PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Februari 01, 2016

Karakter Dasar Manusia






Sebagai makhluk yang percaya pada Sang Khalik, manusia wajib mengetahui Khaliknya. Sebab bagaimana ia akan berkomunikasi, menyembah dan mengabdikan diri kepadaNya, kalau tak mengetahui Khaliknya (Yang Disembah)? Untuk dapat mengetahui Sang Khalik, maka manusia harus mengetahui terlebih dahulu akan dirinya. Itulah jalan dan cara yang paling dekat, sebagaimana
ditunjukkan oleh Rasulullah Muhammad saw dalam sabdanya: “Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”. Manusia yang tidak mengenal dirinya, maka ia lebih bodoh lagi untuk mengenal Tuhan.

Cara Terbaru Membentuk Watak Anak


Inilah sejumlah karakter dan sifat manusia menurut Alquran

1. Suka berkeluh kesah dan kikir

إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا

إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا

وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah

dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir


Al-Ma'arij 19-21

2. Licik dan curang adalah manifestasi jiwa yang kerdil. Bila ditimpa keburukan ia panik dan berteriak-teriak serta buru-buru memanggil namaNya (untuk minta tolong, pen.), tetapi begitu
sudah mendapatkan kenikmatan yang diinginkan, ia membusungkan dada seraya berkata: ”Sesungguhnya aku mendapatkan nikmat ini 'kan karena kepintaranku”.

فَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِّنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍبَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui

Az-Zumar 49

وَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِّنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِن قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّـهِ أَندَادًا لِّيُضِلَّ عَن سَبِيلِهِ

Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya

Az-Zumar 8

وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِّنَّا مِن بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَـٰذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِن رُّجِعْتُ إِلَىٰ رَبِّي إِنَّ لِي عِندَهُ لَلْحُسْنَىٰ

Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya"

Fussilat 50

وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَىٰ بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ

Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa

Fussilat 51


3. Memiliki nafsu syahwat dengan lawan jenisnya, hasrat untuk memiliki anak, dan nafsu untuk memiliki (mengumpulkan dan bermegah-megah) harta benda dan kekayaan.


زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia

Ali Imran 14


أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu

At-Takatsur 1

4. Anak di mata orang tuanya:

a- ia bisa menjadi cindurmata.


وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa

Al-Furqan 74

b- bisa juga menjadi 'sandungan' batu ujian dan cobaan (seperti contohnya, putra Nabi Nuh as)

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)

At-Taghabun 15

c- atau bahkan ada juga yang menjadi musuh.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka

At-Taghabun 14

Dalam kenyataannya secara agama nilai anak di mata orang tuanya dapat digolongkan menjadi empat macam.
1. Anak yang (mau) berbakti kepada orang tuanya selagi keduanya masih hidup di dunia. Setelah keduanya tiada boleh dikatakan tidak mengingat lagi.
2. Anak yang tidak (mau) berbakti kepada orang tuanya dan baru serta sadar (mau) berbakti setelah tuanya tiada, misalnya rajin mendoakan dan atau beramal salih demi kebahagiaan keduanya di alam akhirat.
3. Anak yang tidak (mau) berbakti kepada orang tuanya, baik selagi keduanya masih hidup maupun setelah keduanya tiada.
4. Anak yang (mau) berbakti kepada orang tuanya, baik pada saat keduanya masih hidup maupun setelah keduanya tiada.


Simak Juga:




Posting Komentar