Kucing mata duitan
Diriwayatkan dari seorang generasi tabi’in yang banyak bergaul dengan para sahabat Nabi saw pernah ditanya tentang surat Alquran apakah yang paling sering membuat para sahabat menangis. Ia menjawab surat Hud. Kemudian ia ditanya lagi, ayat berapakah
dari surat Hud dimaksud? Ia menjawab ayat 15 dan 16.
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ~ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.
Inilah alasan mengapa Abdurrahman bin Auf salah seorang dari delapan orang pertama (As-Sabiqunal Awwalun) yang menerima agama Islam, yaitu dua hari setelah Abu Bakar menyatakan masuk Islam, acapkali menangis ketika dan setiap kali mendapatkan kenikmatan duniawi. Sahabat yang mulia tersebut merasa khawatir jika kenikmatan dunia yang ia terima tersebut merupakan kenikmatan akhirat yang disegerakan, sehinggga di akhirat kelak ia tak akan mendapatkannya lagi. Selama ini dalam praktik beragama tidak sedikit kaum muslimin yang rajin sekali melaksanakan salat dhuha dengan alasan karena khawatir tidak mendapatkan rezeki sekaligus berharap agar mendapatkan banyak rezeki. Sementara bangun tidurnya kerap kesiangan, sehingga terlambat waktunya melaksanakan salat subuh. Ada pula di antara mereka yang mengukur kesuksesan dunia dengan banyaknya melakukan salat tahajud. Tapi hendaklah sikap itu diukur dengan perilaku para sahabat Nabi saw yang mulia. Seberapa lebih baik ibadah yang telah dan pernah dilakukan dibandingkan dengan salat dhuha, salat tahajud dan sedekah dari para sahabat Nai saw yang mulia itu. Sementara banyak juga di antara para sahabat tersebut yang tidak hidup dalam kemewahan dunia. Sebab kalau kemewahan dan kesuksesan dunia diukur dari seringnya dan banyaknya salat dhuha, salat tahajud dan bersedekah, maka pastilah kaum kafir dan nonmuslim tidak akan ada yang mendapatkan kesuksesan dunia.
Luruskan niat beribadah ritual
- Janganlah ibadah salat dhuha diukur dengan bertambahnya rezeki.
- Janganlah salat tahajud diukur dengan kesuksesan duniawi.
- Janganlah pemberian sedekah diukur dengan banyaknya kemewahan harta benda yang didapat.
Tetapi bagi mereka yang belum (mau) berubah, kondisi tersebut masih lebih ringan bila dibandingkan dengan kondisi seperti yang diterangkan dan diingatkan dalam hadist berikut.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan 'Ali bin Hujr keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al A'laa dari Bapaknya dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab: 'Menurut kami, orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.' Rasulullah SAW bersabda: 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan salat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.' (HR. Muslim No. 4678)