PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Mei 07, 2018

Kreatif di Mata Tiga Pemimpin Bangsa



Kata budayawan Radhar Panca Dahana, hidup itu bukan hanya satu warna. Hidup itu penuh warna. Utamanya, bagi orang yang
tidak buta warna. Seperti juga, hidup ini bukan cuma soal politik, tapi juga ada sosial, budaya, agama, seni, hukum, dll.

Cara Berpikir Kreatif


1. Era Jokowi
Salah satu kreativitas yang ditunjukkan Jokowi adalah menurunkan tarif tol. Muncul pertanyaan, koq bisa?? Padahal yang kerap didengar selama ini adalah naik dan selalu naik, karena ikatan perjanjian kerja, antara lain faktor inflasi, biaya operasi, dlsb. Koq bisa? Kalau iklan Nippon Paint disuruh jawab, "ya bhhiii...ssya!!". Pertanyaan berikutnya, lho, caranya gimana, mas?Singkat cerita, Pemerintah memberikan stimulus kepada operator jalan tol, seperti perpanjangan jangka konsesi, subsidi defesiensi, dan insentif pajak.
Hal ini dilakukan karena rasa peduli atau kepedulian pemimpin pada zat yang dipimpin, dalam hal ini rakyat.

2. Era SBY
Entah siapa yang menggosok dan entah siapa yang memulai dan menginisiasi, dengan alasan adanya sebuah bank gagal yang akan berdampak sistemik pada keuangan negara, Prof Dr Boediono, waktu itu selaku Gubernur BI datang menghadap Antasari Azhar, waktu itu Ketua KPK, menyatakan maksud untuk mem-bill out Bank Century. Karena bila tidak, maka akan berujung pada krisis moneter. Jawab Ketua KPK, silakan bapak bill out, tapi besok pagi bapak saya tangkap!!
Sang Gubernur BI pub mundur teratur. Lain hari, lain minggu atau lain bulan, ia mencoba lagi akan mem-bill out Bank Endouver, bank milik swasta Indonesia di Belanda. Lagi2 mentok. Entah bagaimana ceritanya, tiba2 ia nekad dan memutuskan mem-bill out Bank Century. Ujungnya, ia naik menjadi Wapres menggeser peluang JK, dan terkuaklah kasus Bank Century yang penuh misteri. Itu bentuk kreativitas juga. Dan hal itu dilakukan karena rasa tidak peduli atau ketidakpedulian pemimpin pada zat yang dipimpin, dalam hal ini rakyat.

3. Era Utopia
Munculnya tagar 2019 Ganti Presiden plus tahun 2030 Indonesia bubar, tak ayal dan kudu diakui bahwa sesungguhnya merupakan bentuk kreativitas juga. Bedanya, kalau boleh dibilang kreativitas itu kelewat vulgar.
Selanjutnya, hal itu dilakukan karena rasa over peduli atau keliwatdosiskepedulian pemimpin pada zat yang dipimpin, dalam hal ini rakyat. 
Muncul pulak (logat Medan) pertanyaan, lho koq bisa?!. Lagi2, jawab iklan Nippon Paint, bhhiii...ssya!!
Mungkin yang terlintas dalam benaknya adalah dari pada rakyat sengsara, lebih baik DIMATIIN SAJA SEKALIAN!!

Simak Juga:




Posting Komentar