PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Januari 10, 2019

Cara Jitu Mengatasi dan Mengobati Nyeri Sendi





Banyak tulisan dan informasi tentang sebab dan cara mengobati sakit nyeri sendi, namun pada umumnya berisi informasi dan teori yang bersifat normatif dan jarang mengungkap pengalaman empiris tentang bagaimana cara mengobati sakit nyeri sendi yang berhasil secara tuntas.

Cara Mengatasi dan Mengobati Sakit Nyeri Sendi


Pertama, terutama sejak tidak lagi bekerja karena faktor U, praktis jarang berobat ke dokter, termasuk ketika masih aktif bekerja maskipun biaya pengobatan ditanggung kantor, kecuali hanya kalau terserang sakit atau penyakit yang dirasa cukup serius. Kedua, kondisi tersebut membuat pengalaman berobat
ke dokter boleh dibilang menjadi sangat minim, sampai dengan awal tahun 2014 ketika jaminan kesehatan nasional BPJS diluncurkan pemerintahan (Jokowi). Hal demikian pastinya juga dialami sebagian besar warga masyarakat, apalagi bagi mereka yang tidak mendapat jaminan kesehatan dari tempat mereka bekerja. Sejak diberlakukan sistem jaminan kesehatan BPJS itulah hingga saat ini  fasilitas kesehatan dapat dijangkau dan dinikmati oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dan itu artinya sekaligus memberi pengalaman baru dalam berobat dan memburu kesembuhan secara medis melalui dokter yang pastinya belum pernah didapatkan sebelumnya. Sekarang hampir semua orang dapat bercerita dan berbicara tentang pengalaman berobat ke dokter yang sebelumnya merupakan sesuatu yang mahal dan tak terbayangkan.
Hanya saja, pengalaman sudah barang tentu bisa berbeda antara satu orang dengan lainnya, baik dari segi kondisi sakitnya itu sendiri maupun proses pengobatan dan kesembuhan atau mungkin malah kegagalannya. Sekarang semua orang memiliki akses berobat bahkan ke dokter spesialis. Tetapi dengan itu saja (ternyata atau bisa jadi) masih belum menjamin pasien untuk menemukan kesembuhan karena satu hal, yakni untuk berobat ke dokter itu ada "ilmunya" atau bahkan "seninya" yang tidak semua orang memilikinya. Apa itu? Ini dia: kebanyakan orang atau persisnya pihak pasien ketika berobat sikap mentalnya menggantungkan atau mengandalkan sepenuhnya pada kemampuan dokter. Sikap serupa juga banyak dilakukan orang ketika datang ke bengkel karena kendaraanya mengalami kerusakan, misalnya. Hanya mempercayakan sepenuhnya kepada montir bukanlah langkah yang tepat. Demikian pula ketika orang tua yang hanya mengandalkan dan menyerahkan sepenuhnya kepada guru tanpa keterlibatan orang tua sendiri dalam proses pendidikan anaknya. Ketika berobat ke dokter sebisa mungkin kita juga mempelajari atau setidaknya mengikuti secara garis besar tentang  gangguan kesehatan yang dialami. Memang, untuk mendapatkan kesembuhan yang akurat harus ditempuh cara berobat yang tepat. Apa itu? Kata kuncinya adalah paling awal dan utama adalah melalui keterangan atau penjelasan dari dokter tentang sumber atau sebab penyakit yang diderita atau yang menjadi keluhan pasien (diagnosis). Hanya gegara cara berobat (ke dokter) yang kurang tepat banyak (juga) pasien merasa atau menganggap tidak berhasil bahkan gagal. Lalu berpikir untuk beralih dan mencari pengobatan alterntif yang kadang justru membawa pasien ke dalam proses pengobatan dan penyembuhan tanpa ujung.

Tulisan ini bermaksud hendak berbagi pengalaman yang cukup melelahkan namun mengesankan, khususnya saat berobat dan mengatasi sakit nyeri sendi yang dapat dibilang cukup parah namun dengan menggunakan cara berobat yang tepat alhamdulillah akhirnya dapat sembuh boleh dibilang tuntas dan permanen.

