"Pertinyiinnyi", kata Tukul Arwana (baca: Pertanyaannya): "Kenapa Alquran dimulai (bukan "dumulai") dengan surah Al Fatihah?", atau pertanyaannya dapat diganti: "Kenapa surat Al-Alaq (di sana ada ayat pertama kali diturunkan) tidak ditempatkan di awal Alquran?". Dalam video di atas tampaknya Ustad Abdul Somad (UAS) sengaja tidak memberikan jawaban yang bagi publik penontonnya bisa memunculkan pertanyaan baru bahwa dalam video tersebut "UAS menunjukkan tidak bersedia atau tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut?". Sementara setidaknya ada dua catatan yang dapat dikemukakan terkait dengan ayat-ayat pertama turunnya wahyu tersebut.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ * خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ *الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ *عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, *Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. *Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, *Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, *Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Al-Alaq 1-5
- Diriwyatkan bahwa ayat pertama sebagai wahyu yang dibawa dan disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Muhammad saat berkhalwat di gua Hira diawali dengan kata perintah: "Bacalah..!!", dengan tubuh sangat gemetar (mungkin karena saking takutnya) beliau menjawab: "ماانابقار , Aku tidak bisa membaca..!". Jawaban Muhammad dalam peristiwa sakral tersebut sesungguhnya sekaligus mengandung makna pengukuhan autentik tentang kondisi Muhammad yang tidak dapat membaca (dan menulis). Karena ketidakmampuan baca-tulis beliau tersebut merupakan hujah dan benteng akurat dan kuat terhadap tuduhan (yang bakal menggempur) di kemudian hari bahwa kabar dari Muhammad yang dikatakan sebagai wahyu tersebut hanyalah karangan Muhammad belaka. Bukankah seseorang pengarang lebih-lebih bukan sekadar pengarang biasa haruslah memiliki syarat utama, yakni dapat membacca dan menulis?
- Metode, struktur dan sistematika penyusunan seluruh wahyu yang telah diturunkan secara tuntas dan paripurna dikompilasi di bawah bimbingan dan pengawasan Nabi Muhammad saw sendiri secara langsung. Jadi jelaslah sudah bahwa pertanyaan --yang bisa saja bernada menggugat-- tentang "mengapa bukan surat Al-Alaq yang ditempatkan di awal mushaf Alquran" sepenuhnya adalah soal teknis yang jelas berbeda wawasan maksud dan tujuannya, kalau susunan Alquran hanya sekadar berdasarkan kronologi turunnya wahyu. Sedangkan susunan Alquran dari Nabi saw yang diterima umat muslim hingga hari ini setidaknya mengandung beberapa pesan penting dan kata kunci dalam beragama ketika mushaf Alquran dibuka dan dumulai dari urutan pertama, yakni:
- Sebagaimana diketahui bahwa surat Al-Fatihah yang terdiri dari tujuh ayat itu, selain menjadi bacaan wajib dalam setiap rakaat ibadah salat juga sarat dengan kandungan makna. Salah satu di antaranya yang terpenting adalah doa memohon petunjuk kepada Tuhan agar diantarkan ke jalan yang lurus.
- Di awal surat Al-Baqarah (ayat 3-4) terdapat kata kunci keberagamaan, yakni percaya pada perkara gaib: الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ (mereka yang beriman kepada yang ghaib), dan hal itu lebih spesifik ditegaskan lagi percaya tentang hidup sesudah mati (akhirat): وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ {mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat}.
- Sebagaimana diketahui bahwa surat Al-Fatihah yang terdiri dari tujuh ayat itu, selain menjadi bacaan wajib dalam setiap rakaat ibadah salat juga sarat dengan kandungan makna. Salah satu di antaranya yang terpenting adalah doa memohon petunjuk kepada Tuhan agar diantarkan ke jalan yang lurus.
Blessing in Disguised (Hikmah Tersembunyi).
Sudah menjadi common sense bahwa menggali dan memahami informasi dari dunia maya musti dilakukan secara bijak dan berhati-hati. Sedangkan narasumber yang diketahui jelas latar belakangnya saja paparannya seperti dituangkan dalam artikel ini masih perlu dicermati dan bila perlu diterima secara kritis agar dapat ditemukan kebenaran "yang benar". Lebih-lebih jika informasi berasal dari sumber yang tidak jelas dan tidak ada akses untuk diketahui latar belakang tentang siapa yang ada di belakang layar yang merupakan standar normatif dalam dunia bloging --sangat disayangkan-- seperti situs ini, sudah semestinya tidak ditelan mentah-mentah kalau tidak ingin terperosok bahkan terjerumus ke dalam lobang biawak sebagiamana dimaksudkan Nabi saw.
Dari pemberian nama situs "Assalaf" hanya dapat diraba dan diperkirakan bahwa paham yang hendak dibangun situs ini adalah aliran yang merindukan dan ingin kembali ke zaman Nabi saw (pikiran set back, sementara kini --menurut Prof Mahfud MD dalam penjelasannya tentang gagasan sistem pemerintahan khilafah-- beliau sudah tiada yang tidak akan mungkin tergantikan oleh sosok siapapun dan figur apapun. Tantangan umat mukmin yang nyata adalah sekarang dan ke depan. Untuk itu diperlukan pemimpin atau cendekiawan yang visioner, mungkin sekelas Prof Munawir Sadzali (klik ini) yang berani berpikir "di luar pakem" atau "nonmainstream" atau "out of the box"
Sudah menjadi common sense bahwa menggali dan memahami informasi dari dunia maya musti dilakukan secara bijak dan berhati-hati. Sedangkan narasumber yang diketahui jelas latar belakangnya saja paparannya seperti dituangkan dalam artikel ini masih perlu dicermati dan bila perlu diterima secara kritis agar dapat ditemukan kebenaran "yang benar". Lebih-lebih jika informasi berasal dari sumber yang tidak jelas dan tidak ada akses untuk diketahui latar belakang tentang siapa yang ada di belakang layar yang merupakan standar normatif dalam dunia bloging --sangat disayangkan-- seperti situs ini, sudah semestinya tidak ditelan mentah-mentah kalau tidak ingin terperosok bahkan terjerumus ke dalam lobang biawak sebagiamana dimaksudkan Nabi saw.
Dari pemberian nama situs "Assalaf" hanya dapat diraba dan diperkirakan bahwa paham yang hendak dibangun situs ini adalah aliran yang merindukan dan ingin kembali ke zaman Nabi saw (pikiran set back, sementara kini --menurut Prof Mahfud MD dalam penjelasannya tentang gagasan sistem pemerintahan khilafah-- beliau sudah tiada yang tidak akan mungkin tergantikan oleh sosok siapapun dan figur apapun. Tantangan umat mukmin yang nyata adalah sekarang dan ke depan. Untuk itu diperlukan pemimpin atau cendekiawan yang visioner, mungkin sekelas Prof Munawir Sadzali (klik ini) yang berani berpikir "di luar pakem" atau "nonmainstream" atau "out of the box"