PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

April 05, 2020

Perangkap Taklid dan Islamisme



Emang jago beneran








Latar Belakang

Sesudah zaman keemasan dunia muslim yang berlangsung begitu singkat, bahkan sebelum masa itu sendiri berlalu, ditandai dengan insiden pembunuhan khalifah Utsman ra, fitnah besar pun terjadi. Umat muslim tercabik-cabik dan terseret ke dalam pusaran berbagai aliran dan sekte. Sekalipun hal tersebut sesungguhnya tidak terlalu mengejutkan jika merujuk pada sabda Nabi saw yang menyebutkan bahwa umat pengikut beliau kelak akan terpecah menjadi 73 golongan. Tiap aliran dan sekte mengklaim bahwa hanya dirinyalah yang mewakili Islam yang "benar", dan bukan golongan lain. Setelah itu perlahan tapi pasti, melalui proses sejarah yang panjang muncullah aliran ortodoks besar, seperti Sunni, Syiah dan Khawarij, melalui program pengumpulan dan penyusunan buku-buku hadis yang dikenal dengan al-shihah, yaitu buku-buku yang khusus memuat hadis-hadis sahih. Ketiganya muncul setelah dan sepanjang pertikaian dan perang saudara yang timbul dan dicatat dalam sejarah peradaban Islam sesudahnya. Dari catatan fakta sejarah tersebut satu hal dapat disimpulkan atau dipastikan bahwa episentrum perpecahan umat muslim adalah masalah sosial-politik, bukan soal ritual keagamaan. Berbeda dengan hal-hal ritual yang bersifat statis dan sudah baku, sebaliknya bidang muamalah khususnya kondisi sosial-politik merupakan perkara yang bersifat dinamis seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karenanya kemudian, perdebatan panjang hampir sepanjang sejarah muslim di antara para ulama tak lepas dari latar belakang sosial-politik tersebut yang dimanifestasikan dalam kajian theologis. Puncaknya adalah kehadiran Imam Ghozali yang merasa "prihatin" ketika menyaksikan perdebatan atau persisnya pertikaian di kalangan umat muslim yang berlarut dan tak kunjung habis itu. Sehingga ia sampai pada suatu kesimpulan untuk menolak filsafat dalam memahami agama. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, setelah itu dunia muslim asyik dan "tenggelam" dalam kegiatan ibadah ritual demi mengejar dan meraih kebahagiaan akhirat seraya melupakan kehidupan dunia seakan tidak atau kurang memahamai peringatan Alquran berikut.

...وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّـهُ الدَّارَ الْآخِرَةَوَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi

Al-Qasas 77

Perubahan arah pemikiran tersebut menimbulkan dua pengaruh dan dampak sekaligus. Di satu sisi, pelan tapi pasti sejak saat itu dunia muslim mulai mengalami kemunduran. Di sisi lain, dunia Barat mulai mengambil alih peran kepemimpinan di dunia yang telah dipegang kaum muslim selama ratus tahun itu. Guna melerai dan meredam kian sengitnya perdebatan, pertikaian dan perselisihan di kalangan ulama tersebut, maka sejak saat itu para ulama sepakat ditutuplah pintu ijtihad.

Halaman: 1 2 3 4



Simak Juga:




Posting Komentar