Sesuai dengan kodratnya visi besar dari keberadaan manusia di bumi adalah sebagai khalifah yang memimpin atas segenap makhluk di seluruh alam semesta, bukan manusia memimpin manusia yang lain, di mana manusia diciptakan sebagai sebaik-baik makhluk Tuhan. Filosof besar Aristoteles menyebutnya zoon politikon atau hewan bermasyarakat. Begawan ekonomi Adam Smith menyebutnya
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Al-Baqarah 30
Akan halnya konsep sistem pemerintahan "khilafah" yang sesungguhnya dan sepenuhnya merupakan gagasan serta kreasi manusia itu pada hakikatnya jelas sangat jauh berbeda dengan istilah yang dimaksud dalam ayat tersebut. Perbedaaan pengertian yang paling mendasar di antara kedua istilah yang sama tersebut adalah istilah "khilafah" dalam ayat tersebut dimaksudkan sebagai manusia memimpin segenap makhluk lain. Sedangkan istilah "khilafah" (klik ini) dalam sistem khilafah gagasan manusia tersebut dimaksudkan sebagai manusia memimpin (menguasai) manusia lain.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ *ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ *إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya *Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) *kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
At-Tien 4-6
Sedangkan misi besar dari visi kemanusiaan tersebut adalah amar ma'ruf dan nahi munkar atau mengajak kepada kebajikan dan mencegah dari perbuatan inkar atau membangkang.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Ali Imran 104
Idealnya misi yang mengandung pesan bak pisau bermata dua itu, yakni amar ma'ruf dan nahi munkar, dijalankan secara simultan dan proporsional. Namun karena berbagai dasar, alasan, pertimbangan bahkan kepentingan tertentu, dalam praktiknya misi amar ma'ruf dan nahi munkar tersebut mengalami penyesuaian sehingga muncul berbagai varian bahkan sebagian dapat dikategorikan sampai kepada tingkat "distorsi".
Seperti misalnya Majlis Tabligh yang sempat populer dan merebak di berbagai negara termasuk Indonesia adalah merupakan gerakan keagamaan yang lebih menekankan pada aspek amar ma'ruf. Mereka sepertinya kurang "tertarik dan berminat" atau sedikit abai pada perkara yang berkaitan dengan pencegahan kemunkaran. Sebaliknya organisasi kemasyarakatan bidang keagamaan Front Pembela Islam (FPI) lebih menekankan dan fokus pada pelaksanaan misi nahi munkar, bahkan lebih spesifik menyasar dan menyangkut kehidupan serta penghidupan masyarakat kecil. Sebagaimana kerapkali secara kasat mata kegiatan mereka dalam "mengobrak-abrik" tempat-tempat maksiat, seperti lokasi hiburan malam dan atau warung penjual minuman keras. Sedangkan tindak pidana korupsi yang merupakan kejahatan kemanusiaan yang dampaknya lebih luas dan massif merusak bangsa sepertinya memang bukan menjadi fokus perhatian serta bukan "bidang garapannya".
Secara garis besar dan mendasar seorang sosok peribadi muslim dalam tata pergaulan, aktualisasi dan manifestasi dengan "dunia luar" (dirinya) dikategorikan menjadi dua.
- Hablun minallah atau hubungan vertikal, yakni antara khalik dan makhluk, atau Tuhan dan ciptaanNya, khususnya manusia. Patokan dan prinsipnya adalah semua (umumnya bersifat ritual, spiritual dan sakral yang diberitakan melalui Nabi saw) dilarang, kecuali yang diperintahkan.
- Hablun minannas atau hubungan horizontal, yakni hubungan sesama makhluk dengan pedoman dan azas bahwa semua diperbolehkan, kecuali yang dilarang.
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللَّـهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّـهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِم الْمَسْكَنَةُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّـهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.
Ali Imran 112
Empat golongan manusia celaka:
- Selalu menyebut amal baiknya;
Manusia boleh menyebutkan amal kebajikannya hanya kepada Allah swt, sebagaimana kisaha berikut.
Alkisah suatu ketika 3 orang pemuda sedang berteduh di sebuah gua karena hujan deras. Tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutup seluruh lobang pintu gua tersebut. Dalam kondisi kaget dan kebingungan, ketiga pemuda tersebut memanjatkan doa dan bermohon kepada Tuhan agar batu besar tersebut bergeser dari tempatnya, sehingga mereka dapat keluar dari dalam gua. Satu orang dari mereka berdoa seraya menyebutkan kebajikan yang pernak dilakukan bahwa selama ini ia mengurus dan merawat ibunya yang telah renta. Setiap malam ia belum mau tidur sebelum menyaksikan ibunya tidur terlebih dahulu. Demikian pula setiap hendak sarapan pagi, ia belum mau minum susu domba sebelum ibunya minum susu. Ajaib, seketika batu besar itu bergeser perlahan sehingga lobang pintu gua itu sedikit terbuka, namun belum cukup untuk dilewati mereka keluar dari gua. Kemudian pemuda kedua memanjatkan doa sambil menyebutkan bahwa ia pernah mempekerjakan seseorang, namun giliran saatnya dibayar pekerja tersebut pergi tanpa memberi tahu. Akhirnya ia putuskan uang gaji pekerja tersebut dibelikan sepasang domba. Setelah waktu berjalan sekian lama sepasang domba tersebut beranak pinak sehingga menjadi banyak. Pada saat itulah sang pekerja tiba-tiba datang untuk meminta gajinya. Tanpa banyak keterangan kemudian ditunjukkannya domba yang banyak tersebut adalah miliknya, dan pekerja itu dipersilakan untuk mengambilnya. Maka seketika itu batu besar tersebut bergeser sedikit lagi. Namun lobangnya belum juga cukup untuk mereka dapat keluar dari dalam gua. Terakhir, pemuda ketiga bermunajat sambil menyebutkan amal bajiknya bahwa suatu ketika dia sedang berdua saja dengan kekasih tercintanya singgah di sebuah gubuk untuk berteduh dari hujan lebat dalam perjalanan pulang melewati jalan sepi. Di saat lama menunggu hujan reda itu mereka hanyut dalam buaian asmara dan hampir saja melakukan perbuatan layaknya suami istri, ibarat tamu sudah berada di depan pintu. Namun karena teringat kepada Tuhan, ia urungkan niat tersebut. Lalu lagi-lagi seketika itu batu besar itu bergulir sehingga batu besar tersebut tidak lagi menutup lobang gua. Maka mereka pun dapat selamat dari perangkap dan keluar dari gua.
- Lupa akan dosanya
- Memandang orang lain karena harta dan pangkatnya, bukan isi pikiran dan hati (kepribadian)nya;
- Memandang rendah orang yang memiliki ilmu agama dan mengamalkannya.
Demikian uraian tentang Visi dan Misi Manusia di Bumi.