PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Desember 03, 2016

Tidaklah Tuhan Menciptakan Riziek dan AHOK Sia-sia



Ustad gebleg






Dari peristiwa aksi super damai 212 sebagai aksi lanjutan terkait dengan dugaan penistaan agama oleh AHOK yang sepenuhnya diisi dengan zikir, istighosah, tausiah, dan diakhiri dengan salat Jumat itu, agar semua pihak dapat mengambil ibrah dan hikmahnya. Demikian kata Aa Gym sayup-sayup dalam sambutannya di tengah sela hingar bingar gelaran tersebut. Hanya saja, mungkin karena kondisi dan situasi ajakan tersebut tidak dielaborasi lebih jauh apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan imbauan tersebut. Sementara itu bagaimana melakukan sebuah renungan dan memetik hikmah dari suatu peristiwa sesungguhnya memang sangat tergantung dari latar belakang dan kedalaman pikir serta rasa dari masing-masing orang.

Mengambil Hikmah dari Sebuah Peristiwa



Dari peristiwa tersebut paling sedikit ada dua hal yang dapat dijadikan renungan untuk ditarik hikmahnya.
  • Umat muslim yang dalam aksi damai tersebut secara terbuka dan tak langsung menyatakan kecintaan pada kesucian kitab Alquran sebagai petunjuk hidup, seharusnya benar-bemar memandang isinya sebagai petunjuk hidup, bukan sekadar dalam bentuk teks wahyu apalagi bentuk fisiknya yang biasanya dilakukan kalangan mayoritas umat atau awam. Lebih dari itu dan yang paling fundamental adalah isi dan ajaran yang terkandung di dalam Alquran wajib diimani, diyakini, dan diamalkan.
    Terkait perselisihan antara segolongan umat muslim yang dimotori oleh Habib Riziek Shihab berhadapan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias AHOK selaku gubernur petahana sesungguhnya dapat dilakukan kontemplasi dan renungan guna mengambil hikmah dengan merujuk Alquran berikut.

    الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّـهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

    (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka

    Ali Imran 191

    Sesungguhnya masih (lebih) banyak dari alam semesta ini yang belum diketahui apalagi dikuasai manusia, lebih-lebih lagi mengenai kehidupan di akhirat. Firman Tuhan tersebut menegaskan bahwa tidak ada satupun makhluk ciptaanNya yang sia-sia, semua ada guna atau faedahnya. Tikus yang oleh manusia dianggap sebagai pengganggu dan hama ternyata ada gunanya sebagai santapan lezat dan sumber kehidupan bagi ular, dan seterusnya. Seorang pemimpin kelas dunia ultra nasionalis seperti Hitler yang berakhir dengan tragis dengan tuduhan sebagai penjahat perang dan kemanusiaan, ternyata berjasa dan berfaedah juga sebagai suprastruktur dalam membuka dan melancarkan jalan bagi bangsa Indonesia yang selama 3,5 abad tenggelam dalam cengkeraman penjajah bangsa Belanda, menuju kemerdekaan Republik Indonesia. Dari kaca mata ini AHOK dengan segala ulah dan tingkahnya yang sebenarnya dan sebelumnya dirasakan banyak manfaatnya dari pada mudaratnya bagi kehidupan masyarakat DKI Jakarta, tiba-tiba dikecam bagaikan iblis. Sedangkan iblis saja sebenarnya juga bisa dibilang telah “berjasa” karena 'ulah'-nyalah Nabi Adam as dapat keluar dari sorga untuk kemudian 'naik kelas dan derajat' menjadi khalifah di bumi. Analog dengan riwayat tersebut, ketika AHOK dengan caranya mengingatkan sebahagian orang (yang mengatasnamakan agama) disadari atau tidak disadari, telah “memakai” Alquran (khususnya Al-Maidah 51) untuk kepentingan dunia semata (politik).
    Dari “sentilan sentilun" AHOK tersebut (apapun latar belakangnya) semestinya diterima sebagai masukan dan kritik yang konstruktif bagi sementara kalangan umat muslim untuk dapat diambil hikmah dan koreksi diri, bukannya marah.
    Demikianlah seharusnya pemimpin umat yang cerdas memberikan pencerahan, bukannya memanfaatkan keterbatasan pemahaman umat dalam agama demi ambisi pribadi atau kelompok. Namun dalam hal itu siapa yang Iblis dan siapa yang Adam hanya Tuhanlah Yang Maha Mengetahui dan Berkuasa Menentukan. Yang jelas, Riziek dan AHOK sama-sama merupakan ciptaan Tuhan. Jadi mereka tak luput dari ketentuan dan pernyataan ayat Alquran tersebut
  • Kecuali (mudah ditengarai) karena dilandasi kepentingan politik sesaat (duniawi), maka penggunaan ayat 51 surat Al-Maidah sekadar sebagai “senjata” dan dalil pragmatis untuk menjegal (ingat kasus Megawati yang dijegal dengan issu gender Islam saat maju sebagai capres pada dekade lalu) peluang AHOK secara tidak fair alias tidak berakhlak.

Sementara AHOK sendiri niatnya adalah untuk menjadi pelayan, bukan sebagai pemimpin. Bukankah dalam Islam niat itu sangat fundamental? Tegasnya, dengan memperbaiki niat demikian, maka AHOK dipilih untuk menjadi pesuruh bagi warga selaku pemilik Jakarta untuk mengelola dan membenahi wilayah provinsi DKI tidak dapat dikategorikan sebagaimana tafsir (sebagian umat muslim) atas surat Al-Maidah 51 tersebut. Atau dapat juga dianalogikan dengan kasus ketika seorang muslim naik pesawat terbang, kalau mau konsisten mungkinkah mereka mendapatkan pesawat yang pilotnya sama-sama satu suku dan seiman (seagama)? Padahal di sana nyawanya benar-benar dipertaruhkan di tangan pilot selama dalam penerbangan. Sehingga dengan demikian maka kontroversi mengenai penggunaan ayat-ayat suci Alquran yang diributkan itu menjadi tak relefan lagi dan gugur dengan sendirinya. Inilah salah satu bukti indah dan sempurnanya ajaran Islam.


Simak Juga:




Posting Komentar