PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Agustus 20, 2015

Bila Tuhan Tak Lagi Di sini








Seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK dewasa ini, ilmu marketing tampaknya tak mau ketinggalan. Berbagai kiat dan inovasi dikembangkan. Termasuk inovasi produk sebagai objek dari pemasaran itu sendiri, seperti halnya di bidang layanan jasa keuangan. Sejak zaman penjajahan dulu, bangsa Indonesia --kaum
penjajah Belanda menyebut Inlander atau bangsa pribumi-- dapat bertahan hidup cukup dengan uang satu benggol (dua setengah sen). Suatu “prestasi” yang bangsa Belanda sendiri merasa heran sekaligus kagum.  Pasar barang bekas onderdil mobil di Asem Reges dulu ramai dikunjungi orang karena mobil yang layaknya sudah menjadi besi tua dapat disulap dan tetap dapat layak untuk dikendarai. Peraturan “Three in One” di wilayah Segi Tiga Emas tak berarti dan efektif lagi gara-gara ulah akal-akalan para joki. Oleh karenanya tak usah heran bila di alam kemajuan seperti sekarang fenomea menjual jasa doa yang menuai kontroversi itu muncul.
Dalam ilmu pemasaran dikenal dan berlaku prinsip hukum permintaan dan penawaran. Itu hukum bukan buatan manusia, tetapi semacam hukum alam. Fenomena komersialisasi doa itu (biasanya berkaitan dengan keperluan yang bersifat profan dan materiil) muncul sesungguhnya karena ada kebutuhan di dalam masyarakat. Kebutuhan (“demand” dalam istilah ilmu pemasaran) itu di mata profesi marketer menjadi peluang pasar. Jika ditelaah lebih jauh, kebutuhan seperti doa muncul pada dasarnya berawal dari awamnya atau kurang pahamnya akan hakikat dan fungsi atau peran doa sebagai salah satu cara untuk mencapai maksud dan tujuan atau keinginan dalam perspektif sifat-sifat ketuhanan. Kalau seseorang misalnya, menerima sepusuk surat dan sebelum dibuka ia berdoa agar surat itu isinya bukan berita buruk, maka doanya tidak akan dikabulkan. Sebab apa yang tertulis di dalam surat itu (berita buruk) sudah terlaksana dan tidak mungkin diubah. Dalam modus seperti ini kebanyakan masyarakat menganggap dengan sifat Tuhan Maha Kuasa, maka apapun dapat terjadi atau tidak ada yang tidak mungkin. Padahal Tuhan Maha Kuasa dengan syarat bahwa apa yang dikehendakiNya tidak mengandung kontradiksi dalam dirinya. Kalau ditanya apakah Tuhan dapat membuat seutas tali dengan hanya memiliki satu ujung? Manusia tidak bisa mendapatkan api yang dapat dipakai untuk memasak tetapi tidak menghanguskan. Bila Tuhan tidak dapat membuat sebuah segi empat panjang yang jumlah sudutnya di dalam tidak 360%, maka Tuhan mustahil membuat makhluk yang tidak memiliki sifat-sifat kemakhlukan alias sama dengan diriNya. Tuhan menciptakan hukum alam atau sunnnatullah dan akal manusia sebagai karunia untuk mengungkapkan rahasia alam, agar dapat dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia dan alam semesta. Hukum alam merupakan peraturan yang sama yang menjadi landasan berlangsungnya kehidupan alam semesta. Kalau tidak ada hukum alam maka tidak akan ada ilmu pengetahuan. Bidang kedokteran berhasil menemukan obat diabetes yang dinamakan insulin, karena keadaan kencing manis menunjukkan tanda-tanda yang sama dan mengikuti peraturan tertentu.. Lalu ada pikiran, jika seorang anak kecil terkena penyakit lumpuh (polio), apa yang dapat dilakukan? Kalau kemudian obat sudah cukup, maka tidak perlu berdoa. Mungkin orang dengan mudah mengatakan bahwa perlu berusaha dua macam, yaitu obat dan doa. Akan tetapi doa menjadi kecil artinya, selain untuk mengungkapkan perasaan, tak lebih.
Dalam suatu firman dikatakan bahwa Tuhan dekat sekali, bahkan lebih dekat dari urat leher (setiap) manusia. Jadi, tidak ada alasan bagi seseorang untuk merasa jauh dari Tuhannya. Doa yang berkaitan dengan hajat hidup di dunia sebenarnya lebih bersifat inspiratif, karena selalu harus disertai catatan bahwa dalam pelaksanaannya manusia mau tak mau mesti tunduk pada sunnatullah itu.Sementara untuk keperluan hidup di akhirat bagi para penganut agama hanya dua harapan dalam doanya, yakni pengampunan dan ridaNya.

نَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya

Qaaf 16

Kemerosotan akhlak dan penyimpangan agama juga pernah terjadi di lingkungan umat Nasrani. Pada abad ke-16 dulu di daratan Eropa, ketika pengaruh kekuasaan Gereja demikian besar nyaris tanpa batas telah mengungkung kehidupan umatnya, alih-alih agama membawa pencerahan dan kesejahteraan bagi umatnya, justeru menyusahkan dan menyesatkan. Kebejatan akhlak di lingkungan gereja di masa Paus Alexender VI, ditambah dengan penjualan surat-surat pengampunan dosa telah memicu lahirnya gerakan Remormasi yang dimotori Marteen Luther di Jerman, di samping Zwingli dan Calvin. Semua sejarah masa lalu tampaknya tidak juga menjadi bahan pelajaran, melainkan hanya menguatkan adagium sejarah itu sendiri bahwa sejarah setiap kali berulang.

Simak Juga:




Posting Komentar