PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Mei 09, 2020

Cara Meraih Kebahagiaan di Akhirat










Pada abad-abad lalu, kebanyakan para ulama mengajarkan bahwa konsep amar ma'ruf, seperti melaksanakan salat dan ibadah karena mengharapkan pahala sebagai bekal umtuk masuk ke dalam sorga. Sedangkan konsep nahi munkar didasarkan karena takut masuk ke neraka. Pemahaman tersebut dalam ilmu manajemen sumber daya manusia dikenal sebagai pendekatan reward and punishment dalam rangka untuk menegakkan disiplin. Namun belakangan, ketika umat semakin cerdas dan berpikiran dewasa, sebagian ulama mulai memperkenalkan pemahaman baru yang mengungkapkan bahwa pandangan dan sikap lama sesungguhnya merupakan tingkat implementasi iman yang paling dasar. Sedangkan tingkat yang lebih tinggi, sebagaimana diuraikan dalam video youtube di atas, bahwa ritual salat dan ibadah tidak cukup atau tidak akan menolong pelakunya bisa masuk sorga. Meskipun dalam penjelasan selanjutnya disebutkan bahwa ritual salat dan ibadah itu bukan tidak perlu, namun hal yang menentukan kebahagiaan manusia di akhirat adalah rahmat Allah swt. Sementara rahmat Allah swt disebutkan sepenuhnya merupakan kewenangan dan "hak prerogatif" Tuhan. Jika kerangka pemikiran tersebut diumpamakan sebagai sebuah "teori", maka secara konstruksi sepertinya terdapat "gap" atau "jalan buntu". Di satu sisi, manusia melakukan "salat dan ibadah" dianggap tidak menolong. Tetapi di sisi lain, rakmat Tuhan sebagai kata kunci dikatakan sepenuhnya menjadi kewenangan dan semata hadiah dari Tuhan yang tidak ada hubungannya dengan amal manusia. Alur pemikiran demikian dapat disebut sebagai "teori pasrah bongkokan" yang dalam ilmu kalam atau theologi dikenal sebagai paham atau aliran Jabariyah yang bersifat inward looking. Sejauh ini, hampir sebagian besar ulama menafsirkan posisi hubungan antara manusia dan Tuhan berpegang dan mengacu pada ayat Alquran berikut yang bersifat theosentris atau berpusat pada Tuhan.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku

Adh-Dhariyat 56


Pandangan tersebut berbeda dengan pemikiran dan pandangan filsafat di dunia Barat yang beraliran anthroposentris atau berpusat pada manusia. Meskipun belakangan sebagian ahli agama Islam juga mengembangkan theologi pembangunan dengan pendekatan anthroposentris berdasarkan kajian Alquran. Menurut pandangan ini, manusia diciptakan memang untuk mengabdi kepada Tuhan. Hanya saja, pengabdian tersebut bukan untuk kepentingan Tuhan, tetapi untuk kepentingan manusia itu sendiri. Karena sesungguhnya Tuhan tidak membutuhkan sesuatu (salah satu sifat Tuhan: qiyamuhu binafsihi). Perlu digarisbawahi bahwa Tuhan menurunkan rahmatNya berupa agama adalah sebagai petunjuk, tuntunan dan pedoman hidup (QS 2:2). Hal tersebut dapat dianalogikan sebagai "rambu lalu lintas". Beberapa ciri pokok rambu adalah:

Halaman: 1 2 3



Simak Juga:




Posting Komentar