Dalam satu Hadist disebutkan bahwa awal kejadian dan kehadiran manusia di dunia melalui 3 tahapan, yaitu:
40 hari pertama, dari nutfah mengubah bentuk diri menjadi mudghah atau dalam istilah biologi disebut embrio;
40 hari kedua, dari bentuk mudghah terus melakukan metamorfosis menjadi gumpalan darah atau dalam Alquran disebut sebagai “alaq”;
خـلق الأنسان من علق
"Dia (yang) menciptakan manusia ari segumpal darah”
Al-Alaq ayat 2
40 hari ketiga, dalam tahap ini proses perubahan fisik sudah semakin sempurna dan pada ujung tahap inilah atau janin berumur 4 bulan “ruh ditiupkan". Sehingga lengkaplah sebagai makhluk bernama manusia, yang pada intinya terdiri dari jasmani atau tubuh atau badan atau jasad dan ruhani atau batin yang tidak tampak tetapi nyata adanya.
40 hari pertama, dari nutfah mengubah bentuk diri menjadi mudghah atau dalam istilah biologi disebut embrio;
40 hari kedua, dari bentuk mudghah terus melakukan metamorfosis menjadi gumpalan darah atau dalam Alquran disebut sebagai “alaq”;
خـلق الأنسان من علق
"Dia (yang) menciptakan manusia ari segumpal darah”
Al-Alaq ayat 2
40 hari ketiga, dalam tahap ini proses perubahan fisik sudah semakin sempurna dan pada ujung tahap inilah atau janin berumur 4 bulan “ruh ditiupkan". Sehingga lengkaplah sebagai makhluk bernama manusia, yang pada intinya terdiri dari jasmani atau tubuh atau badan atau jasad dan ruhani atau batin yang tidak tampak tetapi nyata adanya.
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud
Al-Hijr ayat 29
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur
As-Sajdah ayat 9
Ruh” itulah yang membedakan manusia dengan binatang yang hanya memiliki nafsu. Karena “ruh” itu telah menempatkan manusia menjadi makhluk yang sempurna dan mulia, sehingga Malaikat pun diperintahkan Allah Swt untuk bersujud kepadanya, dan hanya Iblis yang membangkang perintah itu. Dan berkat “ruh” itu pula manusia mengalami kehidupan akhirat, alam Ilahiah, alam perjumpaan (kembali) dengan Tuhan. Sebagai konsekuensinya manusia harus memikul tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Manusia yang tunduk dan mengikuti hawa nafsunya akan terjerembab ke dalam jurang kenistaan. Namun sebaliknya, karena hawa nafsu itu pula manusia dapat terangkat menuju derajat yang tinggi di sisi Tuhan. Contohnya, saat melakukan ibadah puasa orang meninggalkan pekerjaan yang sebenarnya dihalalkan akan mengantarkan mereka kepada derajat yang tinggi.
Dalam Alquran kata “ruh” atau “roh” sebenarnya memiliki banyak arti. Istilah ruh seringkali dimaknai sebagai spirit atau semangat. Ruh juga bisa berarti Wahyu Ilahi yang tidak diberikan kepada sembarang manusia. Sedangkan “roh” atau disebut juga nyawa atau jiwa adalah sesuatu yang menyebabkan manusia hidup. Sehingga dalam percakapan sehari-hari istilah “roh” mengandung pengertian manusia di alam gaib atau wujud manusia sesudah mati.
Tidak seperti kepercayaan agama Hindu yang mengatakan bahwa “roh” manusia mengalami apa yang disebut sebagai proses “reinkarnasi”, Islam menyebutkan “ruh” itu dicabut dari jasadnya (oleh Malaikat Izrail), dan kemudian akan kembali kepada Tuhan, yang disebut sebagai perjumpaan dengan Tuhan.
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya
Al-Kahfi 110
Dan menurut penjelasan dari Nabi Muhammad saw, amal saleh yang paling besar dan sarat bobotnya adalah amalan nyata (bil-hal) yang bermanfaat bagi sesama (bukan hanya ibadah bil-lisan): “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi sesama”.
Ayat mengenai ruh tersebut sekaligus menunjukkan salah satu bukti bahwa Alquran memang benar merupakan wahyu yang datang dari Allah swt dan bukan karangan seorang bernama Muhammad yang bertempat tinggal di tengah padang pasir nan jauh dari pergaulan dunia dan masyarakat yang tidak bisa membaca dan menulis.
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata
Al-Jumuah 2
Disampaikan dalam acara syukuran 4 bulan kehamilan anak pertama (yang kelak diberi nama: Kin Gastiadi) dari Peggy (istri Awan) 13 Jui 2015.
Al-Hijr ayat 29
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur
As-Sajdah ayat 9
Ruh” itulah yang membedakan manusia dengan binatang yang hanya memiliki nafsu. Karena “ruh” itu telah menempatkan manusia menjadi makhluk yang sempurna dan mulia, sehingga Malaikat pun diperintahkan Allah Swt untuk bersujud kepadanya, dan hanya Iblis yang membangkang perintah itu. Dan berkat “ruh” itu pula manusia mengalami kehidupan akhirat, alam Ilahiah, alam perjumpaan (kembali) dengan Tuhan. Sebagai konsekuensinya manusia harus memikul tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Manusia yang tunduk dan mengikuti hawa nafsunya akan terjerembab ke dalam jurang kenistaan. Namun sebaliknya, karena hawa nafsu itu pula manusia dapat terangkat menuju derajat yang tinggi di sisi Tuhan. Contohnya, saat melakukan ibadah puasa orang meninggalkan pekerjaan yang sebenarnya dihalalkan akan mengantarkan mereka kepada derajat yang tinggi.
Dalam Alquran kata “ruh” atau “roh” sebenarnya memiliki banyak arti. Istilah ruh seringkali dimaknai sebagai spirit atau semangat. Ruh juga bisa berarti Wahyu Ilahi yang tidak diberikan kepada sembarang manusia. Sedangkan “roh” atau disebut juga nyawa atau jiwa adalah sesuatu yang menyebabkan manusia hidup. Sehingga dalam percakapan sehari-hari istilah “roh” mengandung pengertian manusia di alam gaib atau wujud manusia sesudah mati.
Tidak seperti kepercayaan agama Hindu yang mengatakan bahwa “roh” manusia mengalami apa yang disebut sebagai proses “reinkarnasi”, Islam menyebutkan “ruh” itu dicabut dari jasadnya (oleh Malaikat Izrail), dan kemudian akan kembali kepada Tuhan, yang disebut sebagai perjumpaan dengan Tuhan.
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya
Al-Kahfi 110
Dan menurut penjelasan dari Nabi Muhammad saw, amal saleh yang paling besar dan sarat bobotnya adalah amalan nyata (bil-hal) yang bermanfaat bagi sesama (bukan hanya ibadah bil-lisan): “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi sesama”.
Ayat mengenai ruh tersebut sekaligus menunjukkan salah satu bukti bahwa Alquran memang benar merupakan wahyu yang datang dari Allah swt dan bukan karangan seorang bernama Muhammad yang bertempat tinggal di tengah padang pasir nan jauh dari pergaulan dunia dan masyarakat yang tidak bisa membaca dan menulis.
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata
Al-Jumuah 2
Disampaikan dalam acara syukuran 4 bulan kehamilan anak pertama (yang kelak diberi nama: Kin Gastiadi) dari Peggy (istri Awan) 13 Jui 2015.