PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Agustus 02, 2019

Komunis vs Islam: Pengaruh Ajaran Pada Perilaku







Bagaimana pengaruh sebuah ajaran terhadap sosok figur pada khususnya atau manusia pada umumnya? Artikel Komunis dan Islam: Pengaruh Ajaran pada Perilaku ini mencoba untuk membedah dalam sebuah studi kasus.

Sungguh menarik perbincangan di sebuah stasiun televisi MetroTV yang mengangkat topik tentang sosok sastrawan besar, Pramudya Ananta Toer. Secara tidak langsung dari perbincangan tersebut
terungkap apa dan bagaimana sebuah ajaran mempengaruhi perilaku seseorang, sebagaimana dimaksud dalam artikel Komunis dan Islam: Pengaruh Ajaran pada Perilaku ini, terutama pada sosok tokoh yang memiliki kemampuan lebih atau di atas rata-rata kebanyakan orang dalam berpikir dan bertindak. Dia adalah salah seorang korban politik di era rezim Orde Baru presiden RI ke-2 Soeharto yang dibuang ke P. Buru tanpa melalui proses pengadilan. Tidak hanya itu, ia dikenai hukuman kerja paksa di tengah hutan P. Buru yang masih 'perawan' dan liar, dimana ular dan binatang buas banyak berkeliaran setiap saat siap menerkam dan menelan mangsanya. Sementara penduduk asli yang jumlahnya masih sedikit itu diteror dengan penyebaran informasi bahwa mereka harus bersiap dan waspada atau menjauh menghadapi ribuan gerombolan kriminal yang berdatangan dan tinggal bersama mereka di pulau tersebut.

Kekejaman dan kekejian rezim otoritarianisme militeristik yang menorehkan jejak sejarah kelam itu ditunjukkan dan ditujukan kepada bangsa sendiri dengan sederet penyiksaan, mulai dari orang nomor satu presiden RI ke-1 Soekarno secara medis di dalam Wisma Yaso, Jl Jend. Gatot Subroto Jakarta, hingga para pengikutnya yang setia seperti Chaerul Saleh yang mati menggenaskan di wc penjara, dan  Soebandrio yang divonis mati tetapi tidak kunjung mati malah disusul mati oleh para penguasa yang menjatuhkan vonis mati itu sendiri. Di samping tokoh utama PKI DN Aidit yang dibunuh di pinggir sumur tua di Boyolali, dan Njoto, tak terkecuali Jenderal Yani juga dimatikan dalam sebuah konflik penuh misteri, Jenderal Nasution yang 'ditelikung' di sidang MPRS dan Jenderal Kemal Idris yang dikenal kritis disingkirkan. Ribuan kaum intelektual tak luput dari operasi 'pembersihan' tersebut dibuang ke pulau buru, dibantai hak hidupnya dan kehormatannya. Salah satunya adalah sastrawan terkemuka Pramudya Ananta Toer sebagai satu model dalam kajian Komunis dan Islam: Pengaruh Ajaran pada Perilaku ini.

Di sela-sela kesibukannya melakukan kerja paksa, Pram --demikian panggilan akrabnya-- menulis dan terus menulis yang akhirnya membuahkan hasil karya sebuah novel genre roman sejarah berisi  rekaman pengalaman bersama para buangan dan tahanan politik di pulau itu. Setelah berjalan selama tahunan di pulau buangan itu, sesama tahanan itu barulah mengetahui apa yang dikerjakan oleh seorang Pram antara lain adalah menyuarakan isi hati dan apa yang mereka alami serta rasakan selama itu namun mereka tak kuasa dan memiliki kemampuan untuk mengutarakan apalagi menuangkan dalam bentuk tulisan. Oleh karenanya, atas kesadaran sendiri mereka kemudian dengan suka rela bergilir menggantikan Pram untuk melakukan tugas kerja paksa, sementara membiarkan dan memberikan kesempatan kepada Pram untuk terus melanjutkan kegiatan menulis. Selama lebih kurang 13 tahun dalam pengasingan tersebut,Pramudya Ananta Toer telah menghasilkan 4 jilid buku berseri dalam bentuk tetralogi. Jilid I berjudul 'Bumi Manusia' (saat ini difilmkan dengan sutradara Hanung Bramantyo), kesemuanya telah diterjemahkan tak kurang ke dalam 20 bahasa di dunia.

Awalnya terutama kaum yang 'sok agamis' banyak yang menentang penerbitan atas karya tulis tersebut. Namun seiring dengan perjalanan waktu, lebih-lebih di era kepemimpinan presiden Jokowidi, dan perkembangan dinamika politik di tanah air resistensi tersebut kian berkurang. Mengikuti dan menghadapi perubahan iklim politik dan sosial tersebut, Pram menunjukkan sikap jiwa yang matang dan arif dengan mempersilakan siapa saja untuk mengkritik karya tulisnya tersebut. Karena pada dasarnya ia sangat menghormati dan menghargai hak setiap orang sebagai 'human being'. Sikap tersebut jelas berbanding terbalik jika misalnya (ambil sebagai sebuah model lain) diperhadapkan atau disandingkan dengan seorang Riziek Shihab pentolan FPI yang arogan dan seolah dialah yang paling benar..!

Kesimpulan

Rupanya wadah itu menentukan isi (bentuk dan rasa) di dalamnya. Bukan isi yang menentukan wadah. Seorang Pramudya Ananta Toer ibarat sebuah wadah, meskipun otaknya diisi dengan ajaran komunisme, namun out put (keluarannya) jernih sejernih air pegunungan. Sebaliknya, Riziek Shihab, kendatipun otaknya diisi dengan air jernih dari pegunungan (ajaran Islam), namun ternyata out put-nya (kebalikan dari Pram), sangat tidak menghargai dan menghormati hak orang.
Dalam Islam, spirit dan ajaran tentang penghargaan dan penghormatan pada hak orang lain tersebut sesungguhnya secara jelas dan tegas termaktub dalam Alquran berikut.

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat

Al-Baqarah 256

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku

Al-Kafirun 6

Demikianlah kajian tentang Komunis dan Islam: Pengaruh Ajaran pada Perilaku. Semoga bermanfaat.

Simak Juga:




Posting Komentar