Sebab dan Cara Mengobati Nyeri Sendi


Secara teori, gangguan nyeri sendi dapat terjadi di bagian manapun pada tubuh, utamanya dirasakan oleh para lanjut usia, meskipun tak tertutup kemungkinan selagi usia antara 40-50 tahun dapat juga terkena sebagaimana dialami seseorang yang kebetulan bersamaan berobat di rumah sakit Marinir, Jakarta. Ia yang didampingi istrinya menuturkan bahwa sakit nyeri sendi berat di leher bagian belakang yang dideritanya sudah berjalan lebih kurang setahun tapi belum juga sembuh, sehingga ia tak dapat bekerja untuk memberi nafkah keluarga. Adapun pengalaman berobat yang hendak dibagikan adalah sakit nyeri sendi di (sendi peluru) bagian pangkal lengan sebelah kiri yang secara tiba-tiba menyerang di usia 72 tahun. Oh iya, serangan nyeri sendi itu datang saat mengikuti acara arisan warga RT yang rutin dilaksanakan seminggu sekali sehabis isya bertempat di sebuah lapangan terbuka. Kelihatannya serangan nyeri sendi untuk kali pertama itu akibat dipicu angin malam. Malam itu tidak selesai mengikuti acara arisan karena rasa sakit amat sangat, nyeri, 'cekot-cekot', pegel, 'kemeng' luar biasa seperti disengat binatang beracun (kalajengking), terus-menerus tanpa henti sedetik pun, dibawa berbaring salah, duduk salah, berdiri salah, akibatnya tidak bisa tidur hingga pagi hari.   
Sebagai pemegang kartu BPJS dari Puskesmas dirujuk ke rumah sakit Marinir itu di bagian poliklinik (poli) syaraf dan di sana ditangani oleh seorang dokter perempuan perwira AL. Setelah dilakukan rontgen dan ditanyakan kepada dokter, apakah gerangan penyebabnya, jawabnya 'pengapuran' dengan tenang sambil menulis resep. Setelah dalam sepekan meminum obat dari resep dokter tersebut hanya mengurangi rasa sakit sementara dan tidak dirasakan perubahan yang berarti, sehingga kemudian terpaksa kembali ke Puskesmas untuk meminta dirujuk dan berpindah ke dokter (rumah sakit) lain. Namun  setelah obat diberikan diminum sesuai petunjuk dokter, lagi-lagi diagnosis yang diberikan 'pengapuran' dan hasilnya tak jauh berbeda. Sewaktu-waktu serangan nyeri sebagaimana digambarkan itu muncul lagi. Sehingga muncul pengertian, sakit nyeri sendi itu tidak dapat sembuh karena penyebabnya (pengapuran) bersifat permanen. Dan hampir semua orang mengalami pengapuran, tetapi tidak semua orang mengalami sakit nyeri sendi. Maka dengan landasan pemikiran demikian, untuk ketiga kalinya kembali ke Puskesmas untuk minta rujukan ke (dokter spesialis syaraf) di rumah sakit lain lagi, tentu saja disertai harapan untuk dapat sembuh. Setelah dilakukan rontgen, menurut diagnosis dokter penyebabnya adalah 'ada syaraf yang terjepit akibat dari pengapuran. Selain harus menjalani fisioterapi sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 2 minggu, juga diberikan resep obat terdiri dari 'gabapentin, glucosamin, mecobalamin, meloxicam, dan obat racikan dengan jumlah dan jatah untuk diminum secara rutin selama satu bulan. Sejak itu setiap bulan diharuskan kembali ke dokter untuk kontrol dan mendapatkan resep dengan obat yang sama. Hasilnya, rasa sakit nyeri sendi hanya berkurang tidak sampai 50 persen, dan rasa sakitnya masih hilang timbul. Menginjak bulan keempat perkembangannya tidak juga berubah, akhirnya dokter memutuskan untuk disuntik. Tanpa terasa seiring berjalannya waktu proses pengobatan sudah menginjak bulan ketujuh. Mengalami dan menghadapi hal demikian