Di kalangan ahli sejarah muncul pertanyaan-pertanyaan sekitar latar belakang turunnya Alquran, seperti mengapa Alquran diturunkan dalam bahasa Arab dan kenapa pula turunnya di jazirah Arab?
Berbagai teori disusun namun tentu saja belum menemukan jawaban yang tepat dan pasti serta memuaskan hingga hari ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut timbul karena
Alquran sendiri juga menyebutkan tentang salah satu latar belakang turunnya Alquran.
وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ *إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menjadikan Alquran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya)* Dan sesungguhnya Alquran itu dalam induk Alkitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah
Az-Zukhruf ayat 3
Sebagai contoh, jawaban yang dikemukakan dengan gaya 'slengekan' ala KH Zainuddin MZ mengatakan bahwa Alquran diturunkan dengan berbahasa Arab karena turunnya kepada bangsa arab. Dan pertanyaan berikutnya, mengapa turunnya di jazirah arab karena Alquran tidak diturunkan di negara atau wilayah lain.
Teori lain menyebutkan bahwa Alquran diturunkan di tanah arab karena jazirah arab (tepatnya, ka'bah) dipercaya merupakan titik pusat bumi. Sehingga penyebaran Alquran atau ajaran Islam diharapkan dapat berlangsung lebih mudah dan cepat ke seluruh penjuru bumi. Hanya saja, kalau hanya itu persoalannya, maka akan muncul pertanyaan baru, mengapa Alquran diturunkan pada abad itu (500-an M), dan tidak zaman seprrti sekarang ini saja yang fasilitas komunikasinya sudah lebih canggih namun justru kondisi masyarakat bumi yang lebih kompleks untuk tidak menyebut lebih buruk akhlaknya. Namun pertanyaan tersebut segera dapat dijawab karena turunnya Alquran bertautan erat dengan kelahiran seorang manusia bernama Muhammad yang sudah didesain untuk lahir di tempat dan masanya sebagaimana manusia lainnya. Di samping itu, keluarga yang menurunkan nabi-nabi berada di lingkungan sekitar peradaban kuno yang lebih maju, seperti kerajaan Babilonia, Mesopotamia, dan Mesir di bawah Firaun. Sedangkan pertanyaan tentang turunnya Alquran dalam bahasa arab karena selain bahasa arab merupakan bahasa terkaya di dunia, dalam arti mampu membahasakan firman Tuhan kepada manusia, juga kendati masyarakat Arab saat itu dalam hal moral dan akhlak dikategorikan sebagai jahiliyah akan tetapi dalam bidang seni sastra mereka sangat maju dan menyintai serta mengaguminya. Sehingga melalui bahasa Alquran yang kualitasnya mengungguli seni sastra atau boleh dibilang 'sastra di atas segala sastra', pertama hendak membuka mata masyarakat setempat dan kedua sekaligus menunjukkan bahwa Alquran berasal dan bersumber dari Tuhan dan bukan hasil karangan Nabi Muhammad saw. Oleh karenanya secara khusus satu ayat Alquran menegaskan tentang hal tersebut.
وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُم مِّن دُونِ اللَّـهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِين
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar
Al-Baqarah 23
Lebih dari itu, sesungguhnya terdapat pertanyaan yang lebih mendasar, yakni perlukah dan apa hikmahnya menyimak dan mendalami sejarah latar belakang turunnya Alquran? Karena ujung dari ayat 3 surat az-Zukhruf tersebut diakhiri dengan kalimat 'agar kalian berpikir, alih-alih menyimak dan merenungkannya untuk diamalkan, tetapi hanya dibaca-baca secara lisan atau lebih parah malah tidak pernah dibaca sama sekali.
Dapat disimpulkan bahwa misi profetik paling penting dan utama turunnya Alquran adalah mengabarkan tentang hal yang gaib yakni akan adanya kehidupan di akhirat sebagaimana disebutkan di awal surat Alquran (al-Baqarah 2 dan 4, serta an-Nisaa 136). Adapun hari kiamat yang selama ini diperkenalkan dan diletakkan sebagai bagian dari rukun iman yang ke-5 sesungguhnya kurang berdasar. Barangkali penafsiran ulama tersebut benar jika datangnya hari kiamat sebagai pertanda dan awal dimulainya kehidupan di akhirat dan berakhirnya kehidupan di dunia bagi seluruh umat manusia. Dalam praktiknya rukun iman ke-5 tersebut tampaknya cukup sulit dipahami apalagi dihayati oleh sebagian kalangan umat muslim yang mengaku beriman, terbukti sejauh ini bahkan tak jarang mereka yang dikategorikan tinggi dalam ilmu agama perilaku mereka justru tidak mencerminkan ataupun menggambarkan dalam mengamalkan rukun iman yang ke-5 tersebut. Jika kabar tentang hal gaib dan metafisik dikabarkan melalui misi profetik (wahyu), maka lain halnya keajaiban ciptaan atau makhluk Tuhan yang bernama alam semesta, ditemukan dan dikabarkan melalui kemampuan serta kehebatan akal pikiran dan nalar manusia yakni Albert Einstein yang barangkali dapat disebut sebagai nabinya fisikawan. Karena melalui jalur akal pikirannya Tuhan mengirimkan kabar tentang fenomena alam semesta dapat membuktikan kebenaran teorinya tentang 'black hole' (lobang hitam di sistem galaksi) baru-baru ini fenomena tersebut benar-benar muncul setelah selama kurun waktu jutaan tahun tidak menampakkan diri dan dapat disaksikan manusia.