Dalam satu dekade terakhir ini gejala pengkultusan individu yang dikemas dalam bentuk acara pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad saw cukup merebak di seantero negeri Indonesia. Jika dirunut pada awalnya kegiatan itu sesungguhnya
mengadopsi gagasan Hasan al Banna, seorang ulama besar asal Mesir sekaligus pendiri organisasi dakwah dan gerakan politik Ikhwanul Muslimin (IM), dalam bentuk murni puji-pujian dan pembacaan riwayat Nabi saw sebagai sarana untuk menghimpun angkatan muda yang bertujuan untuk membangkitkan perlawanan dan mengusir penjajah Inggris. Pemuliaan dan pujian pada Nabi saw setidaknya bertolak dan merujuk pada sebuah ayat Alquran dan hadist berikut.
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّـهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّـهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.at-Taubah 24
Dari Anas ia berkata, Nabi saw bersabda: "
Tidaklah salah seorang dari kalian beriman hingga aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya."
Dan sebuah hadits Abdullah bin Hisyam berkata, “Kami pernah bersama Nabi saw dan beliau memegang tangan Umar Bin Khattab“. Maka Umar berkata,
‘Wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku.’ Maka Nabi saw bersabd:
‘Tidak! Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’ Lalu Umar berkata,
‘Sesungguhnya sekarang Ya Rasulallah demi Allah engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri.’ Maka Nabi saw bersabda: ‘
Sekarang imanmu sempurna hai Umar’
Penjelasannya demikian:
Dengan spirit yang sama di masa revolusi dan perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia gagasan tersebut mengilhami seorang kiai di kota Parakan Jawa Tengah untuk memotivasi dan memobilisasi para pemuda untuk melakukan perlawanan dan mengusir penjajah Belanda dengan memberikan bekal senjata tombak dari bambu runcing yang konon telah 'diisi' dengan kekuatan doa. Belakangan ide dari IM tersebut diadopsi oleh koloni bangsa arab asal Hadramaut dengan format yang sudah dimodikfikasi untuk tujuan meraih status sosial dan ekonomi. Bahkan di Jabodetabek acara pembacaan rowi (
barzanji, Jawa) tersebut dianggap sebagai "ritual semi wajib" dan cenderung berubah menjadi upacara pengultusan. Pada awalnya di sebagian wilayah acara tersebut diadakan hanya pada tiap bulan Maulid atau Rabiul Awal dalam rangka untuk memperingati dan merayakan kelahiran Nabi saw, di samping dalam acara berkaitan dengan tradisi syukuran atas kehamilan seorang istri. Namun di daerah lain, khususnya DKI Jakarta, acara dan ritual maulid nabi tersebut diselenggarakan hampir setiap hari, tanpa disadari oleh umat bahwa di balik itu sesungguhnya tersimpan agenda terselubung dari sebagian politisi yang tidak ada kaitan langsung dengan kepentingan umat. Untuk lebih jauh memahami tentang fenomena tersebut silakan simak
Sejarah Arab Habib di Indonesia.
