahabat Nabi saw pernah ditanya tentang surat Alquran apakah yang paling sering membuat para sahabat menangis. Ia menjawab surat Hud. Kemudian ia ditanya lagi, ayat berapakah

Agustus 22, 2020

Beda Paradigma dalam Kebenaran









Hakikat Kebenaran

Dalam Islam pesan agar senantiasa berusaha dan berjuang untuk menegakkan kebenaran tertuang dalam Alquran.

وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ...

...serta nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran

Al-Ashr 3

Hanya saja apa itu kebenaran (dan kebaikan) secara spesifik tidak didefinisikan dalam Alquran. Kecuali gambaran secara implisit dan simbolik sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Fatihah dengan istilah "jalan lurus".

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus,

Al-Fatihah 6

Namun secara global dan dogma, Alquran sebagai wahyu dari Allah swt yang diturunkan melalui rasulNya, Muhammad saw, mengandung dan membawa pesan tentang kebenaran dan kebaikan. Hanya Nabi saw yang mengetahui hakikat kebenaran dan kebaikan sebagaimana dikehendaki Allah swt. Oleh karena itu, sepeninggal Nabi saw timbul berbagai macam perbedaan dalam pemahaman, bahkan kadang bertentangan secara diametral antara satu pemahahaman dan pemahaman lain, baik pada Alquran maupun sunnah Nabi saw sendiri yang fungsinya sebagai penjelas wahyu Alquran.



Selain melalui wahyu Ilahi, untuk mencari dan menemukan hakikat kebenaran manusia melalui jalur pemikiran dengan menggunakan kemampuan akal pikiran yang dikenal dengan metode filsafat. Bedanya, jalur wahyu dimulai atau diawali dengan percaya lebih dahulu, kemudian mencari bukti. Meskipun jalur wahyu terbuka juga kemungkinan untuk bertolak dari sikap tidak percaya (agnostik), sebagaimana diriwayatkan dalam Alquran QS 2:260 tentang dialog nabi Ibrahim as dan Tuhan. Sementara metode filsafat menghendaki didahului dengan tidak percaya, kemudian mencari bukti.

Perbedaan paradigma dan prinsip terhadap kebenaran antara Islam dan non Islam



Right or wrong my country adalah sebuah ungkapan sebagai semboyan yang terkenal dari Lord Palmerston pada abad XIX dari Inggris yang artinya benar atau salah adalah negara saya. Negara harus selalu dibela. Pemahaman dan spirit atau semangat untuk menegakkan kebenaran yang mewakili dunia nonmuslim itu boleh dikatakan jauh berbeda bahkan bertolak belakang bila dibandingkan dengan ajaran Islam. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kisah nabi Ibrahim as ketika menghancurkan patung-patung berhala di sekeliling ka'bah dalam menegakkan ajaran tauhid atau monotheisme atau keesaan Tuhan, meskipun harus bertentangan dan berhadapan dengan orang tuanya sendiri. Begitu pula yang dilakukan Nabi saw dalam menyampaikan dakwah dan menegakkan kalimah Allah swt, meskipun harus bertentangan dan berhadapan dengan pamannya, Abu Lahab. Namun kemudian Islam mengatur bagaimana sikap anak kepada orang tua yang mengajak kepada kemusyrikan dan jalan kesesatan.

وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَاوَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًاوَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan

Luqman 15

Kendati demikian, dalam dunia hukum dikenal sebuah adagium berasal dari dunia nonmuslim yang senafas dengan ajaran Islam berbunyi Fiat Justitia Ruat Caelum dari Lucius Calpurnius Piso Caesoninus (43 SM) yang bermakna: Keadilan Harus Ditegakkan Meskipun Langit Akan Runtuh.


Juni 15, 2020

Siapa yang Menghina Islam?!

Anjing pintar itu tahu batas suci tempat ibadah, sehingga dia memilih duduk di tapal batas



SIAPA YANG MENGHINA ISLAM... ?!

"Yang menghina agamamu tidak bisa merusak agamamu, yang bisa merusak agamamu justru prilakumu yang bertentangan dg ajaran agamamu." (KH.Ahmad Mustofa Bisri).






