Ada sebagian kalangan masyarakat yang sengaja tidak mengkonsumsi makanan yang bersumber hewani (terutama daging binatang ternak) atau dalam istilah biasa disebut vegetarian dengan berbagai alasan. Di antaranya karena alasan dogmatis, karena alasan kesehatan, atau mungkin karena alasan “kasihan” atau “kejam” terhadap
sesama makhluk hidup. Seorang keponakan yang lulusan Sekolah Tinggi Kehutanan mengatakan bahwa jika alasan yang disebutkan terakhir (timbang rasa) itu yang menjadi dasar dan hanya makan berbahan nabati, karena mengira bahwa tak cuma manusia tetapi binatang pun mempunyai perasaan, maka dikhawatirkan orang tersebut tidak akan mendapatkan satu pun bahan makanan di dunia ini untuk dimakan dan menopang hidupnya. Karena sesuai dengan tingkatannya flora atau tanam-tanaman sesungguhnya juga memiliki perasaan. Menurut konsep Islam Tuhan menciptakan alam semesta dan seisinya diperuntukkan bagi manusia yang telah ditakdirkanNya sebagai khalifah di bumi. Lalu mungkin Anda pernah mendengar atau memperhatikan sebatang pohon buah “ngambek” (berhenti alias tidak mau) berbuah lagi karena diperlakukan secara salah, seperti misalnya batangnya dipaku sehingga “perasaan”nya terluka. Bahkan jika diamati lebih teliti dan cermat, sekali lagi sesuai dengan tingkatannya tanam-tanaman atau pepohonan sesungguhnya juga "mempunyai otak atau akal", sebagaimana dapat disimak pada foto-foto berikut ini.
Aneh Tapi Nyata
Gambar (1) menunjukkan posisi pohon miring ke kiri atau ke arah berlawanan jarum jam. Lihatlah tonjolan akarnya lebih condong besar dan kuat di sebelah kanan (tanda panah), karena pohon tersebut “berpikir” kalau batangnya tumbuh miring ke kiri, maka dia harus berpegangan di sebelah kanan! Itu adalah sebuah langkah antisipasi. Dan langkah antisipasi hanya dapat dilakukan oleh kerja otak.
Gambar (2) menunjukkan kelengkapan bukti hipotesis tersebut dalam posisi sebaliknya, yakni posisi pohon di sebelahnya miring ke kanan atau kea rah jarum jam . Seperti dapat disimak, pertumbuhan akarnya cenderung besar dan kuat di sebelah kiri.