Berbeda dengan pendapat kebanyakan para ulama yang menganggap bahwa terusirnya Nabi Adam as dan istrinya Hawa dari sorga akibat dosa gegara terpengaruh godaan Iblis sebagai malapetaka bahkan kutukan. Namun menurut Mohammad Iqbal, seorang cendekiawan muslim tingkat dunia, pengalaman Adam dan Hawa ketika di sorga tersebut justru
merupakan berkah sekaligus menjadi pertanda awal kebangkitan manusia dari keadaan yang 'dininabobokkan' bagaikan anak kecil menuju ke tingkat dan derajat yang lebih tinggi melalui jalan ujian di muka bumi dengan bekal akal dan predikat dan pangkat 'khalifah' di pundaknya.
الّذي خلق الموت والحيات ليبلوكم ايّكم احسن عملاوهوالعزيزالغفور
"Dialah yang menciptakan mati dan hidup guna menguji kalian mana (siapa) di antara kalian yang paling baik amal perbuatannya. Dan Dialah Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun".
Al-Mulk 2
ولنبلونٌٌكم بشئ من الخوف والجوع ونقس من الاموال والأنفس والثمرات وبشّرالصابرين (١٥٥) الّذين اذآاصابتهم مصيبةقالوآانّاللّه وانّآاليه راجعون ~ البقرة ١٥٦
"Dan sungguh akan kami uji kalian dengan suatu kecemasan, kelaparan, kekurangan harta, (ancaman) jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar".
Cara Terbaru Lulus Ujian
Seperti halnya bersekolah, untuk mencapai kenaikan kelas harus dapat lulus melewati proses ujian, dan memang hidup di dunia ini pada hakikatnya adalah ujian. Ujian tersebut meliputi segala macam keadaan yang dialami manusia, baik pada saat muda maupun tua, keadaan kaya atau miskin, keadaan sehat atau sakit, sebagai orang terpandang maupun hina dina, keadaan suka atau duka, dan seterusnya. Ketika dalam keadaan yang menyenangkan dirinya apakah dia bersyukur, atau sebaliknya pada saat keadaan sedih ia mampu bersabar, itulah materi pokok ujiannya. Selain karena tidak ada pilihan lain kecuali kedua pilihan sikap tersebut, bila dijalankan dengan hati ikhlas dampaknya akan jauh lebih baik bagi dirinya dibandingkan bila melakukan hal yang sebaliknya. Dan ujian yang paling berat adalah ketika seseorang, sadar atau tidak, merasa atau tidak, telah (banyak) melakukan kebajikan dalam hidupnya, namun kondisi tidak menyenangkan suatu saat tetap saja dapat menimpa dirinya, sebagaimana dialami oleh Joko Mulyanto, pendiri yayasan sosial Bani Hayim beralamat di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan yang pernah diundang sebagai tamu dalam suatu acara talk show di sebuah stasiun televisi swasta. Kiprahnya dimulai ketika dia bersama istrinya baru memiliki dua orang anak ditambah satu anak angkat dengan penghasilan pas-pasan sebagai sopir angkot, memutuskan untuk menampung dan merawat seorang anak umur 7 tahun yang kehilangan ayahnya pada peristiwa kerusuhan 1998 lalu. Seiring dengan perjalanan waktu, anak asuh yang dititipkan orang-orang yang berasal dari sejumlah daerah jumlahnya kian waktu kian bertambah, sementara dari istrinya sendiri lahir dan bertambah dua orang anak lagi, sampai seluruhnya mencapai tak kurang dari tiga puluh orang anak. Semuanya memerlukan makan, pakaian dan biaya sekolah, mulai dari SD dan SMU. Menurutnya, semua itu bisa terjadi dan berjalan –meski di luar nalar normal-- karena pertolongan Tuhan. Kita yang mendengarnya bisa jadi masih bisa bernafas lega. Namun ketika dia kemudian bercerita bahwa saat ini dirinya tengah didera penyakit diabetes dan hepatitis, sehingga dapat mengancam atau menggoyahkan kelangsungan yayasan yang dipimpinnya. Melihat kenyataan itu lalu kita berpikir dan boleh jadi bertanya,mengapa orang yang demikian baik dan banyak nian amal salehnya justru mendapat ujian dan musibah berat seperti yang dialaminya? Lalu kapan ujian itu dinyatakan lulus? Jawabannya di akhirat. Itulah arti dan makna adanya kehidupan di akhirat bagi yang percaya. Lebih dari itu, pertanyaannya kapan kelulusan itu diwisuda? Jawabnya, wisuda itu dilakukan oleh dan di hadapan Tuhan:
فمن كان يرجوالقآءربّه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربّه احدا
"Maka barangsiapa mengharapkan bertemu dengan Tuhannya, maka berbuatlah amal kebajikanan dan jangan sekali-kali menyekutukan Tuhan dengan sesuatupun dari makhlukNya".
Al-Kahfi 110