PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"
Tampilkan postingan dengan label Al-Maidah-Yusuf. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Al-Maidah-Yusuf. Tampilkan semua postingan

Februari 12, 2021

Alquran sebagai Penawar, Meluruskan Tafsir









Sejauh ini banyak kalangan umat Islam memahami dan meyakini bahwa Alquran merupakan obat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit didasarkan pada sejumlah ayat dalam Alquran berikut. Namun sesungguhnya pemahaman dan keyakinan tersebut, baik dari segi cara memahami atau penafsiran atas ayat-ayat tersebut maupun praktik pengobatannya itu sendiri sudah mengalami salah kaprah yang perlu bahkan harus diluruskan.


  1. يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ


    Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

    Yunus 57



  2. ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِن بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِّلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


    kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

    An-Nahl 69



  3. وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا


    Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

    Al-Isra 82



  4. وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَّقَالُوا لَوْلَا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ ۖ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ ۖ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُولَـٰئِكَ يُنَادَوْنَ مِن مَّكَانٍ بَعِيدٍ


    Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".

    Fussilat 44

Halaman: 1 2 3



Juli 14, 2019

Khilafah vs Pancasila









Jika ditarik agak sedikit ke belakang dalam catatan sejarah, ideologi khilafah bermula dan dikenal di Indonesia sejak pasca Perang Dunia II tepatnya pada dekade 1950-an dengan munculnya gerakan Pan-Islamisme yang digagas dan dicetuskan oleh cendekiawan muslim asal Afghanistan, Jamaluddin Al-Afghani. Sedangkan penyebutan istilah khilafah itu sendiri sesungguhnya lebih merupakan

April 26, 2019

Berselisih Pendapat itu Rahmat?






Seperti halnya persaingan, bersilisih pendapat dalam berbagai bentuknya selain merupakan gejala naluriah dan alamiah sesungguhnya juga merupakan derivasi atau turunan dari gejala persaingan itu sendiri. Perselisihan pendapat (mulai) timbul dan muncul ketika satu pihak mengajukan pikiran dan pendapat tanpa dilandasi dalil atau alasan yang sesuai kaidah penalaran yang sah dan dapat diterima akal sehat sebagaimana dikenal dan diakui dalam ilmu filsafat, atau bahkan tanpa dilandasi alasan sama sekali.  Menurut Ibnu Taimiyyah, kebenaran yang dilandasi argumen yang kokoh tidak dapat diingkari kecuali oleh orang yang bodoh ('jahil'). Berkaitan dengan soal berselisih pendapat tersebut sebagian orang merujuk pada sebuah hadist berikut yang memunculkan pertanyaan.

Benarkah di Balik Berselisih Pendapat Terdapat Rahmat?


Hadist berikut kerapkali dijadikan rujukan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

اخْتِلَافُ أُمَّتِي رَحْمَةٌ

Perbedaan umatku adalah rahmat

Selain hadist mengenai berselisih pendapat tersebut sebenarnya tidak ada sanad dan matannya, substansinya jelas tidak senafas bahkan justru bertentangan dengan ayat Alquran berikut yang menyebutkan bahwa pada intinya mereka yang senantiasa berselisih pendapat itu tidak mendapat rahmat dari Tuhan kecuali hanya sedikit, yakni mereka yang dapat mengajukan argumen yang kuat.

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ ۚوَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka

Hud 118-119

Jika dianalogikan dengan perspektif hukum (fiqih) yang menyebutkan bahwa muslim yang terlibat perkelaian yang mengakibatkan pembunuhan, maka yang membunuh dan dibunuh sama-sama menjadi ahli neraka, bedanya si pembunuh masih memiliki kesempatan untuk melakukan taubat. Dalam kasus perselisihan pendapat, mereka yang terlibat sama-sama tidak mendapatkan rahmat Tuhan. Bedanya, pihak yang bodoh ('jahil', menurut Ibnu Taimiyyah) akan tergolong manusia yang didiamkan Tuhan di hari perhitungan kelak, karena tidak mau menggunakan nalarnya. Sementara pihak yang mau menggunakan nalar sehatnya diangkat martabatnya beberapa derajat di sisi Tuhan. Dan satu hal yang perlu dicatat dan diingat bahwa pihak yang memulai dan atau mengajak kepada kemungkaran, dalam ini perselisihan, nilai keburukannya sudah barang tentu bertambah atau lebih besar dari perbuatan mungkar itu sendiri. Lebih-lebih jika perselisihan pendapat itu timbul dan dimulai dengan lontaran bernada dan bernuansa kebencian serta fitnah sebagaimana biasa dilakukan kaum Yahudi, seperti contohnya tuduhan berzina kepada Maryam yang merupakan ibu dari nabi Isa as.

وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَىٰ مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا

Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina),

An-Nisaa 156

Fenomena Trump (Post Truth)

Fenomena taktik dan strategi siraman fitnah dan hate speech yang marak dalam kancah perpolitikan di negeri Indonesia akhir-akhir ini sesungguhnya merupakan buah dari 'berguru' kepada kaum Yahudi, yang berbasis pada perselisihan pendapat.

Itulah kira-kira logika, timbangan dan nalar hukumnya, ditinjau dari nilai positif dan negatifnya sebagaimana dimaksudkan dan disebutkan dalam ayat berikut.

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ* وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula

Az-Zalzalah 7-8


Februari 10, 2019

Makna Bersyukur dalam Islam











Bersyukur dari kata dasar 'syukur' yang diterjemahkan dengan terima kasih bertolak dan berawal atau berpangkal dari 'perasaan menyenangkan'. Kata kuncinya adalah 'perasaan'. Dari keadaan dan pengalaman batin yang menyenangkan tersebut muncul sikap dan tanggapan positip dalam bentuk penghargaan atas suatu kebaikan, kemurahan, bantuan, hadiah, anugerah dan atau semacamnya yang diterima serta dirasakan oleh penerima. Selanjutnya, perasaan tersebut merangsang suatu pemikiran, antara lain yang paling pokok adalah sebab musabab atau asal usul datangnya 'perasaan menyenangkan' tersebut. Jika dalam pemikirannya yang bersangkutan mengira dan menganggap bahwa 'perasaan menyenangkan' tersebut timbul berasal atau berkat hasil dari jerih payahnya sendiri, maka (dapat) berpotensi melahirkan sikap takabur, congkak dan sombong.


Tetapi jika pemikiran dan sikapnya menganggap bahwa 'perasaan menyenangkan' tersebut berasal dari pihak luar dan tanpa peran dirinya, baik sebagian maupun keseluruhan, maka barulah (dapat) muncul pandangan dan sikap menghargai dan pada gilirannya timbul pikiran dan perasaan bersyukur pada sebab dan sumber datangnya 'perasaan menyenangkan' tersebut. Untuk memberikan sentuhan dan membangkitkan rasa bersyukur, dunia pendidikan zaman dahulu yang masih memberikan mata pelajaran budi pekerti memberikan ilustrasi sebuah cerita satire sebagai berikut.

Dikisahkan tersebutlah Sudiman, seorang pekerja kuli upah yang sehari-hari bekerja sebagai penggali atau pemecah batu di sebuah bukit batu yang terletak tak jauh dari desa tempat tinggalnya. Selama bertahun-tahun sudah ia menjalani profesi atau pekerjaan tersebut dengan bayaran pas-pasan untuk sekadar menghidupi seorang istri dan dua anaknya, namun hingga kini nasibnya tak juga berubah. Hari itu matahari sangat terik. Cahayanya yang menyilaukan dan panas menyengat menerpa Sudiman yang sedari tadi tampak basah kuyup bermandi keringat, meski ia mengenakan sebuah 'caping' (sejenis penutup kepala terbuat dari kulit bambu). Sambil menyeka keringat yang membasahi dahi dan meleleh melewati pelupuk mata, sejenak ia berhenti mengayunkan kapak batu seraya dan berdiri tegak untuk sekadar meluruskan punggung yang terasa pegal sementara tenggorok sudah mulai terasa haus, tampak wajahnya mendongak ke atas menatap teriknya matahari dari balik capingnya. Seketika itu terbersit dalam benaknya angan-angan seraya berbisik dalam hatinya: "Wahai.., andai saja aku jadi matahari, hidupku tidak akan menderita kepanasan seperti ini..!". Aneh bin ajaib, atas kehendak, izin dan kemurahan Zat Yang Maha Kuasa seketika itu juga dia berubah menjadi matahari! Namun keesokan harinya, ketika matahari memancarkan cahayanya yang amat terik tiba-tiba datang mendung hitam tebal dan tak lama kemudian turun hujan lebat disertai petir menyambar-nyambar. Menyaksikan hal tersebut sang matahari 'jadi-jadian' menggerutu dan merasa kecewa karena sinarnya tertutup mendung dan dikalahkan oleh hujan. Maka ia pun kembali berandai-andai ingin menjadi mendung dan hujan. Sekali lagi keajaiban terjadi. Atas kuasa dan izin Zat Yang Menguasai Alam Semesta seketika itu juga sang pemecah batu gunung itu berubah menjadi awan mendung. Waktu pun terus bergulir, sampai tiba hari esoknya awan mendung 'jadi-jadian' itu pun bergerak bergulung-gulung berwarna hitam pekat menutup langit. Tak lama kemudian turunlah hujan lebat dan lama sekali sehingga terjadi banjir besar yang mengepung dan hampir menenggelamkan bukit. Namun bukit batu cadas itu pucuknya tampak tetap perkasa menjulang tinggi tak tersentuh oleh air bah. Menyaksikan hal tersebut awan mendung lagi-lagi bersungut-sungut dan kecewa seraya berangan-angan ingin berubah menjadi bukit batu cadas. Lagi-lagi keajaiban terjadi. Untuk kesekian kalinya Zat Yang Maha Kuasa menunjukkan sifat Maha Pemurah dan PengasihNya, dan awan mendung pun seketika itu berubah menjadi bukit batu cadas. Sepertinya apa yang disebutkan dalam Alquran itu dapat terwujud.