Dalam perjalanannya, pencapaian agenda tersebut mengalami pasang surut. Dipicu oleh kerasnya kompetisi selama kontestasi pilihan presiden dan wakil presiden akibat hanya memunculkan dua pasang calon tahun 2019 lalu, titik kulminasinya adalah munculnya kasus tuduhan penistaan agama yang dialamatkan pada calon petahana gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akrab dipanggil AHOK dalam persaingan Pilkada. Gerakan ritual pembacaan rowi (baca: maulid nabi) yang bernuansa kultus individu itu seakan mendapat "angin" dan dijadikan sarana memobilisasi massa, lebih-lebih secara kebetulan ada titik temu dan sambung rasa, sama-sama "hobi teriak", antara budaya Arab dan budaya Betawi. Hal tersebut dapat ditengarai misanya, banyak masyarakat Betawi yang hampir seluruh aspek kehidupannya mengidentifikasikan dengan simbol-simbol dan budaya Arab. Seperti contohnya, penggilan "abi" dan "umi" untuk anak kepada ayah dan ibu. Suami yang pergi berbelanja untuk keperluan dapur, termasuk cara berpakaian dan tak kalah penting adalah pemberian nama pada anak, dan lain sebagainya. Pendeknya, tak ubahnya seperti ular ketika berganti kulit. Di sanalah para habaib itu menemukan momentum sekaligus "menampakkan wajah aslinya", ketika gerakan dakwah kemudian berubah wajah menjadi gerakan bermuatan agenda politik sebagai basis mobilisasi massa. Secara sosiologis-historis hal tersebut sesungguhnya berawal sejak kedatangan koloni Arab asal dari Hadramaut (Yaman), sebuah negeri tandus dan miskin memang sejak dahulu dan hingga sekarang pun selain terus dilanda peperangan juga ditimpa bencana kelaparan terparah di dunia, untuk mencari penghidupan baru yang lebih baik dengan merantau ke wilayah Nusantara. Sambil berdagang mereka ikut menyebarkan agama Islam. Seperti diketahui bahwa jauh sebelum itu sesungguhnya agama Islam telah dikenal dan tersebar di bumi Nusantara melalui pedagang Gujarat dari India, dan kemudian di tanah Jawa khususnya mengalami perkembangan pesat berkat peran para Walisongo. Sementara itu kehadiran koloni Arab Hadramaut tersebut dalam dakwah mereka secara halus membawa-bawa issu dan paham Arabisme dan syu’ubiyah atau ras dengan maksud agar mereka lebih cepat dan dapat diterima sekaligus mendapat kedudukan yang terhormat di tengah umat muslim Nusantara, kebanyakan dari mereka mengaku sebagai kerabat dekat atau merupakan ahli waris dan keturunan Nabi saw.
Namun dalam perkembangannya kurang mendapat sambutan dan kurang berhasil sebagaimana diharapkan. Hal itu disebabkan karena ---sungguhpun ajaran Islam telah berhasil mengubah paham masyarakat yang semula pemeluk agama Hindu dan Budha-- masyarakat setempat pada umumya masih kuat memegang tradisi dan budaya nenek moyang, sehingga paham Arabisme yang pernah dicoba ditanamkan itupun masih sulit diterima. Perlu dicatat bahwa pengakuan dari para habaib sebagai kerabat dekat ataupun keturunan dari Nabi saw tersebut merupakan awal dari paham kultus individu yang sangat dilarang dalam agama Islam, karena dikhawatirkan akan terjadi kesesatan sebagaimana dialami oleh kalangan umat Nasrani tehadap nabi mereka, yakni nabi Isa as yang kemudian disebut sebagai tuhan yesus itu. Dalam pada itu, paham arabisme dan pengkultusan Nabi Muhammad saw tersebut kembali muncul dan berkembang pesat pada tahun-tahun belakangan ini dipicu dan dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Di satu sisi, pengaruh kehidupan materialisme di kalangan masyarakat yang menjauhkan mereka dari ajaran agama, sehingga wajar jika kemudian akibatnya pemahaman mereka terhadap ajaran Islam dapat dikatakan sangat tidak memadai untuk tidak menyebut minimalis. Di sisi lain, kondisi tersebut akhirnya "dimanfaatkan" oleh ulama-ulama tertentu (politisi) untuk tujuan dan kepentingan politik kekuasaan, atau paling tidak untuk tujuan sebagaimana disebutkan sebelumnya. Karena dari pengalaman di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa tema kultus induvidu Nabi saw memang merupakan ladang persemaian dan media yang sangat “seksi” (baca: efektif) untuk menghimpun dan menggerakkan massa. Salah satu contoh paling faktual sekaligus fenomenal adalah modus gerakan politik bawah tanah (berkedok dakwah) yang terhimpun dalam ormas keagamaanHizbut Tahrir Indonesia (HTI). Apakah kemunculan dan perkembangan HTI merupakan akibat dari kelambanan ataupun "kelengahan" dari dua ormas terbesar di tanah air, Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah, yang dinilai tidak dapat mengendus gejala dan fenomena tersebut? Jawabannya sudah barang tentu kedua ormas besar tersebut yang lebih mengetahuinya.
