Beringin Angker
Secara ringkas dapat digambarkan bahwa perjalanan manusia untuk mengenal dan menuju tuhan harus menempuh proses dan jalan panjang dalam kurun waktu ribuan tahun, bahkan seumur manusia itu sendiri. Menurut versi agama-agama
samawi khususnya Islam diriwayatkan bahwa Adam as dan istrinya sebagai manusia pertama yang bukan hanya mengenal tetapi bahkan pernah “menemui” Tuhan Yang Esa. Kesaksian langsung Nabi Adam as atas sifat keesaan Tuhan telah menjadikannya sebagai pelopor agama --dalam theologi atau ilmu ketuhanan disebut-- monotheisme. Namun setelah itu bagaimana perkembangan selanjutnya antara manusia dengan tuhan lebih banyak bersumber pada kitab-kitab zabur, taurat dan injil, sampai kemudian turun wahyu Tuhan dalam bentuk Alquran yang antara lain meriwayatkan tentang umat Nabi Nuh as yang telah berbuat syirik atau menyekutukan Tuhan karena menyembah patung berhala, ironisnya justru mereka sendiri yang membuatnya. Sementara itu, menurut versi arkeologi dan anthropologi menemukan bukti sejarah bahwa pada tahap primitif manusia purba menganut animisme, yakni suatu kepercayaan bahwa semua benda yang berwujud indrawi memiliki roh. Bahwa roh tersebut terdiri dari dua kelompok, yakni roh baik dan roh jahat. Pemganut animisme memuja dan meminta perlindungan kepada roh baik agar melindungi kehidupan mereka dari pengaruh roh jahat.
Selanjutnya, pada tahap pemikiran yang lebih maju manusia menganut dinamisme, yaitu suatu kepercayaan bahwa benda-benda atau tempat-tempat tertentu memiliki kekuatan misterius atau gaib. Inilah akar dan cikal bakal bentuk syirik atau menyekutukan Tuhan di lingkungan masyarakat dengan tingkat pemikiran yang lebih maju. Yaitu kesadaran akan adanya kekuatan di luar dirinya. Jika dibandingkan dengan keterangan wahyu Alquran, maka kesalahan yang paling fatal dan paling besar yang dilakukan umat Nabi Nuh as adalah syirik atau menurut arkeologi disebut kepercayaan dinamisme, sehingga diturunkan azab banjir bah. Menurut Islam, syirik merupakan dosa paling besar yang sangat dimurkai Tuhan sehingga tak terampuni. Dan malah bukan pada kepercayaan yang tidak mempercayai adanya tuhan (atheisme).
إِنَّ اللَّـهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّـهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya
An-Nisaa 116
Sebagaimana juga Lukman berpesan kepada anaknya
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّـهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"
Lukman 13
Ditegaskan di ayat lain.
أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّـهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّـهِ
..bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah...
Ali Imran 64
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَـٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَـٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَـٰذَا رَبِّي هَـٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
samawi khususnya Islam diriwayatkan bahwa Adam as dan istrinya sebagai manusia pertama yang bukan hanya mengenal tetapi bahkan pernah “menemui” Tuhan Yang Esa. Kesaksian langsung Nabi Adam as atas sifat keesaan Tuhan telah menjadikannya sebagai pelopor agama --dalam theologi atau ilmu ketuhanan disebut-- monotheisme. Namun setelah itu bagaimana perkembangan selanjutnya antara manusia dengan tuhan lebih banyak bersumber pada kitab-kitab zabur, taurat dan injil, sampai kemudian turun wahyu Tuhan dalam bentuk Alquran yang antara lain meriwayatkan tentang umat Nabi Nuh as yang telah berbuat syirik atau menyekutukan Tuhan karena menyembah patung berhala, ironisnya justru mereka sendiri yang membuatnya. Sementara itu, menurut versi arkeologi dan anthropologi menemukan bukti sejarah bahwa pada tahap primitif manusia purba menganut animisme, yakni suatu kepercayaan bahwa semua benda yang berwujud indrawi memiliki roh. Bahwa roh tersebut terdiri dari dua kelompok, yakni roh baik dan roh jahat. Pemganut animisme memuja dan meminta perlindungan kepada roh baik agar melindungi kehidupan mereka dari pengaruh roh jahat.
Selanjutnya, pada tahap pemikiran yang lebih maju manusia menganut dinamisme, yaitu suatu kepercayaan bahwa benda-benda atau tempat-tempat tertentu memiliki kekuatan misterius atau gaib. Inilah akar dan cikal bakal bentuk syirik atau menyekutukan Tuhan di lingkungan masyarakat dengan tingkat pemikiran yang lebih maju. Yaitu kesadaran akan adanya kekuatan di luar dirinya. Jika dibandingkan dengan keterangan wahyu Alquran, maka kesalahan yang paling fatal dan paling besar yang dilakukan umat Nabi Nuh as adalah syirik atau menurut arkeologi disebut kepercayaan dinamisme, sehingga diturunkan azab banjir bah. Menurut Islam, syirik merupakan dosa paling besar yang sangat dimurkai Tuhan sehingga tak terampuni. Dan malah bukan pada kepercayaan yang tidak mempercayai adanya tuhan (atheisme).
