PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Oktober 16, 2018

Quo Vadis Gubernur Anies?


Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta



Menyorot satu tahun Anies Baswedan menjabat gubernur DKI Jakarta.

Menjelang Pilpres 2019 mendatang kubu Prabowo dinilai terinspirasi dan mengadopsi strategi kampanye yang digunakan Donald Trump --waktu itu calon-- presiden Amerika Serikat. Selama masa kampanye banyak lembaga survei kecele dan mengalami kesalahan dalam menganalisis serta membuat kesimpulan hasil survai yang tidak menominasikan atau mengunggulkan Trump melawan Hillary Clinton sebagai pemenang dalam Pilpres. Namun dalam kenyataannya di luar perkiraan dan perhitungan para analis bahwa akhirnya Donald Trumplah yang keluar sebagai pemenang. Atau ide untuk
menggunakan srategi pemenangan itu justru lebih kuat karena terinspirasi dari pertarungan sengit dan keras malah cenderung brutal dalam Pilkada DKI Jakarta, di mana pada akhirnya KPUD DKI Jakarta menetapkan pasangan calon gubernur Anies-Sandi sebagai pemenang dan berhak menduduki kursi jabatan gubernur DKI Jakarta untuk periode lima tahun 2017-2022.

Setelah satu tahun pertama dari masa kerja Anies melaksanakan tugas sebagai gubernur DKI Jakarta, banyak orang atau khususnya para pengamat lupa atau barangkali melupakan kunci utama keberhasilan atau faktor dominan kemenangan calon pasangan Anies-Sandi. Secara gamblang dan terang benderang memperlihatkan bahwa kunci kemenangan pasangan calon tersebut ternyata ditentukan oleh dua faktor utama yang merupakan aspirasi sebagian besar pemilih dari warga DKI menjelang pencoblosan, yakni:
  • Pemimpin yang seiman.
  • Jika mati kelak, mereka merasa yakin dan tenang karena ada jaminan untuk “disalati”.


Atas dasar aspirasi dan ekspektasi dari mayoritas warga DKI Jakarta pemilih yang sangat sederhana, utopis dan abstrak, maka sangat match, sinkron dan cocok dengan janji kampanye Anies yang sloganistis yang berbunyi: “maju kotanya, bahagia warganya”, para pemilihnya terbuai. Sehingga saat pemilihan di bilik suara, mayoritas warga pemilih alih-alih mempersoalkan malah tidak mempedulikan program kerja atau apa yang akan dilakukan oleh sang gubernur jika telah terpilih kelak. Kalaupun dalam tempo tak terlalu lama pasca pelantikan, gubernur Anies membuat semacam gebrakan dengan menutup hotel “Alexis”, sesungguhnya hal tersebut tak lebih hanyalah sekadar basa-basi karena telah terlanjur berjanji ketimbang sungguh-sungguh hendak memberantas tuntas kemaksiatan dari bumi ibu kota.
Jadi, para pakar dan pengamat khususnya tata kota lagi-lagi akan mengalami kesalahan dan hampir percuma alias sia-sia saja  jika ingin mengevaluasi, mengulas dan mengupas kinerja gubernur DKI Jakarta Anies dari perspetif janji politik yang berbasis program kerja, antara lain program yang paling dikenal seperti OK-OC, kredit rumah DP Rp0, OK-OTrip, dan lain sebagainya. Karena pada dasarnya seluruh warga DKI Jakarta juga yang akan menghadapi dan merasakan kebijakan dan kinerja gubernur mereka.
Warga DKI Jakarta khususnya mayoritas pemilih yang telah mengantarkan pasangan calon Anies-Sandi untuk memenangkan Pilkada 2017 lalu dan menuju DKI satu, kini telah dan tengah menikmati hidup sebagai “warga yang bahagia” di dalam lingkungan  “kota yang maju”, sebagaimana janji slogan pasangan calon Anies-Sandi di waktu kampanye: “maju kotanya, bahagia warganya’.

Simak Juga:




Posting Komentar