Faktanya memang menunjukkan bahwa topik tentang gejala dan fenomena kultus individu dan pengkultusan Nabi saw tersebut jarang atau malah tidak pernah diangkat, apalagi dikupas dan dibahas dalam berbagai kesempatan pengajian dan pengkajian agama Islam. Sehingga paham arabisme dan syu'ubiyah, khususnya seperti di wilayah Jabodetabek mudah menyusup dan seakan dijadikan basis bagi gerakan mereka, diawali dan ditandai dengan pseudo-kultus terhadap para habaib yang secara sosio-historis memang merupakan rencana dan cita-cita mereka sejak lama. Oleh karenanya, melalui ormas keagamaan seperti Muhammadiyah yang sejak awal pendiriannya memang memiliki komitmen dan misi untuk mengikis dan memberantas praktik musyrik, bid’ah dan khurafat, seharusnya kembali bangkit untuk meluruskan praktik pengkultusan tersebut, bukan malah terkesan turut "memanfaatkan" demi kepentingan politik jangka pendek melalui jalur partai politik yang berakar pada ormas tersebut (baca: PAN).
Patut dicatat dan diingat bahwa Islam sangat tegas melarang kultus individu, termasuk kepada Nabi Muhammad saw tentu saja, sebagaimana termaktub dalam ayat-ayat berikut.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa
Al-Kahfi 110
قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا
Katakanlah, “Maha suci Rabbku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
Al-Isra 93
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ
Katakanlah, “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul”
Al-Ahqaf 9
وَقَالُوا مَالِ هَـٰذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ ۙ لَوْلَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا
Dan mereka berkata: "Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia?
Al-Furqan 7
وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas
Yasin 17
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ اللَّـهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah
Al Ahzab 40
Nah, jika secara theologis dan realistis golongan yang cenderung dan menggemari pengkultusan Nabi Muhammad saw ditanya, kepada siapa mereka akan kembali dan bertemu di akhirat kelak? Kepada Allah swt atau kepada Muhammad saw? Sebab kesannya, mereka menomorsatukan Muhammad saw dan menomorduakan Allah swt. Bagi golongan umat yang ingin kembali dan bertemu kepada Allah swt tuntunannya jelas, yakni Alquran yang merupakan wahyu dan firman Tuhan sendiri sebagai pedoman dan petunjuk, yang selain jumlah (ayatnya) tidak terlalu banyak, autentitasnya pun lebih terjaga dan terpelihara. Sehingga bagi individu muslim untuk mempelajari dan mendalaminya relatif lebih terjangkau atau mudah serta memungkinkan.
...فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
...Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya
Al-Kahfi 110
Dalam soal keteladanan, kedudukan Nabi Muhammad saw tak lain adalah merupakan salah satu model atau idola terbaik dalam akhlak (berperilaku) bagi manusia jika ingin meraih rida dan rahmat dalam perjumpaan dengan Tuhan di kehidupan sesudah datang hari kiamat kelak.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah
Al-Ahzab 21
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Al-Qalam 4
Sedangkan, katakanlah, golongan yang cenderung dan gemar pada pengkultusan nabi Muhammad saw bila tujuan dan keinginannya di akhirat kelak adalah untuk bertemu dengan Rasulullah saw (sebatas mengharapkan syafa'at beliau), maka sebagai konsekuensinya mereka harus mempelajari dan mendalami seluruh peri kehidupan Nabi saw melalui perbendaharaan hadist yang jumlahnya sangat banyak dengan segala kompleksitas persoalan sanad dan matannya. Sebagai gambaran, Imam mazhab Syafii dalam kegiatan penelitiannya menghimpun sedikitnya 100.000 hadis yang hampir menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Itupun belum termasuk menganalisis dan menafsirkan, baik dari segi sanad maupun kandungan isinya. Suatu pekerjaan yang hampir mustahil untuk dilakukan secara individual oleh kebanyakan umat muslim. Satu hal yang perlu diingat dan dicatat bahwa Alquranlah yang berfungsi sebagai petunjuk (QS 2:2). Sedangkan Sunnah Nabi saw merupakan penjelas atas Alquran. Kendati dalam praktiknya belum cukup juga menjelaskan. Terbukti, perbedaan pemahaman dalam agama justru kian tajam.
Halaman:
1
2
3
4
5