Seringkali saya menemukan orang2 yang disebut ulama, ustad, da’i, dosen, dan bahkan professor perguruan tinggi Islam yg katanya membela Islam tapi dalam sikap, perkataan, dan tindakan

Juni 02, 2020

Tuhan Tidak Hanya Memberi Petunjuk, Tetapi Juga (Bisa) Menyesatkan


Sumber: https://www.idntimes.com

Ngetril dan jurang kali







Dalam rukun iman yang keenam adalah percaya pada takdir (qadar) dan qadha. Tentang takdir dan qadha tersebut telah dikupas dan dibahas secara mendalam sejak zaman mutakallimun yang kadang ‘nampak’ seperti penuh ‘kontradiksi dan membingungkan’, sehingga kemudian melahirkan dua golongan paham yang berbeda secara diametral, yakni

Mei 09, 2020

Cara Meraih Kebahagiaan di Akhirat










Pada abad-abad lalu, kebanyakan para ulama mengajarkan bahwa konsep amar ma'ruf, seperti melaksanakan salat dan ibadah karena mengharapkan pahala sebagai bekal umtuk masuk ke dalam sorga. Sedangkan konsep nahi munkar didasarkan karena takut masuk ke neraka. Pemahaman tersebut dalam ilmu manajemen sumber daya manusia dikenal sebagai pendekatan reward and punishment dalam rangka untuk menegakkan disiplin. Namun

April 11, 2020

Mengungkap Rahasia Hubungan Jin dan Manusia











Beratus bahkan mungkin ribuan sudah tulisan yang membahas tentang makhluk yang terembunyi atau biasa disebut makhluk halus bernama jin, di samping malaikat dan iblis atau setan. Prof Quraish Shihab secara khusus menulis yang diterbitkan dalam tiga seri buku membahas tentang malaikat, jin, dan setan (iblis). Secara garis besar dapat dicatat

April 09, 2020

Benarkah Seikh Siti Jenar Sesat?










Pertama-tama dan paling utama satu hal yang perlu diluruskan adalah tentang teknik penulisan sejarah. Dalam banyak kasus, penulisan sejarah dilakukan oleh pihak penguasa, sehingga narasinya kerapkali cenderung subjektif, dipenuhi prasangka dan bias penguasa. Atau setidaknya karena kesalahan dalam berpikir dan menilai

April 05, 2020

Perangkap Taklid dan Islamisme



Emang jago beneran








Latar Belakang

Sesudah zaman keemasan dunia muslim yang berlangsung begitu singkat, bahkan sebelum masa itu sendiri berlalu, ditandai dengan insiden pembunuhan khalifah Utsman ra, fitnah besar pun terjadi. Umat muslim tercabik-cabik dan terseret ke dalam pusaran berbagai aliran dan sekte. Sekalipun hal tersebut sesungguhnya tidak terlalu mengejutkan jika merujuk pada sabda Nabi saw yang menyebutkan bahwa umat pengikut beliau kelak akan terpecah menjadi 73 golongan. Tiap aliran dan sekte mengklaim bahwa hanya dirinyalah yang mewakili Islam yang "benar", dan bukan golongan lain. Setelah itu perlahan tapi pasti, melalui proses sejarah yang panjang muncullah aliran ortodoks besar, seperti Sunni, Syiah dan Khawarij, melalui program pengumpulan dan penyusunan buku-buku hadis yang dikenal dengan al-shihah, yaitu buku-buku yang khusus memuat hadis-hadis sahih. Ketiganya muncul setelah dan sepanjang pertikaian dan perang saudara yang timbul dan dicatat dalam sejarah peradaban Islam sesudahnya. Dari catatan fakta sejarah tersebut satu hal dapat disimpulkan atau dipastikan bahwa episentrum perpecahan umat muslim adalah masalah sosial-politik, bukan soal ritual keagamaan. Berbeda dengan hal-hal ritual yang bersifat statis dan sudah baku, sebaliknya bidang muamalah khususnya kondisi sosial-politik merupakan perkara yang bersifat dinamis seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karenanya kemudian, perdebatan panjang hampir sepanjang sejarah muslim di antara para ulama tak lepas dari latar belakang sosial-politik tersebut yang dimanifestasikan dalam kajian theologis. Puncaknya adalah kehadiran Imam Ghozali yang merasa "prihatin" ketika menyaksikan perdebatan atau persisnya pertikaian di kalangan umat muslim yang berlarut dan tak kunjung habis itu. Sehingga ia sampai pada suatu kesimpulan untuk menolak filsafat dalam memahami agama. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, setelah itu dunia muslim asyik dan "tenggelam" dalam kegiatan ibadah ritual demi mengejar dan meraih kebahagiaan akhirat seraya melupakan kehidupan dunia seakan tidak atau kurang memahamai peringatan Alquran berikut.

...وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّـهُ الدَّارَ الْآخِرَةَوَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi

Al-Qasas 77

Perubahan arah pemikiran tersebut menimbulkan dua pengaruh dan dampak sekaligus. Di satu sisi, pelan tapi pasti sejak saat itu dunia muslim mulai mengalami kemunduran. Di sisi lain, dunia Barat mulai mengambil alih peran kepemimpinan di dunia yang telah dipegang kaum muslim selama ratus tahun itu. Guna melerai dan meredam kian sengitnya perdebatan, pertikaian dan perselisihan di kalangan ulama tersebut, maka sejak saat itu para ulama sepakat ditutuplah pintu ijtihad.