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!", maka terjadilah dia

Yasin 82

Ayat tersebut oleh sementara ustadz dan ahli agama kerapkali diartikan dan dipahami secara harfiah (leterlijk, Belanda), sehingga menurut mereka cerita fiksi tersebut diyakini dapat saja terjadi di dunia nyata. Mereka barangkali lupa bahwa struktur kalimat dari ayat tersebut adalah kalimat pengandaian karena pernyataan tersebut diawali dengan kata اذا (jika) yang sifatnya hakiki dan normatif.

Demikianlah, hari pun berganti, ketika seorang kuli penggali dan pemecah batu lain datang melakukan pekerjaan sehari-hari menggempur bukit batu tersebut, lagi-lagi sang bukit batu jadi-jadianmengeluh dan kecewa karena dapat dikalahkan oleh pemecah batu itu. Maka ia pun berangan-angan ingin menjadi pekerja kuli batu. Dan keajaiban pun lagi-lagi terjadi. Bukit batu jadi-jadian itupun seketika berubah kembali kewujud aslinya, yakni kuli pemecah batu. Semenjak saat itu,ia berjanji dan bertekad dalam hati untuk menapaki hari-harinya selalu dengan perasaan nrimo ing pandum (menerima suratan takdir Tuhan tanpa berhenti berikhtiar) dan menjalani hidup ini dengan rasa syukur atas segala pemberianNya, seraya senantiasa mengingat dan merenungkan makna terdalam dari ayat berikut.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"

Ibrahim 7


Dalam hal itu Allah swt juga mengingatkan:

وَضَرَبَ اللَّـهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّـهِ فَأَذَاقَهَا اللَّـهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat

An-Nahl 112

Dalam kajian etika atau akhlak mulia, kata 'syukur' biasa disandingkan dengan kata 'sabar'. Sebaliknya dari 'rasa menyenangkan" adalah 'rasa tidak menyenangkan' yang berpotensi memunculkan tanggapan negatip dan memicu kekecewaan dan penyesalan bahkan kemarahan bagi yang merasakannya. Karena tak tertutup kemungkinan bagi orang yang tertimpa keadaan tersebut melampiaskan amarahnya atau paling tidak memprotes kepada Tuhan Sang Pencipta bisa saja mengatakan 'Tuhan tidak Adil'..! Padahal cara dan sikap demikian tidak akan menyelesaikan masalah dan malah lebih menyusahkan diri sendiri. Sedangkan Tuhan Yang Maha Menciptakan telah memberikan tuntunan.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّـهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"

Al-Baqarah 156

Karena pada dasarnya, keadaan 'perasaan tak menyenangkan' sebagian besar adalah merupakan akibat dari perbuatan yang bersangkutan sendiri.

