Sumber: Wikipedia |
Fenomena kolonel dan jenderal yang bermental begal di tengah konsolidasi menuju era demokrasi.
Demokrasi sebagai sebuah sistem pemerintahan selalu diperhadapkan dengan sistem otoriter atau sisem yang lebih buruh adalah totaliter, seperti dialami bangsa Jerman pada zaman kepemimpinan Hitler dalam pemerintahan Nazi. Sudah sejak agak lama sayup-sayup muncul issu yang sengaja dijembuskan tentang sistem pemerintahan khilafah di Indonesia yang disebut-sebut akan
mengubah azas Pancasila. Issu tersebut semakin mengemuka dan menguat saat menjelang Pilkada DKI Jakarta saat Basuki Tjahaya Purnama atau akrab dipanggil AHOK mencalonkan diri sebagai gubernur Jakarta untuk periode kedua kalinya. Momentum tersebut rupanya telah dimanfaatkan atau mungkin lebih tepat ditunggangi oleh misi politik terselubung dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang kini statusnya telah berubah menjadi organisasi terlarang, untuk mempromosikan sistem pemerintahan khilafah sambil mengharamkan sistem demokratis.
Menarik sekali, wawancara inspiratif dengan BJ Habibie di Metrotv tadi malam. Presiden RI ke-3 itu banyak bertutur dan menyingkap pengalaman pribadi tentang latar belakang keluarga, karakter personal dan karakteristik kepemimpinan calon presiden di kontestasi Pilpres 2019, Prabowo Subianto.
Sejak awal seperti banyak diketahui bahwa Prabowo S lahir dan berasal dari keluarga terpandang. Leluhur dari bapaknya adalah Kertanegara III atau yang dikenal sebagai Tumenggung Banyakwide salah seorang kerabat kesultanan Yogyakarta tercatat banyak membantu selama lima tahun kecamuk perang Diponegoro melawan kolonial Belanda pada 1825-1830 yang berakhir dengan ditangkap dan dibuangnya P. Diponegoro hingga wafat di Makassar. Kakek Prabowo S dari bapaknya, Margono Djojohadikoesoemo yang pendiri Bank BNI banyak terlibat dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan Indonesia, antara lain ikut membantu dalamkegiatan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Karir Prabowo sendiri yang memilih bidang militer terbilang meroket dengan jabatan yang sangat strategis dan prestisius di pasukan elite, mulai dari Komandan Kostrad hingga Danjen Kopassus dengan pangkat terakhir letnan jenderal sebelum akhirnya sinar karir tersebut redup karena ia diberhentikan setelah tersandung kasus dugaan pelanggaran HAM berat, penculikan dan pembunuhan aktivis demokrasi dan HAM. Sehingga menjadi ironis ketika asal usul keluarga plus rentang karir panjang nan cemerlangkemudian tak serta merta dan berbanding lurus sekaligus menjadi tolok ukur dan jaminan sukses ketika ia berlaga dan menawarkan diri kepada rakyat pemilih untuk menduduki kursi jabatan nomor satu di negeri ini. Karena hampir dapat dipastikan dalam Pilpres 2019 ini ia harus menelan pil pahit mengalami kekalahan untuk kali kedua..!! Sementara lawan dan pesaingnya adalah sosok pribadi sederhana0dan rendah hati berasal dari keluarga biasa dan rakyat kebanyakan dengan jejak karir merayap pelan tapi pasti mulai dari bawah menuju puncak karir tanpa memikul beban masa lalu, khususnya dalam arti tidak pernah terkontaminasi dan bermasalah dengan penegakan sistem demokrasi.
Itulah pilihan rakyat yang berdaulat dan bermartabat. Dan itu pulalah makna dan harga sebuah sistem demokrasi yang membuka ruang dan kesempatan seluas-luasnya bagi partisipasi rakyat untuk membangun kekuatan masyarakat madani atau dalam istilah sosio-politik disebut civil society sebagaimana pernah dicontohkan ketika membangun sistem pemerintahan di Madinah di masa Rasulullah saw. Sebagaimana dapat disaksikan, tuahnya bak firman Tuhan. Jika dalam ajaran Islam disebutkan bahwa 'sesungguhnya orang yang paling mulia di hadapan Tuhan adalah takwanya (bukan asal usul dan ayaupun pangkatnya)'. Demikian pula analog dengan firman tersebut, maka demokrasi (dengan semboyannya 'vox populei vox dei', suara rakyat suara tuhan) pada akhirnya dapat dikatakan bahwa sosok dan figur pemimpin yang paling mulia di mata rakyat adalah karakter dan kepribadiannya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُواإِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
Al-Hujurat 13