PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Oktober 31, 2016

Doa Mustajab: Hikmah dan Cara Berdoa


Antara Sain dan Agama



Para ahli sependapat bahwa ilmu pengetahuan manusia diperoleh melalui dua sumber. Pertama, science (ilmu) didapat melalui usaha akal budi dan penalaran manusia, yang hasilnya bersifat relatif atau tidak pasti, mungkin salah atau mungkin benar. Kedua, agama diterima manusia
dari wahyu (naqly) dalam bentuk dogma ("paket siap saji") yang diturunkan Tuhan ke dunia berdasarkan nubuwat, yang kebenarannya bersifat absolut dan abadi. Hanya saja, dalam praktik kerapkali terjadi pencampuradukan dan pengaburan pengertian antara kebenaran absolut dari wahyu ansich dengan kebenaran relatif dari pemahaman atas wahyu itu sendiri. Kendati agama dan akal keduanya berasal dari Tuhan, namun masing-masing memiliki cakupan dan kaidah pemahaman yang berbeda. Science (Sain) menghendaki naturalisme, tunduk pada metode pembuktian ilmiah, dan hukum sebab akibat, atau dengan kata lain menuntut daya nalar, logika dan bersifat rasional. Sedangkan agama menghendaki supernaturalisme, meliputi bidang metafisika dan hal-hal gaib yang mengisbatkan hampir sepenuhnya pada faktor kepercayaan yang tidak dapat diuji secara laboratorium. Namun demikian satu hal harus diingat dan digarisbawahi bahwa bahaya terbesar dari kepercayaan adalah kepercayaan yang tidak didasari pada nalar yang benar, sebagaimana diungkapkan dalam Alquran.

وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا ۚ إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ

Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan

Yunus 36

وَمَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍإِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا

Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran

An-Najm 28

Bila megingat metode pemahamannya yang bertolak belakang maka sepintas lalu kedua prinsip tersebut kelihatannya sulit dipertemukan. Sekalipun demikian dewasa ini para ahli agama pada umumnya menganggap bahwa tidak ada pertentangan antara agama dan akal, bahkan dapat saling menguatkan.

Seperti diketahui bahwa keberadaan dan gerak gerik alam semesta ini seluruhnya diatur dan tunduk pada suatu sistem yang disebut hukum alam atau dalam bahasa agama disebut sunatullah, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.

سُنَّةَ اللَّـهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلُ ۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّـهِ تَبْدِيلًا

Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu

Al-Fath 23


Cara Doa Mustajab yang Benar



Tak ubahnya seperti hard ware dan soft ware yang merupakan satu kesatuan dalam sebuah komputer. Kalau alam semesta ini bukan merupakan sesuatu yang teratur, maka akan sukar sekali bagi kita untuk melakukan penyelidikan atau sesuatu usaha. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan berkembang dan mengalami kemajuan pesat seperti sekarang ini kalau perilaku komponen-komponen alam semesta ini tidak mempunyai hukun atau aturan tertentu. Dalam bidang kedokteran umpamanya, hanya dengan asumsi bahwa tiap-tiap keadaan kencing manis (diabetes) merupakan hal yang sama serta mengikuti alur dan aturan-aturan tertentu, maka penelitian dapat dilakukan sampai akhirnya dapat ditemukan obatnya yang bernama insuline. Kalau kita disuruh memilih antara science yang teratur dan agama yang tidak teratur, maka kita terpaksa akan memilih science.

Dalam pandangan itu jika doa dan ikhtiar atau usaha diletakkan dalam kaidah kausalitas, maka doa merupakan suprastruktur atau prima causa (sebab pertama dan utama). Sedangkan ikhtiar sebagai casus belly (sebab langsung). Atau dapat juga dikatakan bahwa ikhtiar merupakan faktor dominan, sedangkan doa merupakan faktor variabel. Ambil contoh misalnya, ketika menghadapi masalah sepeda motor mogok karena businya rusak (mati), jika tindakan yang dilakukan hanya berdoa, maka kemungkinan besar sepeda motor akan tetap mogok. Namun sebaliknya jika langkah yang diambil adalah membeli dan menggantikan busi yang rusak dengan busi yang baru, maka kemungkinan besar sepeda motor akan dapat berjalan kembali.