Halaman: 1 2 3 4




Maret 24, 2020

Tuhan "Suka" Membuat Kejutan











Dalam beberapa hal atau dapat disebut terkadang Tuhan "suka" membuat surprise atau kejutan sebagaimana dinyatakan dalam Alquran.

...إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ

Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka, sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,

Ibrahim 42


Selain hal yang disebutkan pada kelanjutan ayat tersebut di atas, berikut juga merupakan kejutan lain yang sepertinya jarang diperhatikan dan menjadi bahan renungan oleh kaum muslimin dan mukminin.
  • Mungkin para penziarah ka'bah khususnya yang datang dari Indonesia dalam rangka melaksanakan ibadah haji atau umrah belum banyak yang mengetahui apa yang ada di Hijir Ismail. Yakni sebuah bangunan dari batu dan keramik setinggi kira-kira 50 sintimeter berbentuk setengah lingkaran yang terletak di salah satu sisi bangunan ka'bah. Menurut Dr Ali Syari'ati, seorang cendekiawan muslim asal Iran, dalam bukunya berjudul "Haji" disebutkan bahwa di Hijir Ismail itu dimakamkan salah seorang istri Rasulullah saw bernama Hindun. Beliau seorang janda yang sudah berumur, bekas hamba sahaya berkulit hitam berasal dari Abesinia, sebuah negara di benua hitam Afrika. Di sini Tuhan menunjukkan sebuah kejutan. Jika seorang raja atau penguasa dari golongan manusia pada umumnya menunjukkan kekuasaan dan kewibawaannya dengan cara membangun istana yang megah dengan sederet perempuan cantik jelita dan muda belia sebagai pendamping atau permaisurinya. Maka di ka'bah sebagai baitullah atau rumah Allah Yang Maha Kuasa, Tuhan justru sebaliknya menunjukkan kesederhanaan dan kebersahajaan. Sebagaimana dapat disaksikan bahwa ka'bah hanyalah sebuah bangunan sederhana terbuat dari batu dengan tampilan apa adanya, sementara di sampingnya dikuburkan seorang perempuan telah berumur yang dijuluki ummul mukminin, berasal dari negeri lain sebagai "penunggu" atau pendampingNya. Dan bukan pula Khatijah istri pertama Nabi saw yang kaya raya dan telah banyak berjasa dalam perjuangan beliau membangun masyarakat yang berakhlak mulia berdasarkan ketauhidan itu.
  • Masih segar dalam perhatian dan perbincangan di tengah kesibukan negara-negara di dunia ketika artikel ini ditulis terkait merebaknya wabah virus covid-19 atau dikenal dengan virus corona yang berawal dari negeri tirai bambu, China. Dalam waktu singkat kurang dari dua bulan pandemi virus corona yang sangat mematikan itu telah menyebar ke banyak negara di benua Asia, benua Eropa dan benua Amerika.
    Dari peristiwa besar yang mendunia dan belum pernah terjadi sebelumnya itu setidaknya menyisakan penanda dan pengingat yang patut dicatat serta direnungkan. Selain karena erat kaitannya dengan berjangkitnya wabah tersebut juga lagi-lagi Tuhan menunjukkan kejutan sebagaimana termaktub dalam Alquran dan melalui sabda Nabi saw berikut.

    • إِنَّ اللَّـهَ لَا يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَافَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْوَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّـهُ بِهَـٰذَا مَثَلًايُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًاوَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ

      Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

      Al-Baqarah 26

    • Kebenaran ayat tersebut semakin lengkap dengan adanya sabda Nabi saw dalam sebuah Hadist berikut.

      اطلب العلم ولو بالصين

      Tuntutlah ilmu walaupun (harus) sampai ke negeri China

      Khusus dalam dunia politik di Indonesia, utamanya hampir sepanjang musim kampanye Pilpres 2018-2019 nama negara China menjadi bulan-bulanan dan bahan amunisi bagi kubu serta pendukung capres-cawapres Prabowo-Sandi untuk menyerang kubu capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf Amin. Tanpa disadari bertolak belakang bahwa karena demi kepentingan politik para pengusung dan pendukung Prabowo-Sandi yang kebanyakan dan menonjol adalah dari kalangan umat muslim itu telah memandang sebelah mata dan meremehkan bahkan merendahkan harkat serta martabat China, sementara Nabi saw sendiri mengapresiasi dan menghargainya.

