PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Januari 24, 2017

Cara Tafsir Alquran Didasarkan Pada Kepentingan









Berikut adalah contoh penafsiran ayat Alquran berdasarkan keinginan dan kepentingan manusia (seseorang atau kelompok) yang tidak jujur dalam menemukan kebenaran dan kebajikan, dan sangat boleh jadi tidak selaras dengan kehendak Tuhan.
  1. Penafsiran surat Al-Maidah ayat 51 yang
    tendensius dan menjadi “biang” keributan yang berpotensi menimbulkan perpecahan bangsa. Motif dan tujuan atau kepentingan dari penafsiran ayat tersebut secara khusus menyasar dan bertujuan untuk menyingkirkan dan menutup peluang calon gubernur petahana (AHOK) sebagai sesama warga negara Indonesia untuk bertarung secara jujur dan demokratis dalam Pilkada 2017.
  2. Penafsiran ayat berikut tentang Nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir (penutup) yang dipersoalkan oleh golongan yang menamakan dirinya Ahmadiyah, tetapi gaung reaksinya tidak semassif dan seluas kasus dugaan penistaan agama pada diri AHOK. Padahal dampak dan masalah kenabian dari Ahmadiyah jauh lebih luas (mendunia) dan serius:

    مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ اللَّـهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

    Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu

    Al-Ahzab 40

    Motif, tujuan atau kepentingan dari penafsiran ayat tersebut adalah untuk menumpang ("nebeng") popularitas nama Nabi Muhammad saw sekaligus membuka peluang munculnya nabi baru sesudah beliau, yakni Mirza Gulam Ahmad.

    إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

    Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?

    Al-An’am 50


    Cara Memilih Wakil atau Pemimpin dalam Pemilu




    Oleh karenanya, dalam setiap penyelenggaraan Pemilu gunakanlah akal dan pikiran secara mandiri:
      • Cari dan pilihlah pemimpin YANG MENGASIHI atau menyayangi (RAKYAT), bukan YANG MENGASIH (RAKYAT) alias politik uang;
      • Cari dan pilihlah pemimpin yang tidak (suka) menjajah dan mendominasi (pikiran orang), sehingga membuat umat menjadi “pak turut” atau "taklid buta". (pikirannya terjajah);
      • Cari dan pilihlah pemimpin yang cerdas (suka/mau berpikir logis/masuk akal) dan mencerdaskan.
      • Cari dan pilihlah pemimpin yang mempertimbangkan kepentingan orang banyak, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri (keluarga dan atau kelompok), sejalan dengan spirit sebuah Hadist yang menyebutkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama.

Simak Juga:




Posting Komentar