rasanya sudah hampir menyerah untuk tidak disebut putus asa, karena tidak ada lagi pilihan. Sementara dalam hati dan pikiran memang sama sekali tidak tertarik dan berminat untuk menempuh jalan pengobatan alternatif. Maka untuk jadwal kontrol , Dalam pikiran sudah disiapkan suatu permintaan kepada dokter pada jadwal kontrol bulan depan (yakni bulan kedelapan) yang disusun dalam bentuk kalimat bertanya sebagai berikut: "Maaf, dok. Ada tidak jalan selain minum obat dan suntik untuk kesembuhan sakit saya ini?". Mendengar pertanyaan tersebut dokter dalam beberapa saat sempat menghela nafas, entah apa yang ada dalam benaknya. Tak lama kemudian ia menjawab: "Baiklah, kalau begitu bapak saya rujuk internal ke poli ortopedi (di rumah sakit yang sama dimana ruang praktiknya terletak di sebelah hanya dibatasi setebal tembok). Di situlah kemudian baru diketahui rahasia kesembuhan yang dicari itu tersembunyi. Ironis, memang.
Proses pengobatan selanjutnya berpindah ke tangan dokter spesialis ortopedi. Di poli ini kembali dilakukan rontgen dan dirujuk ke poli penyakit dalam untuk pemeriksaan kondisi gula darah. Dan sementara menunggu hasil, diberikan obat untuk mengurangi rasa sakit. Setelah semua hasil pemeriksaan terkumpul, diagnosis dokter ortopedi menyatakan dan mengatakan bahwa penyebab dan sumber nyeri sendi dirasakan tersebut adalah karena kadar gula yang tidak normal (saat itu gula darah puasa 140 dan gula darah sewaktu 223) yang sebelumnya memang belum pernah dilakukan pemeriksaan. Pada umumnya orang mengira bahwa penyebab nyeri sendi langsung menyebut asam urat, reumatik atau syaraf terjepit. Saat ditanya. dokter ortopedi menjelaskan bahwa secara umum pada dasarnya gula itu memiliki daya rusak tinggi. Logam saja jika direndam dalam cairan gula dalam tempo tidak terlalu lama akan berkarat dan hancur, tambahnya. Demikian pula dengan gula darah dapat menyebabkan persendian kering dan macet seperti yang dialami pasien saat ini. Setelah diketahui penyebabnya, di poli ortopedi terapinya adalah suntik. Untuk menentukan (1) jenis obat (campuran) suntik dan (2) lokasi pemberian obat suntik serta(3) arah jarum suntik yang tepat dibantu dengan sebuah alat komputer. Setelah ketiga syarat tersebut diketahui secara pasti, maka penyuntikan pun dilakukan. Sebelum penyuntikan dilakukan, dokter sempat memijit perlahan lokasi nyeri endi untuk menguji seraya bertanya kepada pasien: "Sakit gak..?". Pasien pun kaget dan merasakan sakit. Begitu penyuntikan selesai dilakukan, kembali dokter memijit lokasi nyeri seraya bertanya: "Sakit gak?". Dan...sungguh luar biasa! Rasa sakit dan nyeri itu kini sama sekali tak terasa dan hilang seketika! Pada suntikan pertama itu sebenarnya nyeri sendi yang dirasakan sudah jauh berkurang bahkan mendekati 95 persen. Tetapi dokter menganjurkan agar dan akan dilakukan penyuntikan sekali lagi. Kini proses pengobatan hingga sembuh nyaris total tersebut telah berlalu selama tiga tahun, dan sungguh bersyukur nyeri sendi tersebut belum atau semoga tidak muncul lagi. Hal yang tak habis pikir, mengapa dokter spesialis syaraf seolah tidak ada kemauan untuk menyelidiki dan mencari penyebab nyeri sendi sehingga selama delapan bulan pasien harus merasakan derita sakitnya. Dokter juga seorang manusia yang memiliki berbagai sifat, perangai dan karakter serta integritas yang berbeda-beda.


Simak Juga:




Posting Komentar