إِنَّ اللَّـهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّـهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya
An-Nisaa 116
Sebagaimana juga Lukman berpesan kepada anaknya
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّـهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"
Lukman 13
Ditegaskan di ayat lain.
أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّـهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّـهِ
..bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah...
Ali Imran 64
Kepercayaan dinamisme tersebut terus berlangsung dan berkembang dalam jangka lama hingga zaman umat nabi Harun as. Bahkan nabi Ibrahim as sendiri yang termasuk dalam kelompok “ulul ‘azmi” sekaligus sebagai bapak para nabi sempat terbawa aliran dinamisme ketika harus mencari dan menemukan tuhan melalui proses pemikiran dan perenungannya sendiri. Sedangkan bapaknya atau sebagian riwayat nenyebut pamannya tetap bertahan dengan kepercayaan dinamisme atau syirik.
Keris Pedut |
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَـٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَـٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَـٰذَا رَبِّي هَـٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat".
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan
Al An'am 76-79
Tahap pemikiran berikutnya adalah manusia menganut politheisme, yakni suatu kepercayaan bahwa tuhan itu banyak. Agama Hindu dan Nasrani setelah dalam proses sejarah mengalami campur tangan manusia, sehingga terjadi penyimpangan dari kepercayaan monotheisme menjadi politheisme.
Pada tahap pemikiran manusia lebih maju lagi, sekitar dua abad yang lalu muncul materialisme, yakni suatu paham atau kepercayaan bahwa realitas yang sesungguhnya dan benar-benar ada itu adalah materi. Bahwa pada dasarnya semua kenyataan berikut fenomena di dunia terdiri dari materi dan hasil interaksi dari materi. Materi adalah satu-satunya substansi, demikian menurut paham ini. Sedangkan entitas immateri atau nonbendawi, seperti roh, adikodrati bahkan tuhan tidak ada. Paham ini dipelopori oleh seorang filsuf Ludwig Feurbach asal Jerman. Mungkin di dunia ini hanya dialah satu-satunya manusia yang tidak percaya adanya tuhan (atheis), atau setidaknya adanya kekuatan di luar dirinya. Karena menurut ilmu jiwa, pada dasarnya semua manusia bertuhan. Oleh karenanya, boleh jadi Tuhan "tidak perlu murka" terhadap pemikiran materialisme yang menjadi dasar pemikiran atheisme itu argumennya sangat mudah dipatahkan. Ia tidak mampu menjawab dan menjelaskan, bagaimana proses materinya sehingga lahir kepercayaan materialisme itu sendiri.
Ludwig Feurbach
Jika kepercayaan dinamisme selama ini berbasis pada benda yang bersifat indrawi, namun belakangan atau sesunggihnya berlangsung sudah beberapa lalu sebahagian umat muslin tanpa disadari telah tergelincir kedalam kepercayaan dinamisme atau syirik dengan menuhankan agama. Kalau dinamisme dulu obyek tuhannya adalah benda nyata, dinamisme kali ini obyek tuhannya abstrak, yakni agama. Mereka menganggap bahwa agama lebih berkuasa dan memiliki kekuatan melebihi Tuhan atau setidaknya dianggap memiliki kekuatan selain Tuhan.
Itulah makna dan hakikat syirik, dan begitu pulalah dalam praktiknya selama ini. Dalam era kebebasan berpikir dan taraf perkembangan tingkat pemikiran manusia yang super maju saat ini, disadari atau tak disadari mereka telah terperosok kedalam kesesatan baru yang justru mendatangkan kemurkaan Tuhan. Gegara muncul aksi Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF)-MUI, sejak saat itu di berbagai khutbah Jumat dan ceramah agama kerapkali dikumandangkan seruan untuk membela agama bahkan ulama yang disengaja atau tidak disengaja sesungguhnya telah melenceng dari pengertian sebagaimana dimaksud dalam Alquran dengan istilah 'berjuang di jalan Allah'.مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّـهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّـهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui
Al-Baqarah 261
Di zaman nabi Ibrahim as dan masyarakat jahiliyah masa Nabi saw dulu, patung latta dan 'uzza yang kasat mata dan konkret dijadikan sebagai berhala sesembahan layaknya tuhan. Namun di abad modern, lebih-lebih belakangan ini tampak gejala baru, yaitu agama juga berubah fungsi, bukan lagi menjadi dan sebagai petunjuk kehidupan di dunia dan akhirat, akan tetapi telah berubah fungsi sebagai alat (makhluk) untuk memperoleh dan meraih kekuasaan serta kekuatan dunia layaknya kepercayaan dinamisme. Itulah bentuk syirik paling mutakhir yang telah dilakukan dan disebarluaskan oleh segolongan umat muslim, khususnya kelompok ulama yang berambisi dan berorientasi politik kekuasaan semata.