Bukan mustahil bila diperkirakan ada puluhan juta bahkan mungkin ratusan juta pasang mata rakyat Indonesia telah menonton dan menyaksikan acara talkshow dalam program ILC di sebuah stasiun televisi swasta nasional, bak pertandingan final sepak bola piala dunia saja, yang dihadiri oleh sejumlah tokoh dan pemimpin terkemuka Republik ini, di antaranya Kapolri Jenderal Polisi Tito
Karnavian, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantio, Aa Gym, Buya Syafi'i Ma'arif, Yeni Wahid, perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan beberapa tokoh lainnya. Menyimak berbagai pendapat yang diutarakan para pembicara dalam pertemuan tersebut yang terkadang kelihatan sedikit memanas, telah menyisakan sejumlah pertanyaan dan persoalan yang patut diberikan catatan sebagai berikut:
Cara Menggunakan Nalar Sehat
- Sejumlah pemimpin nasional yang tampil saat ini, seperti Presiden Jokowi dan kedua Jenderal yang mewakili di forum tersebut hampir dapat dipastikan bahwa mereka menganggap dan membayangkan serta harus menerima kenyataan (taken for granted) bahwa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bernama Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah sebuah organisasi besar yang mewakili seluruh umat Islam, dan sesuai dengan namanya menjadi wadah bagi sebagian kaum ulama dan cendekiawan muslim. Apalagi pasca demo damai 411 tampak jelas bahwa MUI sebagai sebuah LSM "official" (karena dibiayai Pemerintah alias uang rakyat, tentu saja dari semua kalangan agama) telah berubah menjadi sebuah kekuatan raksasa --untuk tidak mengatakan "monster" atau meminjam istilah SBY menilai KPK sebagai "super body"-- yang "menakutkan", jika ditilik dari sejarah atau riwayat kelahirannya.