Kajian ini tidak ada urusannya dengan soal dukung mendukung atau bela membela dalam percaturan politik, karena hal tersebut sesungguhnya merupakan wilayah atau domain dan tanggung jawab pribadi. Tetapi kajian ini diusahakan untuk tetap obyektif dan rasional serta bertanggung jawab berdasarkan
fakta sebagai sebuah kebenaran.
fakta sebagai sebuah kebenaran.
Cara Mengenali Golongan yang Lebih Berbahaya (Munafik)
Sebagaimana berulang kali disebutkan bahwa misi utama atau satu-satunya tujuan kerasulan Muhammad saw atau diturunkan agama Islam di muka bumi adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia. Alquran secara tegas menunjukkan sifat dan sikap orang atau golongan yang mengaku beragama, akan tetapi sebenarnya mereka itu merupakan golongan yang mendustakan agama. Peduli kepada anak yatim dan kaum papa merupakan bagian dari akhlak mulia. Jadi, orang atau golongan yang tidak mengikuti dan menggunakan prinsip akhlak mulia sebagai tuntunan dalam seluruh aspek kehidupan, baik secara individual maupun sosial dan politik atau bernegara, maka dia atau mereka dikategorikan sebagai pendusta agama atau dalam ayat lain disebut sebagai orang atau kaum munafik.
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ* فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ* وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Al-Ma’un 1-3
Alquran dalam ayat-ayat awal surat al-Baqarah telah mendeskripsikan secara terang dan jelas ciri-ciri tiga orang atau golongan manusia menurut perspektif dan sudut pandang agama.
Pertama, golongan mukmin dideskripsikan dan diidentifikasikan dalam tiga ayat.
Pertama, golongan mukmin dideskripsikan dan diidentifikasikan dalam tiga ayat.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُون* وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ* أُولَـٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung
Al-Baqarah 3-5
Kedua, golongan kafir dideskripsikan dan diidentifikasikan CUKUP dengan DUA AYAT.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ* خَتَمَ اللَّـهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
Al-Baqarah 6-7
Dan ketiga atau terakhir adalah golongan munafik dideskripsikan dalam TIGA BELAS AYAT!
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّـهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ* يُخَادِعُونَ اللَّـهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ* فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّـهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ* وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ* أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـٰكِن لَّا يَشْعُرُونَ* وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَـٰكِن لَّا يَعْلَمُونَ* وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ* اللَّـهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ* أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ* مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّـهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَّا يُبْصِرُونَ * صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ* أَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِم مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ وَاللَّـهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ *كَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُم مَّشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّـهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan" Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
Al-Baqarah 8-20
Kalau diibaratkan warna, kaum mukmin dan kaum kafir seperti hitam dan putih, jelas dan nyata terlihat. Dengan demikian mudah mengidentifikasi dan mengenalinya. Nah, kalau kaum munafik atau sering diibaratkan sebagai binatang bunglon, dapat (saja) berbaju mukmin tetapi sebenarnya dalam hatinya mendustakan agama. Golongan munafik sangat berbahaya karena sesungguhnya merekalah yang melakukan praktik menghalalkan segala cara (pengikut ajaran Macheavelli) dengan menabrak rambu-rambu akhlak mulia yang semestinya dijadikan pedoman dan diikuti sesuai dengan tuntunan agama. Demikian berbahayanya sikap dan perilaku kaum munafik, sehingga Alquran mendeskripsikan dan mengidentifikasikannya secara lebih rinci dalam jumlah ayat yang lebih banyak.
Berikut adalah contoh praktik berpolitik yang tidak dilandasi akhlak mulia sesuai tuntunan agama sekaligus tidak menggunakan akal pikiran dan nalar yang sehat.
A- Ketika Amin Rais, yang kemudian dikenal sebagai lokomotif reformasi, melancarkan aksi gerakan perlawanan terhadap rezim Soeharto (Orde Baru), issu yang dilontarkan (dijual) adalah otoritarianisme dan korupsi. Suatu hal yang didasarkan pada fakta.
B- Namun seiring dengan perjalanan waktu, gerakan politik yang dilanarkan oleh oknum (para penyeleweng wasiat "Sang Pencerah" dan mengaku) Muhammadiyah (asal induk ormas Amin Rais) adalah issu mengenai PKI yang dikemas dalam issu agama dengan tuduhan kafir seperti terjadi pada Pilkada DKI tahun lalu, atau model fitnah Tabloid OBOR RAKYAT dengan target Capres Jokowi pada Pilpres 2014 lalu, dan issu gender yang berhasil menjegal Megawati menjadi presiden yang dimotori (didalangi) PAN (Amin Rais), sehingga akhirnya muncul Gus Dur sebagai presiden alternatif.
Kalau memang kelompok tersebut BUKAN golongan MUNAFIK, dan memiliki nalar sehat, serta BENAR-BENAR MEMPERJUANGKAN NILAI-NILAI agama (dalam hal ini akhlak mulia) pastilah gerakan tersebut pada butir 1 A di atas TIDAK AKAN PERNAH DILAKUKAN. Sebaliknya justru mustinya MENDUKUNG Soeharto HABIS-HABISAN. Karena, bukankah Soeharto (Orde baru) telah membumihanguskan PKI hingga akar-akarnya? Mana lebih urgen dan pritoritas, antara issu otoritarianisme dan korupsi atau komunisme?
