Sadarkah Anda atau yakinkah Anda bahwa lebih tak terbilang banyaknya nikmat yang Tuhan anugerahkan yang TANPA DIMOHON dari pada yang DIMOHON? Cobalah renungkan saat Anda menarik nafas, atau mata dapat menyaksikan keindahan alam sekitar, atau telinga dapat mendengarkan merdunya alunan musik, atau tangan mengambil sesuap nasi dan dimasukkan ke dalam mulut atau kaki dapat berlari dan berjalan untuk mencapai suatu tujuan. Pernahkah semua itu Anda mohonkan kepada Allah swt ?
Salah satu "titik lemah" dan paling krusial dari agama, berbeda dengan ilmu pengetahuan (sain), adalah bahwa hampir semua hal yang diperbincangkan sepenuhnya bersandar pada kepercayaan dan tidak dapat diuji secara laboratorium. Sebagai contoh, informasi tentang adanya kehidupan di akhirat atau 'hidup sesudah mati' sulit bahkan mustahil untuk dibuktikan, karena laboratoriumnya adalah kematian, yakni orang yang akan menguji kebenarannya harus mengalami kematian terlebih dahulu. Hal tersebut sangat berbeda dengan sain, sebagai contoh misalnya pengetahuan tentang sifat api panas, kebenarannya dapat diuji dan dibuktikan secara laboratorium. Ilmu pengetahuan menghendaki naturalisme yang bersandar pada hukum alam atau dalam bahasa agama disebut sunnatullah. Sementara agama menghendaki supernaturalisme. Salah satu aspeknya yang paling utama adalah mengenai doa dan maknanya.
Cara Salat Hajat dan Doa yang Makbul
Secara hukum dasar atau fiqh, salat hajat hukumnya sunah yang dianjurkan untuk dilaksanakan pada pertiga malam terakhir, yakni antara pukul 02 hingga pukul 03 dini hari. Salat hajat dilaksanakan sedikitnya dua rakaat disediakan khusus bagi seseorang yang mengharapkan agar maksud dan tujuan serta keinginannya didengar dan dikabulkan oleh Allah swt. Adapun tata cara dan syarat rukunnya sama seperti salat lima waktu. Namun sebagaimana dianjurkan agar dalam bermunajat dan memanjatkan doa, termasuk salat hajat yang mustajab, akan lebih 'efektif' bila melalui wasilah atau pengantar. Maka berdasarkan pengalaman individual, sebagaimana lazim dilakukan dalam dunia sufi agar salat hajat yang lebih efektif dan mustajab, tak ada salahnya untuk dilakukan ‘penguatan’ (empowering) atau dengan kata lain memaksimalkan tata cara sepanjang masih dalam koridor hukum seraya dapat memberikan manfaat dan harapan besar bagi yang mau mencoba untuk mengerjakannya.- Salat hajat hendaknya dilaksanakan pada malam hari bertepatan dengan esok hari lahirnya yang empunya hajat untuk melaksanakan salat hajat.
- Setelah membaca surat Al-Fatihah hendaknya membaca surat Al-Ikhlas sebanyak umur yang empunya hajat. Demikian pula pada rakaat kedua.
- Membaca kalimah tasbih pada saat atau setiap ruku’ dan sujud sebanyak umur yang empunya hajat.
- Pada posisi sujud dalam rakaat terakhir (kedua) membaca doa (cukup dalam hati dengan bahasa ibu), utamanya berisi
- memohon ampun kepada Allah swt antara lain dan kurang lebih intinya sebagai berikut: ”Ya Allah, ampunilah dosa hambaMu ini, maafkanlah kesalahan hambaMu ini, juga ibu dan ayah hamba serta kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi hamba di waktu kecil, juga kakek dan nenek serta leluhur hamba..!,
- Membaca salawat Nabi saw,
- Sampaikan permohonan dan niat serta hajat khususnya..
- memohon ampun kepada Allah swt antara lain dan kurang lebih intinya sebagai berikut: ”Ya Allah, ampunilah dosa hambaMu ini, maafkanlah kesalahan hambaMu ini, juga ibu dan ayah hamba serta kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi hamba di waktu kecil, juga kakek dan nenek serta leluhur hamba..!,
- Setelah itu duduk tahiyat terakhir dan ditutup dengan membaca salam.
- Sesudah itu, membaca beberapa kalimat zikir, mulai dari istighfar, tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan ‘laa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil adhim..’ dan ‘hasbunallah n’mal wakiel ni’mal maula wanni’man nasier..’ masing-2 tujuh kali.
- Salat hendaknya dilakukan secara khusyu', dalam arti pikiran fokus tertuju kepada Allah swt dengan penuh berharap akan rida dan pertolonganNya.
- Selesai.