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

As-Syura 30


Oktober 28, 2018

LGBT di Mata PAN dan PPP












Dua sosok 'ulama sorban', terutama 'juragan tereak' Habib Riziek rupanya belum siuman dari mimpi panjang lebih dari 1 milenium yang lalu. Perlu dicatat bahwa ilmu fikih yang masuk ke Indonesia yang dipakai hingga hari ini sesungguhnya merupakan produk budaya Timur Tengah (khususnya bangsa Arab) yang bias gender (bias laki laki), atau dengan kata lain lelaki lebih dominan atas perempuan. Lalu di mana letak spirit Islam yang disebut mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan dengan ilmu tafsir dan fikih semacam itu..?!

Inilah salah satu contoh aspek yang akan ditafsir kembali (reinterpretasi) dan dimaksudkan oleh Munawir Sadzali dan kawan-kawan yang belum terwujud keburu dipanggil Yang Maha Kuasa.



Ya ilah... 'bang Nain', si bapak mencak-mencak, karena senjata 'kuntonya' udah kebelet, akan tetapi 'sarungnya disembunyikan' sama perempuannya.
Seperti cerita wayang saja, dimana Gatotkoco yang sejak lahir di dalam perutnya tersimpan sarung senjata 'kunto' melawan adipati Karno sang pemilik senjata pamungkas 'kunto' (berbentuk tombak)


Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) dalam pandangan kedokteran dan biologi sesungguhnya sudah banyak dan sejak lama dibahas.Pada intinya, sebagai ilmu pengetahuan, biologi bebas nilai atau moral sehingga tidak ada kriteria baik dan atau buruk. Nilai menurut pandangan manusia bisa berbeda pada suatu tempat dan saat yang berbeda. Jadi dalam biologi, istilah tidak normal itu tidak

Oktober 18, 2018

Rasionalisasi Theologi




Percaya terhadap sesuatu tanpa melalui proses berpikir atau pemikiran, itu namanya ilut-ikutan. Atau dalam bahasa agama disebut 'taklid'. Hampir sepanjang sejarah zaman keemasan kekhalifahan muslim telah terjadi perdebatan sengit, khususnya mengenai theologi

September 14, 2018

Kisah Paman dan Rasul

Kayak Kung, toh?!

Berikut adalah kisah dua orang paman dari dua orang nabi besar dalam satu garis keturunan kakek dan cucu, yakni Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw. Pengalaman hidup sebagai anak yatim piatu telah menempa jiwa seorang anak kecil bernama Muhammad menjad

September 01, 2018

Perangkap Kultus Individu dalam Islam











Dalam satu dekade terakhir ini gejala pengkultusan individu yang dikemas dalam bentuk acara pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad saw cukup merebak di seantero negeri Indonesia. Jika dirunut pada awalnya kegiatan itu sesungguhnya

Juni 19, 2017

Adakah Cara untuk "Mengakali" Tuhan?




Adakalanya dalam kehidupan sehari-hari masa kini mudah ditemukan perilaku antara orang (-orang) yang berilmu (berpendidikan) dan orang (-orang) yang tidak berilmu (kurang pendidikan) hanya berbeda tipis saja, bahkan hampir tidak ada bedanya. Tak sedikit orang yang berilmu melakukan sesuatu (kesalahan atau kesengajaan?) justru karena dengan ilmu yang dimiliki mereka merasa menguasai seluk beluk masalah sehingga dianggap mudah (nggampangke, Jawa) dengan mengakali

November 12, 2016

Unjuk Rasa Versi Nabi Muhammad saw




Unjuk gigi secara istilah merupakan kalimat kiasan yang mengandung arti menunjukkan atau memamerkan kekuatan. Unjuk rasa juga dapat diartikan secara harfiah sebagai aksi menyatakan atau memperlihatkan suatu perasaan. Sedangkan unjuk rasa, kata lain dari demonstrasi, dapat juga merupakan kalimat kiasan kalau maksudnya menunjukkan

Mei 15, 2016

Tuhan Menjamin Rezeki Semua MakhlukNya




Buktinya?


Jaminan rezeki dari Allah swt pada mahkluk-Nya adalah jaminan yang pasti lagi benar untuk menunjukkan betapa Maha Kaya Allah yang memiliki segala sifat kebesaran-Nya.

مامن دآبٌة في الارض الاعلي الله رزقها

“Dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan Allah menjamin rezekinya 

Hud 6

Di samping itu, Tuhan yang memiliki sifat Maha Pengasih (Ar-Rahman) kepada segenap