Oleh karenanya dalam agama berlaku satu ketentuan bahwa jika (apalagi) keseluruhan atau sebahagian (saja) dari suatu agama mengandung ketidakbenaran, maka kepercayaan itu harus ditolak. Kemajuan pesat yang berhasil dicapai umat manusia dalam bidang ilmu pengetahuan hingga hari ini terkadang membuat kalangan penganut agama cukup mengalami kesulitan dalam mempertahankan kepercayaannya. Salah satu contohnya adalah kepercayaan tentang asal usul manusia (genesis). Semua pemeluk agama samawi mempercayai bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama yang secara khusus diciptakan oleh Tuhan. Namun adanya penemuan ilmiah tentang asal usul manusia pada abad lalu seakan-akan telah menggugurkan kepercayaan tersebut. Berdasarkan bukti-bukti arkeologis dan penelitian dengan metode ilmiah melalui uji laboratorium yang diprakarsai oleh Charles Darwin, seorang ahli biologi bangsa Inggris, mengindikasikan bahwa makhluk yang hidup pada waktu sekarang ini merupakan keturunan dari makhluk yang kurang sempurna yang hidup jutaan tahun lalu melalui proses yang kemudian dikenal sebagai teori evolusi (sebuah teori yang sangat faktual dan rasional), tak terkecuali atau termasuk di antaranya adalah manusia. Demikian pula teori tentang asal usul kejadian alam semesta yang berbeda dengan kepercayaan dan pemahaman para pemeluk agama melalui keterangan wahyu selama ini. Kemudian mengenai efektivitas salat meminta hujan versus teknologi hujan buatan. Namun demikian, menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan manusia tersebut tentu saja khususnya kalangan para ahli agama dituntut untuk melakukan penelitian dan berpikir lebih keras lagi guna mencari rahasia sekaligus memberikan jawaban yang tak kalah ilmiah atas berbagai kenyataan tersebut (kalau tidak ingin disebut 'kitab suci adalah fiksi' sebagaimana pendapat salah satunya dari seorang filosof atheis Rocky Gerung), seorang dosen di Universitas Indonesia, Jakarta. Dengan demikian agama akan tetap berdiri kokoh dan menjadi petunjuk jalan yang benar dan menyelamatkan yang berlaku sepanjang zaman bagi sekalian umat manusia di muka bumi.


Adab dalam Doa Mustajab


Berdoa adalah meminta atau memohon sesuatu yang kita perlukan dan harapkan. Meminta kepada sesama manusia saja perlu ada cara dan adab atau sopan santunnya, apalagi kepada Tuhan Yang Maha Mulia dan Tempat Meminta. Tuhan melalui wahyu Alquran sesungguhnya sudah cukup jelas memberikan pedoman dan tuntunan adab doa mustajab yang makbul. Untuk melengkapi atau memperjelas ayat tersebut Nabi saw juga memberikan tauladan praktis, seperti misalnya berdoa seusai menunaikan salat wajib lima waktu. Dalam hal itu beliau tidak pernah memberikan contoh memanjatkan doa (wirid, Jawa) secara berjamaah, seperti misalnya beliau memimpin sementara jamaah makmum mengikuti dengan suara keras. dengan suara keras pula. Dan dalam hal tersebut seyogianya diingat bahwa dalam hal ibadah ritual (horizontal) berlaku sebuah postulat dan azas ushul fikih yang berbunyi: semua (perbuatan) dilarang kecuali yang diperintahkan.

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةًإِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas

Al-A'raf 55

Ketika memanjatkan doa untuk memohon pertolongan kepada Sang Pencipta, khususnya untuk keperluan berkaitan dengan urusan dunia, hendaklah diingat nasihat Nabiyullah saw tentang life skills (keterampilan hidup), dalam sabdanya bahwa: Barangsiapa menghendaki dunia, maka ada ilmunya (maksudnya, sunnatullah atas dasar hukum kausalitas tersebut). Dan barangsiapa menghendaki akhirat ada ilmunya (petunjuk wahyu Alquran tentang hal yang gaib, khususnya kabar tentang 'hidup sesudah mati' atau alam akhirat). Sedangkan barangsiapa menghendaki keduanya juga ada ilmunya.

Simak Juga:




Posting Komentar