PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

April 09, 2020

Benarkah Seikh Siti Jenar Sesat?










Pertama-tama dan paling utama satu hal yang perlu diluruskan adalah tentang teknik penulisan sejarah. Dalam banyak kasus, penulisan sejarah dilakukan oleh pihak penguasa, sehingga narasinya kerapkali cenderung subjektif, dipenuhi prasangka dan bias penguasa. Atau setidaknya karena kesalahan dalam berpikir dan menilai terhadap suatu bahan penulisan sejarah. Sebagai contoh, dalam sejarah kerajaan Demak Aryo Penangsang, adipati Jipang, dicatat dan dicitrakan sebagai pemberontak dan penjahat yang melawan pemerintah yang sah karena dilatarbelakangi persaingan politik. Dan itu yang paling banyak atau kerapkali terjadi. Rezim otoriter presiden RI ke-2 Soeharto memerintahkan guru besar FISIP Universitas Indonesia Nugroho Notosusanto untuk menulis sejarah yang menonjolkan peran dan jasa Soeharto seraya mengecilkan peran dan jasa presiden RI pertama Soekarno selama masa revolusi dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan. Modus dan distorsi sejarah semacam itu tak tertutup kemungkinan sehingga dapat saja terjadi dan menimpa Siti Jenar karena konflik kepentingan yang dilatarbelakangi perebutan pengaruh di tengah masyarakat yang notabene waktu itu masih banyak yang memeluk agama Hindu dan Budha. Selain faktor dan latar belakang tersebut, perbedaan tajam antara Siti Jenar dan kelompok Walisongo dalam pemahaman theologi juga disebabkan oleh paradigma serta pendekatan pemikiran antara kedua "kubu", dimana kelompok Walisongo menggunakan pendekatan dan mengikuti aliran "syariat" atau fikih dengan bahasa halal-haram. Sedangkan Siti Jenar melalui pendekatan serta mengikuti aliran "filsafat" dengan bahasa kebenaran hakiki. Analoginya, kedua aliran tersebut ibarat kendaraan bermotor, aliran "syariat" menggunakan sistem atau model (gigi) manual, sedangkan aliran "filsafat" menggunakan sistem atau model (oto)-matic.Di bagian lain, jika jumlah seluruh wali yang sepuluh itu sebagai representasi aliran metode pendekatan pemikiran, maka metode pendekatan pemikiran "syariat" merupakan kelompok mayoritas atau kebanyakan yang diwakili oleh Wali Songo. Sedangkan hanya kelompok kecil dan kalangan terbatas saja (1:10) yang berminat dan mampu menggunakan metode pendekatan filsafat.

Pandangan Seikh Siti Jenar tentang "manunggaling kawolu Gusti" atau "wihdatul wujud"



Tudingan "mengaku sebagai tuhan" yang disematkan di atas pundak Siti Jenar boleh jadi hanya sebuah rekayasa atau mengada-ada karena motif dan latar belakang rivalitas sebagaimana disebutkan di atas.

Halaman: 1 2 3 4



Simak Juga:




Posting Komentar