C- Lagi-lagi di sini terungkap sikap dan tindakan yang “inconsistent”, karena maksud sebenarnya tak lain adalah meraih KEKUASAAN DUNIAWI (dengan menggunakan issu agama), tidak benar-benar berjuang untuk agama (akhlak mulia). Mustinya pemutaran (kembali) film G-30-S/PKI garapan Arifin C. Noer didukung, meski penuh dengan pemutarbalikan fakta sejarah yang sangat menyudutkan PKI, BUKAN DITOLAK oleh sebagian kalangan mereka sendiri. Termasuk meributkan penyelenggaraan seminar Peristiwa G-30-S/PKI adalah bagian kecil dari jiwa kemunafikan itu.
Dalam kondisi dan roda perekonomian dunia yang sedang melambat saat ini, kondisi perekonomian Tiongkok cenderung stabil bahkan tumbuh dibandingkan dengan Negara-negara G-20, telah ikut menopang dan menjaga stabilitas perekonomian dunia secara keseluruhan. Negeri tirai bambu tersebut diketahui adalah Negara penganut paham komunis.
Logikanya, orang atau golongan yang secara munafik menunjukkan permusuhan terhadap PKI (atau maksudnya komunisme, tak jelas?) mustinya tidak ikut menikmati kue pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini berkat “jasa" kaum komunis tersebut.
Sama sebangun dengan orang atau golongan yang mengkafirkan (menganggap sesat) orang Barat, sementara mereka asyik menikmati karya-karya kaum yang dianggap kafir tersebut.
Sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 9 dan 13 disebutkan bahwa orang atau golongan munafik tersebut TAK AKAN TAHU DAN SADAR (dari kemunafikan), meskipun berulang-ulang diberi tahu.
A- Ketika Amin Rais, yang kemudian dikenal sebagai lokomotif reformasi, melancarkan aksi gerakan perlawanan terhadap rezim Soeharto (Orde Baru), issu yang dilontarkan (dijual) adalah otoritarianisme dan korupsi. Suatu hal yang didasarkan pada fakta.
B- Namun seiring dengan perjalanan waktu, gerakan politik yang dilanarkan oleh oknum (para penyeleweng wasiat "Sang Pencerah" dan mengaku) Muhammadiyah (asal induk ormas Amin Rais) adalah issu mengenai PKI yang dikemas dalam issu agama dengan tuduhan kafir seperti terjadi pada Pilkada DKI tahun lalu, atau model fitnah Tabloid OBOR RAKYAT dengan target Capres Jokowi pada Pilpres 2014 lalu, dan issu gender yang berhasil menjegal Megawati menjadi presiden yang dimotori (didalangi) PAN (Amin Rais), sehingga akhirnya muncul Gus Dur sebagai presiden alternatif.
Kalau memang kelompok tersebut BUKAN golongan MUNAFIK, dan memiliki nalar sehat, serta BENAR-BENAR MEMPERJUANGKAN NILAI-NILAI agama (dalam hal ini akhlak mulia) pastilah gerakan tersebut pada butir 1 A di atas TIDAK AKAN PERNAH DILAKUKAN. Sebaliknya justru mustinya MENDUKUNG Soeharto HABIS-HABISAN. Karena, bukankah Soeharto (Orde baru) telah membumihanguskan PKI hingga akar-akarnya? Mana lebih urgen dan pritoritas, antara issu otoritarianisme dan korupsi atau komunisme?
C- Lagi-lagi di sini terungkap sikap dan tindakan yang “inconsistent”, karena maksud sebenarnya tak lain adalah meraih KEKUASAAN DUNIAWI (dengan menggunakan issu agama), tidak benar-benar berjuang untuk agama (akhlak mulia). Mustinya pemutaran (kembali) film G-30-S/PKI garapan Arifin C. Noer didukung, meski penuh dengan pemutarbalikan fakta sejarah yang sangat menyudutkan PKI, BUKAN DITOLAK oleh sebagian kalangan mereka sendiri. Termasuk meributkan penyelenggaraan seminar Peristiwa G-30-S/PKI adalah bagian kecil dari jiwa kemunafikan itu.
Dalam kondisi dan roda perekonomian dunia yang sedang melambat saat ini, kondisi perekonomian Tiongkok cenderung stabil bahkan tumbuh dibandingkan dengan Negara-negara G-20, telah ikut menopang dan menjaga stabilitas perekonomian dunia secara keseluruhan. Negeri tirai bambu tersebut diketahui adalah Negara penganut paham komunis.
Logikanya, orang atau golongan yang secara munafik menunjukkan permusuhan terhadap PKI (atau maksudnya komunisme, tak jelas?) mustinya tidak ikut menikmati kue pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini berkat “jasa" kaum komunis tersebut.
Sama sebangun dengan orang atau golongan yang mengkafirkan (menganggap sesat) orang Barat, sementara mereka asyik menikmati karya-karya kaum yang dianggap kafir tersebut.
Sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 9 dan 13 disebutkan bahwa orang atau golongan munafik tersebut TAK AKAN TAHU DAN SADAR (dari kemunafikan), meskipun berulang-ulang diberi tahu.
Simak juga: Golongan Munafik (II)