PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

September 03, 2018

Sejarah Arab Habib di Indonesia



Ulah ceurik

Siasat sesat




Istilah “snob” mengacu pada orang atau kelompok yang suka meniru gaya (hidup) kelas sosial yang lebih tinggi, berlagak atau dalam bahasa sehari2 disebut sok (sok tahu, sok mengerti, sok kaya, sok pintar, sok kuasa, sok suci dan sok-sok lainnya). Sikap sok dapat dikategorikan sebagai gejala kelainan jiwa. Manifestasinya dalam bentuk mengaku-ngaku, gejala kejiwaannya adalah untuk memperoleh pengakuan dalam habitusnya. Budaya snob tersebut dalam praktiknya banyak macamnya. Sebagai contoh, orang yang sudah pergi menunaikan ibadah haji, dirinya merasa lebih suci daripada yang belum naik haji. Di zaman Orde Lama dulu, banyak orang2 daerah jauh dari pusat ibukota Jakarta berlagak dan meniru gaya hidup orang Jakarta, seperti dalam penampilan dan berbahasa. Warga Uni Soviet yang tinggal di wilayah Siberia, ribuan kilometer dari ibukota Moskow, kalau pergi keluar negeri ditanya asalnya, mengaku dari Moskow. Masyarakat luar lingkungan keraton Yogya dan Solo saat mengadakan resepsi pernikahan, baik dalam rangkaian upacara maupun berpakaian, meniru dan mengikuti adat keraton. Itu semua dilakukan karena berangkat dari rasa kekaguman pada orang atau kelompok sosial yang dianggap lebih sukses, sehingga dijadikan panutan atau model.


Halaman:    


Simak Juga:




Posting Komentar