      Melalui peristiwa tersebut China telah berhasil memetik hikmah di balik musibah dengan menunjukkan jati dirinya, antara lain dengan kecepatan dan kesigapannya dalam mengambil langkah dan tindakan melawan wabah tersebut dalam waktu relatif singkat, lalu membangun rumah sakit dengan fasilitas ribuan tempat tidur khusus untuk menangani wabah corona tersebut bak nabi Sulaiman as membangun istana melalui bantuan jin. Dan tak kalah penting adalah kemampuan China menemukan dan membuat obat virus corona yang belum pernah dikenal sebelumnya.
      Tuhan telah membuat dunia khususnya kaum muslim Indonesia yang selama ini mencemoohkannya sebuah kejutan yang mau tak mau harus diakui faktanya dan direnungkan tentang rahasia hikmah di baliknya.


Maret 20, 2020

Ketika Manusia Menggugat Tuhan











Tulisan ini dimaksudkan sebagai tanggapan atas artikel yang diturunkan penulisnya, Muhammad Fajar Siddiq, dengan judul Tuhan, Aku Tidak Pernah Ingin Menjadi Manusia!" di media kompasiana tertanggal 22 Februari 2020. Menyimak alinea demi alinea mulai dari judul hingga introduksi bahkan lebih jauh mendekati separoh dari isi artikel, selain menarik juga memakau --karena topik yang diangkat terbilang cukup imaginatif, genuin, dan kontroversial-- sungguh

Februari 03, 2020

UAS Ditanya, Tidak Mau atau Tidak Mampu Menjawab?


















"Pertinyiinnyi", kata Tukul Arwana (baca: Pertanyaannya): "Kenapa Alquran dimulai (bukan "dumulai") dengan surah Al Fatihah?", atau pertanyaannya dapat diganti: "Kenapa surat Al-Alaq (di sana ada ayat pertama kali diturunkan) tidak ditempatkan di awal Alquran?". Dalam video di atas tampaknya Ustad Abdul Somad (UAS) sengaja tidak memberikan jawaban yang bagi publik penontonnya bisa memunculkan pertanyaan baru

Januari 02, 2020

Cara Menolong Allah swt










Dahsyatnya Rentang Waktu


Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa masa hidup manusia pertama Adam as selama menetap di bumi adalah pada sekitar tahun 5.ooo SM. Jika dibandingkan dengan umur alam semesta yang jutaan tahun, sesungguhnya eksistensi manusia di muka

Desember 12, 2019

Benarkah Tuhan Memberikan yang Terbaik?









Dalam pembicaraan sehari-hari atau dalam acara ceramah agama seringkali kita mendengar ungkapan dan nasihat terutama ditujukan kepada mereka yang sedang tertimpa kesedihan atau musibah bahwa Tuhan pasti memberikan sesuatu yang terbaik kepada umatNya. Baik dalam pengertian apa yang baik atau menyenangkan maupun apa yang buruk dalam arti apa yang tidak

Desember 02, 2019

Sejarah Lahirnya Theologi Islam







POKOK PIKIRAN

Theologi Islam atau secara umum pemikiran theologi awalnya lahir sebagai problem politik. Dengan kata lain, pemikiran theologi dimulai dari pengalaman empiris, bahkan dalam soal-soal praktis. Karena pada dasarnya masyarakat Arab pada waktu itu sudah mengenal tuhan, meskipun mereka mempersekutukan dengan tuhan lain. Sementara dalam

November 25, 2019

Pemahaman Akhlak Nabi saw Ditinjau Kembali










قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّ

Katakanlah kebenaran walaupun itu pahit (Hadis riwayat Baihaqi).



Fakta adalah sebuah kebenaran dalam arti nyata adanya dan bukan fiksi atau karangan. Mengatakan fakta bukanlah suatu perbuatan dosa, bahkan dalam kondisi tertentu dianjurkan sebagaimana nasihat dalam hadis tersebut.
Mengatakan bahwa bung Karno yang berperan penting

November 17, 2019

Kuasakah Tuhan Menciptakan Tuhan?









Artikel ini bermula dan terinspirasi sekaligus memberikan apresiasi sebuah status di facebook berikut, dalam upayanya untuk menjelaskan persoalan agama melalui dalil aqly atau menggunakan nalar bukan dogma atau naqly.





Kepalang tanggung menggunakan jalan akal, maka dengan kemampuan daya nalar pula tulisan ini ingin menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang sangat kritis

November 11, 2019

Renungan Maulid Nabi: Reinterpretasi dan Reaktualisasi Pemahaman








Berbicara mengenai akhlak atau budi pekerti Nabi saw, maka autentitas keluhuran atau keagungan akhlak Nabi saw sesungguhnya tidak dapat diragukan lagi, karena Allah swt sendiri yang mengisbatkan hal tersebut.

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Al-Qalam 4

Sehingga olah karenanya kemudian Tuhan