Ini masih cerita soal kawan Cina totok yang bermukim di Bojonegoro, Jawa Timur. Tak berapa lama lagi ia akan menikahkan anak gadisnya yang semata wayang. Ia memiliki tiga orang anak, dua laki-laki dan si bungsu perempuan. Sejak kecil anak gadis bontotnya ini dekat dan manja sekali pada bapaknya, lebih-lebih setelah ibunya meninggal saat umurnya tiga tahun. Oleh karena itu ia menjadi anak kesayangan bapaknya. Sampai tiba umurnya cukup dewasa, seorang perjaka datang melamarnya untuk menjadi isteri. Tetapi hampir-hampir saja lamaran itu ditolak gara-gara tidak mau berpisah dengan bapaknya. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya ia mau juga menerima lamaran itu, meski dengan syarat minta ditemani bapaknya saat tidur berkumpul dengan suaminya nanti. Tanpa pikir panjang, bapaknya mengiyakan saja. Dia berpikir yang penting anaknya mau dinikahkan.
Benar saja, begitu perhelatan nikah selesai dilaksanakan, malam pertama yang ditunggu-tunggu pun tiba. Tak lupa menagih janji, si bungsu merengek-rengek minta ditemani bapaknya waktu diajak pengantin pria masuk ke dalam kamar peraduan. Seperti layaknya membujuk anak kecil, bapaknya menyuruh agar anaknya masuk lebih dahulu, nanti dia menyusul. Sementara bapaknya menunggu di luar, tidur-tiduran di sebuah sofa. Sampai akhirnya pintu kamar ditutup, detik berganti menit, menit berganti jam, si bapak yang sudah mulai terkantuk-kantuk tiba-tiba dikejutkan oleh suara sayup-sayup teriakan tertahan anaknya dari dalam kamar: “Papaaa… sakit, paaa..!!”. Kaget bercampur tegang kontan bapaknya gelagapan menyahut (dalam bahasa Jawa): “Haiyyyaaah…ping pisan lolo (lara=sakit)…, ping pindo kilo-kilo (kiro-kiro=mendingan)…ping telu suwargo laaahh…!!”. Maksudnya: “Haiyyyyaah.. pertama kali (memang) sakit.. kedua (kali) mendingan.. kali ketiga sorga…alias minta lagi, minta lagi”
Benar saja, begitu perhelatan nikah selesai dilaksanakan, malam pertama yang ditunggu-tunggu pun tiba. Tak lupa menagih janji, si bungsu merengek-rengek minta ditemani bapaknya waktu diajak pengantin pria masuk ke dalam kamar peraduan. Seperti layaknya membujuk anak kecil, bapaknya menyuruh agar anaknya masuk lebih dahulu, nanti dia menyusul. Sementara bapaknya menunggu di luar, tidur-tiduran di sebuah sofa. Sampai akhirnya pintu kamar ditutup, detik berganti menit, menit berganti jam, si bapak yang sudah mulai terkantuk-kantuk tiba-tiba dikejutkan oleh suara sayup-sayup teriakan tertahan anaknya dari dalam kamar: “Papaaa… sakit, paaa..!!”. Kaget bercampur tegang kontan bapaknya gelagapan menyahut (dalam bahasa Jawa): “Haiyyyaaah…ping pisan lolo (lara=sakit)…, ping pindo kilo-kilo (kiro-kiro=mendingan)…ping telu suwargo laaahh…!!”. Maksudnya: “Haiyyyyaah.. pertama kali (memang) sakit.. kedua (kali) mendingan.. kali ketiga sorga…alias minta lagi, minta lagi”