PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Juli 28, 2017

Ballada Penjual Bubur Ayam






Beberapa waktu yang lalu tersiar kabar tentang investasi bodong yang ditanam dalam sebuah koperasi simpan pinjam “Pendawa” yang berlokasi dan berkantor di bilangan Depok, Jawa Barat. Inisiator konon pada awalnya bekerja sebagai seorang penjual bubur ayam dan menurut pengakuannya merupakan lulusan Sekolah Menegah Pertama. Tidak penting untuk menelusuri dari mana
ia mendapatkan ide dan bagaimana lika liku bisnis itu dijalankan, tetapi melalui sebuah koperasi simpan pinjam yang didirikan dalam waktu relatif singkat dapat menguasai dana yang jumlahnya konon lebih dari dua triliun yang dihimpun dari ribuah nasabah yang akhirnya menyadari telah menjadi korban penipuan.
Barangkali banyak orang bertanya bagaimana mungkin seorang tukang bubur ayam yang notabene hanya lulusan SMP dapat melakukan pekerjaan “besar” seperti itu?  Padahal terlepas dari apapun alasannya, hal yang sebenarnya terjadi adalah tukang bubur ayam yang lulusan SMP tersebut mampu menangkap pesan hukum alam (sunnatullah), dan mengejawantahkannya dalam kehidupan nyata, yaitu 'kecerdikan itu menjanjikan kemenangan dan keunggulan'. Bahwa kecerdikan tersebut disalahgunakan untuk melakukan perbuatan jahat adalah merupakan tanggung jawab dan urusan pribadinya sendiri. Siapa yang dapat menolak atau membantah pada saat ia memulai menjalankan bisnisnya barangkali juga disertai dengan berdoa? Indikasinya, pada saat ia diwawancara di depan layar televisi ali-alih menunjukkan quilty feeling (rasa bersalah) malah sempat mendalil agama (Islam) segala. Dalam hal itu dapat dipastikan bahwa Tuhan tidak mungkin tertidur dan tidak mengetahui kalau ia memiliki pikiran, rencana dan niat yang jahat. Sementara seorang tetangga di belakang rumah sudah dua dasawara menekuni pekerjaan sebagai penjual bubur ayam kisah ceritanya seakan seperti bumi dan langit! Dalam melaksanakan salat berjamaah wajib khususnya salat subuh kiranya hampir dapat dipastikan jarang ada orang dapat menandinginya, karena dia sendiri kerap bertindak sebagai muazdin. Orangnya tawadlu’, sabar dan selalu tawakal dan berserah diri. Orang lain boleh menduga doa apa kiranya yang dipanjatkan dan dimohonkan ke hadirat Tuhan. Namun yang pasti sepanjang kurun waktu tersebut hingga kini ia senantiasa masih dalam status “kontraktor” alias harus membayar sewa saban bulan, karena belum juga diberi kesempatan untuk memiliki rumah sendiri. Sementara tubuh semakin renta termakan usia. Selebihnya hanya Tuhan yang Maha Tahu. Tetapi satu hal penting barangkali yang patut direnungkan dan dicatat adalah bahwa ballada dua tukang bubur ayam tersebut merupakan bukti kebenaran dan operasional sifat Tuhan Yang Maha Ar-Rahman (Maha Pengasih).


Simak Juga:




Posting Komentar