Syeikh Imam al Ghazali, nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafii adalah ulama peneliti terbesar sepanjang masa. Ia dijuluki Hujjatul Islam karena memiliki daya ingat yang kuat dan luar biasa serta luas dalam berhujjah atau mengajukan dalil dan referensi. Tak kurang dari 228 kitab
berbobot telah ditulisnya, meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti tasawuf, fikih, theologi, hingga filsafat.
Dari buku-bukunya, khususnya Ihya Ulumudin (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama) atau biasa disebut al Ihya, sempat membuat kehidupan umat muslim berabad-abad terlelap dalam mimpi kebekuan (jumud) dan kemunduran peradaban gegara salah memahami pemikirannya, sehingga umat "asyik" mengejar dan memburu kehidupan akhirat, sementara kehidupan dunia dilupakan. Pemikiran sufisme yang muncul sesungguhnya merupakan reaksi dan bentuk keresahan zaman atas berbagai kemelut dan pertarungan dunia pemikiran muslim yang berlangsung cukup lama dan melelahkan serta menghabiskan energi umat.
berbobot telah ditulisnya, meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti tasawuf, fikih, theologi, hingga filsafat.
Dari buku-bukunya, khususnya Ihya Ulumudin (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama) atau biasa disebut al Ihya, sempat membuat kehidupan umat muslim berabad-abad terlelap dalam mimpi kebekuan (jumud) dan kemunduran peradaban gegara salah memahami pemikirannya, sehingga umat "asyik" mengejar dan memburu kehidupan akhirat, sementara kehidupan dunia dilupakan. Pemikiran sufisme yang muncul sesungguhnya merupakan reaksi dan bentuk keresahan zaman atas berbagai kemelut dan pertarungan dunia pemikiran muslim yang berlangsung cukup lama dan melelahkan serta menghabiskan energi umat.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّـهُ الدَّارَ الْآخِرَةَوَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَاوَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّـهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّـهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Al-Qassas 77
Sang hujjayul islam yang sangat dihormati di dua dunia Islam itu hidup semasa daulah bani Saljuk dan Abbasiyah, yang merupakan pusat kebesaran dunia Islam.
Dalam dunia ilmu Al Ghazali membagi manusia menjadi empat (4) golongan.
يَرْفَعِ اللَّـهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
..niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...
Al-Mujadilah 11
Ketiga, Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu (tidak atau belum berilmu), tapi dia tahu alias menyadari bahwa dirinya tidak tahu. Menurut Imam Ghazali, golongan manusia ini masih tergolong baik dan mulia. Karena golongan manusia ini mampu berkaca diri atau ontrospeksi lalu menyadari kekurangannnya, serta bisa menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya. Karena dia tahu dirinya tidak berilmu (snob), sehingga dia mau belajar. Golongan manusia seperti ini boleh tak enak hidupnya di dunia tapi bahagia di akhirat.
Keempat, Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu, dan tidak tahu (pula) bahwa dirinya tak tahu. Menurut Imam Ghazali, inilah golongan jenis manusia yang paling buruk dan boleh jadi celaka. Ini golongan manusia yang selalu merasa (serba paling) tahu, mengerti, selalu merasa memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa.
Repotnya manusia jenis seperti ini susah disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebab ia merasa tahu atau merasa lebih tahu. Jenis manusia seperti ini, paling susah dicari kebaikannya. Golongan manusia seperti ini berpotensi tak sukses di dunia, merugi di akhirat. Akhir-akhir ini muncul golongan baru yang dapat ditambahkan sebagai golongan kelima yang mungkin belum dikenal di zaman itu, yakni orang atau golongan yang mempraktikkan ilmu kura-kura dalam perahu yakni pura-pura tidak tahu alias sudah tahu tapi nekad menabrak aturan (Allah swt).
Al-Qassas 77
Sang hujjayul islam yang sangat dihormati di dua dunia Islam itu hidup semasa daulah bani Saljuk dan Abbasiyah, yang merupakan pusat kebesaran dunia Islam.
Dalam dunia ilmu Al Ghazali membagi manusia menjadi empat (4) golongan.
Pertama, Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (orang yang tahu (berilmu), dan dia tahu bahwa dirinya tahu. Orang atau golongan manusia ini alim (mengetahui), maka ia layak diikuti (dapat disimak dari dan melalui karya tulisnya, bukan hanya bicara ataupun pembicaraannya). Apalagi kalau kita masih termasuk dalam golongan orang yang awam, sudah tentu masih memerlukan banyak wawasan. Golongan manusia seperti ini memiliki kemapanan ilmu, dan dia tahu bahwa dirinya berilmu, sehingga ia berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang lain, bahkan bagi seluruh umat manusia.
العلم بلاعمل كشجرةبلا ثمر
Ilmu yang tidak dimanfaatkan (diamalkan) bagaikan pohon tanpa buah.
Kedua, Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri (orang yang tahu, tapi dia tidak tahu bahwa dirinya tahu). Manusia golongan ini seringkali dijumpai di tengah masyarakat. Mereka seperti kata peribahasa disebut bagaikan pohon tanpa buah.
العلم بلاعمل كشجرةبلا ثمر
Ilmu yang tidak dimanfaatkan (diamalkan) bagaikan pohon tanpa buah.
Golongan manusia ini mungkin sukses di dunia, tetapi merugi di akhirat karena tidak mendapatkan derajat tinggi di sisi Tuhannya.
يَرْفَعِ اللَّـهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
..niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...
Al-Mujadilah 11
Ketiga, Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu (tidak atau belum berilmu), tapi dia tahu alias menyadari bahwa dirinya tidak tahu. Menurut Imam Ghazali, golongan manusia ini masih tergolong baik dan mulia. Karena golongan manusia ini mampu berkaca diri atau ontrospeksi lalu menyadari kekurangannnya, serta bisa menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya. Karena dia tahu dirinya tidak berilmu (snob), sehingga dia mau belajar. Golongan manusia seperti ini boleh tak enak hidupnya di dunia tapi bahagia di akhirat.
Keempat, Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu, dan tidak tahu (pula) bahwa dirinya tak tahu. Menurut Imam Ghazali, inilah golongan jenis manusia yang paling buruk dan boleh jadi celaka. Ini golongan manusia yang selalu merasa (serba paling) tahu, mengerti, selalu merasa memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa.
Repotnya manusia jenis seperti ini susah disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebab ia merasa tahu atau merasa lebih tahu. Jenis manusia seperti ini, paling susah dicari kebaikannya. Golongan manusia seperti ini berpotensi tak sukses di dunia, merugi di akhirat. Akhir-akhir ini muncul golongan baru yang dapat ditambahkan sebagai golongan kelima yang mungkin belum dikenal di zaman itu, yakni orang atau golongan yang mempraktikkan ilmu kura-kura dalam perahu yakni pura-pura tidak tahu alias sudah tahu tapi nekad menabrak aturan (Allah swt).