PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Agustus 06, 2019

Salawat dan Syafaat: Sebuah Salah Kaprah








Selawat atau Salawat (Arab: صلوات‎) adalah bentuk jamak dari kata salat yang berarti doa atau seruan kepada Allah. Membaca selawat untuk Nabi yang diucapkan oleh umat muslim setiap kali mereka menyebut nama Nabi Muhammad mengandung maksud mendoakan atau
memohonkan berkah kepada Allah swt untuk Nabi Muhammad dengan ucapan, pernyataan dan pengharapan agar Nabi sejahtera (beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya tetap baik dan sehat). Membaca salawat nabi adalah merupakan perintah dari Alquran.

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya

Al-Ahzab 56

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa berselawat datang dari tiga arah, yakni dari Allah swt, dari malaikat dan dari umat mukmin. Masing-masing memiliki makna tersendiri. Salawat dari Allah swt berarti memberi rahmat kepada nabi Muhammad. Salawat dari malaikat berarti memohonkan ampunan untuk nabi Muhammad. Sedangkan salawat dari umat mukmin berarti berdoa supaya nabi Muhammad diberi rahmat.


Makna dan Hikmah Membaca Salawat



Meluruskan salah kaprah tentang salawat dan syafaat




  • Bentuk Penghormatan
    Perintah kepada manusia mengucapkan salawat dan salam untuk nabi disebutkan dalam ayat tersebut dimaksudkan lebih sebagai bentuk penghormatan khusus kepada nabi Muhammad saw. Selain dalil naqly tersebut, berdasarkan dalil aqly pun seharusnya bersalawat lebih dipahami sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan khusus kepada nabi dari pada sebagai doa, mengingat selain nabi Muhammad saw pada dasarnya bersih dari dosa juga telah dijamin pasti menjadi ahli sorga. Sehingga sesungguhnya beliau tidak memerlukan doa dari umat beliau, tetapi sebaliknya justru umatlah yang memerlukan doa beliau dalam bentuk syafaat.

    Salah kaprah
    Namun dalam perkembangannya, di banyak kalangan umat muslim pemahaman terhadap makna pengucapan salawat tersebut tampaknya telah terjadi salah kaprah atau sedikitnya kurang cermat. Terbukti terutama ketika selaku pembicara dalam berbagai pertemuan bahkan khutbah salat mengucapkan salawat dalam bahasa Indonesia kalimatnya kerapkali ditambah-tambahi dengan kalimat sebagai berikut (ditulis dengan huruf tebal): "Salawat dan salam semoga Allah swt curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad beserta keluarganya dan para sahabat, kaum muslimin dan muslimat yang selalu setia mengikuti ajarannya hingga di hari kiamat ...dst..dst..



  • Kalau diuraikan demikian, maka salawat tersebut sudah kehilangan sifat kekhususannya.




  • Mengharapkan Syafaat

    Sesuai tartil (sistem urutan) Alquran, kata 'syafaat' disebutkan dalam surat AlBaqarah.

    وَاتَّقُوا يَوْمًا لَّا تَجْزِي نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ

    Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong

    Al-Baqarah 48

    Syafaat pada hakikatnya adalah doa, atau memediasi orang lain untuk mendapatkan kebaikan dan menolak keburukan. Atau dengan kata lain syafa’at adalah memintakan kepada Allah swt di akhirat untuk kepentingan orang lain. Untuk sekadar catatan bahwa golongan Ahmadiyah memahami dan mempercayai tentang syafaat nabi Muhammad saw tidak hanya berlaku untuk di akhirat kelak, tetapi berlaku dan dapat diperoleh umat muslim ketika masih hidup di dunia, tanpa menunjukkan dalil dan dasarnya. Tetapi arah dari pendapat tersebut menjadi jelas ketika mereka menyebutkan bahwa salah satu penerima syafaat dari nabi Muhammad saw adalah Mirza Ghulam Ahmad yang mereka percaya sebagai nabi sesudah nabi Muhammad saw.



    Syafaat ada bermacam macam, diantaranya ada yang khusus dilakukan oleh Nabi Muhammad, yaitu syafaat bagi manusia ketika di padang Mahsyar dengan memohon kepada Allah agar segera memberikan keputusan hukum bagi mereka, syafaat bagi calon penduduk surga untuk bisa masuk surga, syafaat bagi pamannya yaitu Abu Thalib untuk mendapat keringanan adzab. Namun pada dasarnya syafaat dapat diberikan oleh siapa saja atas seizin Allah swt, termasuk Nabi pun tidak dapat memberikan syafaat tanpa ridho dan izin dari-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai ayat berikut.

    يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ

    Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafa'at melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya

    Al-Anbiya 28

    وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِن بَعْدِ أَن يَأْذَنَ اللَّـهُ لِمَن يَشَاءُ وَيَرْضَىٰ

    Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa'at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya)

    An-Najm 26

    ..مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ..

    ..Tiada yang dapat memberi syafa't di sisi Allah tanpa izin-Nya..

    Al-Baqarah 255

    يَوْمَئِذٍ لَّا تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَـٰنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلًا

    Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya

    Taha 109

    يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ وَهُم مِّنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ

    Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafa'at melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya

    Al-Anbiya 28

    مَّن يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُن لَّهُ نَصِيبٌ مِّنْهَاوَمَن يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُن لَّهُ كِفْلٌ مِّنْهَاوَكَانَ اللَّـهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُّقِيتًا

    Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. Dan barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu

    An-Nisaa 85


  • Jalur doa melalui mediasi yang resmi dikukuhkan oleh sabda Nabi saw adalah anak salih yang mendoakan orang tua.

    Demikianlah penjelasan tentang Salawat dan Syafaat: Sebuah Salah Kaprah. Semoga bermanfaat


    Simak Juga:




    Posting Komentar