PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Oktober 13, 2018

Tol Gringsing dan Sejarah Desa Lebo




Pelukis tingkat dewa






Prolog



Ayahku memang tak seberuntung kedua anaknya, aku Yull Eko Putra dan adikku Awan Malintang Novandiari atau seperti kebanyakan anak-anak lain. Sejak usia empat tahun ia telah menjadi anak yatim piatu, mirip Nabi Muhammad saw, setelah ibunya dan sekitar satu tahun kemudian menyusul ayahnya meninggal dunia. Namun di balik itu, pengalaman hidup yang dirasakan paling berharga dan tak terlupakan adalah ketika ia mendapat kesempatan untuk hidup di enam zaman dengan segala dinamikanya. Ia dilahirkan di masa penjajahan Jepang, persisnya pada Oktober 1943, melewati masa kecil di zaman revolusi, menghabiskan masa kanak-kanak di zaman Republik Indonesia Serikat (RIS), dibesarkan di era Orde Lama, dewasa di era Orde Baru, dan menghabiskan hari-hari tua pada era Reformasi. Sebelum tiba saatnya ia dipanggil untuk menghadap Yang Maha Kuasa aku mendapat amanah dan tugas untuk mendokumentasikan seluruh catatan pengalaman dan kenangan sepanjang masa hayatnya dalam situs blog pribadi ini.

Penulisan buku roman sejarah ini bertolak dari dan berpijak sedikitnya pada lima landasan pemikiran sebagai berikut.
  1. Mengikuti sebuah ajaran profetik yang mengatakan bahwa mati dan hidup diciptakan sebagai batu ujian dan cobaan untuk menguji siapa di antara manusia yang paling baik amal perbuatan mereka. Artinya, siapapun yang mengalami atau merasakan hidup dan mati dapat dipastikan akan menghadapi suatu ujian sesuai dengan kodrat masing-masing. Analogi di dunia pendidikan, ujian merupakan sebuah tahapan dan batu loncatan bagi seorang peserta didik untuk naik menuju tingkatan atau derajat yang lebih tinggi di bidang keilmuan.
  2. Salah satu ciri pendusta agama adalah menelantarkan anak yatim. Keberadaan dan masalah anak yatim memiliki kedudukan dan mendapat perhatian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang berlandaskan ideologi Pancasila. Semangat untuk melindungi, mengurus dan menjamin kesejahteraan hidup anak yatim tercermin dan tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945. Sementara itu tidak banyak dokumen dan atau bahan tulisan yang menceritakan pengalaman nyata dan mengungkapkan suasana batin atau kejiwaan anak yatim (piatu) dalam perspektif keluarga dan kemasyarakatan, dengan nara sumber langsung dari penyandang predikat tersebut. Lebih dari itu, juga digambarkan peran dan pengaruh keberadaan dan bimbingan orang tua khususnya ibu dalam mengawal pertumbuhan serta perkembangan anak untuk menjadi insan yang mandiri.
  3. Sejarah atau riwayat tentang pergulatan hidup untuk meraih cita-cita luhur dan mendapat hakikat serta martabat kemanusiaan sesungguhnya laksana cermin yang polos dan jujur bagi mereka yang ingin mencapai sebuah kearifan. Tak kurang dari sang proklamator Bung Karno sendiri mengatakan pentingnya peran sejarah dengan pesan monumentalnya  “jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah” (JASMERAH). Ia pernah belajar dan mendalami agama Islam, antara lain berguru kepada HOS. Tjokroaminoto, sehingga ia mengajak agar setiap perjuangan harus dijiwai dengan “api Islam yang menyala-nyala” yang diilhami oleh spirit agama. Alquran sebagai kitab suci bagi pemeluknya yang sebagian besar kandungan isinya merupakan riwayat dan sejarah, memang menyiratkan dan mengisyaratkan tentang perlunya pelajaran sejarah bagi kehidupan manusia, sebagaimana tertuang dalam salah satu pesannya (QS 59:18): “Hendaklah kalian (sekali-sekali) menengok ke belakang (masa lalu) untuk (menyongsong) hari esok (masa depan yang lebih baik)”.
  4. Orang bijak berkata bahwa kebahagiaan sejati dapat diraih apabila memiliki tiga bekal, yakni agama, ilmu (pengetahuan), dan seni. Makna dasar dari seni adalah keindahan. Seni pada dasarnya merupakan unsur ilahian, karena sesungguhnya Tuhan mencintai keindahan. Hanya berbekal agama dan ilmu (pengetahuan) saja tanpa seni, kehidupan seperti kurang lengkap serta terasa kering dan gersang. Seni dapat memberikan keseimbangan jiwa dan batin, sehingga kehidupan tidak dihadapkan hanya pada pilihan hitam putih apalagi bersifat ekstrem.
  5. Lingkungan hidup dan peradaban, tak ayal, merupakan bagian tak terpisahkan bagi hidup dan kehidupan umat manusia. Oleh karenanya, pelestarian lingkungan adalah sebuah keniscayaan bagi eksistensi serta kelangsungan hidup dan kehidupan umat manusia di muka bumi. Pesatnya kegiatan pembangunan fisik terutama di satu sisi menjanjikan serta memberikan kemudahan dan kenyamanan hidup. Namun di sisi lain, perubahan atau tergusurnya jejak peradaban masa lalu suatu saat dapat dirasakan sebagai sebuah kehilangan.


Halaman:      


Bersambung (terdiri dari tujuh seri): Sambungan pertama: Sejarah Lebo

Simak Juga:




Posting Komentar