PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

September 18, 2015

Asmaul Husna: Tuhan Maha Demokratis


Penggali dan Pengawal Demokrasi Islam dengan motto'fastabiqulkhairat' versi terjemahan mutakhir: 'terdepan dalam kebajikan'
(Biografi)







Cikal Bakal Demokrasi

Untuk memahami demokrasi secara lebih utuh ada baiknya menyimak kembali secara ringkas sejarah perkembangan demokrasi di dunia. Gagasan demokrasi muncul sejak abad ke-2 sebelum masehi. Saat itu flilsuf terkemuka dari Yunani, Aristoteles membagi sistem pemerintahan ke dalam dua penilaian, yakni sistem yang baik dan sistem yang buruk. Penilaian itu lebih didasarkan pada teknis bagaimana pemerintahan itu diperoleh dan dilaksanakan. Menurutnya, demokrasi langsung dinilai bukan sistem pemerintahan yang baik, karena keputusan yang buruk dapat diambil akibat turut sertanya warga yang nirkapasitas. Contohnya, dalam sistem demokrasi yang menerapkan prinsip one man one vote keputusan seorang profesor dengan emak-emak tukang gado-gado di dalam bilik suara pada saat pemilihan umum nilainya sama. Lebih lanjut Aristoteles membandingkan antara pemerintahan oleh satu orang dengan bentuk monarki dinilai lebih baik dari pada bentuk tirani. Sementara pemerintahan oleh sedikit orang dengan bentuk aristokrasi berkarakter baik, sedangkan oligarki buruk. Berabad abad sesudah itu demokrasi menghilang hingga muncul kembali pada abad 15 dalam bentuk teori-teori kekuasaan. Pada masa abad pertengahan itu kekuasaan negara yang super kuat dan disokong oleh legitimasi dari gereja dikritik. Lahirlah teori kontrak sosial yang dicetuskan oleh John Locke dan Thomas Hobbes, lalu ada pula teori kekuasaan oleh Voltaire dan J.J.Rosseau. Dalam perkembangannya pada abad berikutnya, seorang tokoh pejuang demokrasi sekaligus presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, menjelaskan tentang pengertian demokrasi. Menurutnya, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Disebutkan bahwa demokrasi menghendaki kebebasan bagi tiap-tiap individu untuk menyampaikan kepentingannya, serta memberikan ruang tanpa kecuali untuk turut menentukan keputusan dalam pemerintahan.

Dilanjutkan dialog berikutnya antara Tuhan dan iblis.


قال ما منعك ألّاتسجد!ذأمرتك قال أناخيرمنه خلقتني من نار وخلقته من طين


Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah"


Al-A'raf 12

Kemudian dialog berlanjut.

قَالَ أَنظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ


Iblis berkata (memohon kepada Tuhan): "Berilah aku kesempatan hingga hari kebangkitan kelak"

Al-A'raf 14

Selama berabad-abad bahkan di kalangan ulama besar, jika bicara soal sistem demokrasi dalam Islam, para ulama selalu dan hanya mengacu pada surat as-Syura 38

وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ


…sedang urusan mereka (didasarkan pada) musyawarah antara mereka..

Ayat tersebut sesungguhnya lebih merujuk pada implementasi dan praktik sistem demokrasi. Sebagai contoh, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah merupakan hasil final dari kesepakatan (musyawarah dan mufakat) di antara seluruh pemangku kepentingan dan segenap komponen bangsa Indonesia sebagai negara kebangsaan. Mengubah dan melanggar apalagi merusak kesepakatan tersebut sama saja artinya dengan melanggar dan merusak prinsip ajaran Islam tentang bermasyarakat dan bernegara. Contoh ketidakmampuan mengamalkan prinsip 'musyawarah' ajaran Islam tersebut yang terkesan menemui 'dead lock' atau jalan buntu telah dipertontonkan di lingkungan pemerintahan provinsi DKI Jakarta yang notabene merupakan hasil dari politik identitas (politisasi agama)dan belum kunjung mencapai kata sepakat untuk menunjuk Wakil Geburnur definitif menggantikan Sandiaga Uno yang mencalonkan diri sebagai wakil presiden untuk periode 2019-2024 pada Pilpres 2019.

Cikal Bakal Demokrasi Liberal


Prinsip utama demokrasi adalah penghormatan terhadap kebebasan individu (hak hidup, hak menyatakan pendapat dan berekspresi). Konsep demokrasi pada awalnya digagas dan dicetuskan oleh Voltaire, seorang filsuf asal Prancis yang hidup pada abad ke-18. Belakangan Amerika Serikat mengklaim dirinya sebagai pendekar dan penegak demokrasi. Belum banyak yang mengemukakan dan mengulas bahwa konsep demokrasi sesungguhnya telah ada sebelum manusia “turun” ke dunia, seiring dengan kisah terusirnya Adam dan istrinya Hawa dari sorga. Hal itu dapat ditelisik bila mengikuti sebuah segmen dialog ruhani antara Tuhan dengan Malaikat dan Iblis bagaimana Tuhan mempertunjukkan sikap atau sifat demokrasi itu sebagaimana diuraikan dalam Alquran (QS 7:12-18). Tuhan Yang Maha Lembut dan Bijaksana membuka kesempatan bagi iblis untuk mengemukakan “asiprasi” dan pendapatnya dalam sabdaNya: “Apa yang menghalangimu untuk tunduk pada perintahKu agar sujud (kepada Adam)?”. Bahkan pada dialog berikutnya seakan di sana terjadi suatu “negosiasi” antara Khalik dan makhlukNya. Sebuah bukti nyata betapa luar biasa Tuhan menghargai makhlukNya! Tak hanya itu, sikap demokratis Tuhan itu lagi-lagi ditunjukkan pada kurun waktu kemudian lewat sebuah dialog dengan Nabi Ibrahim as. Bahkan dalam nada “kurang ajar”, ketika nabi Ibrahim as dapat dibilang "mengkritisi" seraya “mempertanyakan” eksistensi dan atau kekuasaan Tuhan. Namun alih-alih murka Tuhan malah dengan “telaten” dan “murah hati” menjelaskan pokok persoalannya.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَـٰكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّـهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "(Bukan begitu, Tuhan). Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap kokoh (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

Al Baqarah 260

Halaman: 1 2 3



Simak Juga:




Posting Komentar