PORTAL KAJIAN ISLAM KONTEMPORER: Memadukan Wahyu dan Nalar Sehat Menuju Keseimbangan Hidup. "Banyak orang terjerumus karena menilai kebenaran dari SIAPA yang mengatakan, bukan dari APA yang dikatakan"

Juli 12, 2019

Strategi Dakwah Tingkat Tinggi






Berbagai artikel tentang strategi dakwah Rasulullah saw yang dapat dijumpai di dunia maya, tinjauannya kebanyakan menitikberatkan pada persoalan teknis dan infrastruktur, seperti misalnya pembangunan mesjid, membuat perjanjian dengan kaum ahli kitab dan membangun ukhuwah islamiyah serta sistem pemerintahan di
kota Madinah. Tetapi tidak semua langkah tersebut dapat begitu saja diadopsi atau "ditelan mentah-mentah" hanya karena alasan bersumber dari Rasulullah saw, karena waktu dan tempat yang berbeda sesungguhnya dan tentu saja diperlukan teknik dan strategi dakwah yang berbeda. Sebelum sampai pembicaraan mengenai Strategi Dakwah Tingkat Tinggi, sebagai perbandingan ada baiknya mengambil satu contoh alternatif strategi dakwah yang fenomenal melalui pendekatan seni dan budaya yang dilakukan para Walisongo, khususnya Sunan Kalijodo, yang telah terbukti dan berhasil "mengislamkan" masyarakat Jawa dengan damai tanpa resistensi yang berarti. Sehubungan dengan hal tersebut, artikel ini ingin menyajikan tinjauan tentang strategi dakwah dari perspektif suprastruktur dan aspek lain yang lebih mendasar dan seharusnya diterapkan di manapun dan kapanpun  dalam kegiatan dakwah dilakukan.
Sebagaimana diriwayatkan dalam Alquran tentang penciptaan manusia terungkap bahwa sejak dari penciptaannya manusia memiliki karakter dan paradigma dasar.  Bahwa perselisihan, pertikaian, konflik bahkan kelak kemudian hari perang antar sesama manusia sesungguhnya sudah diprediksi bahkan sejak manusia pertama bernama Adam as akan diciptakan dan kemudian menghuni bumi.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ الَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"

Al-Baqarah 30

Pergulatan dan pertarungan abadi antara sesama manusia itu semakin menjadi ketika manusia kian menyadari akan adanya perbedaan dalam persaingan guna membela dan mempertahankan kepentingan masing-masing, meskipun kadangkala dibungkus dalam bingkai nan indah "atas nama menegakkan kebenaran dan kebajikan". Perbedaan paham atau pendapat yang paling ringan diungkapkan dalam bentuk diskusi, dan perselisihan yang lebih berat adalah berdebat. Dalam pertentangan dan perbedaan pendapat lebih-lebih dalam masalah ideologi diartikan dan disebut sebagai 'perang pemikiran', di samping perang konvensional dalam bentuk fisik layaknya perang militer. Metode 'cuci otak' biasanya dilakukan secara individual, sedangkan 'perang pemikiran' dilakukan secara massal dengan tujuan untuk mengubah dan membalikkan pemikiran dan pandangan terhadap sesuatu hal. Contoh yang fenomenal adalah 'ghozwul fikr' (perang pemikiran) yang dilakukan oleh Snock Horgronye. seorang orientalis berkebangsaan Belanda pada zaman penjajahan dulu.

Cara Memenangkan Debat Bagian dari Strategi Dakwah


Dalam ruang lingkup yang lebih terbatas pertentangan dan perbedaaan pendapat seringkali dimanifestasikan dan diaktulisasikan dalam bentuk perdebatan yang merupakan sarana untuk beradu argumentasi sebagai pijakan untuk mengkuatkan pandangan dan pendapatnya. Contoh cukup fenomenal adalah perdebatan antara wakil ketua DPR RI Fachry Hamzah dan politisi muda pendatang baru Tsamara Amani mengenai keberadaan lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sang wakil ketua DPR RI dari fraksi PKS yang belakangan acapkali berseberanagn dan berbantah dengan pengurus pusatnya tersebut berpendapat bahwa percuma dibentuk lembaga anti rasuah kalau koruptor dengan segala bentuk tindak pidana korupsi masih saja merajalela seperti tidak ada habis-habisnya. Menurutnya, seyogianya lembaga anti rasuah itu dibubarkan saja. Bertahun-tahun pandangan tersebut ia gembar gemborkan tanpa ada satu pun yang mampu membantah dan mendebat, meskipun sesungguhnya banyak pihak khususnya para penggiat anti korupsi tidak setuju bahkan menolak endapat tersebut. Sampai datang suatu masa sang politisi perempuan muda berparas ayu mendebatnya lewat media sosial. Dalam sanggahannya ia mengajukan argumen dengan menganalogikan layaknya rumah sakit dan dokter. Menurutnya, telah berabad-abad rumah sakit didirikan dan pendidikan bidang kesehatan diselenggarakan dengan menghasilkan ribuan tenaga medis baru setiap tahun, namun orang sakit masih tetap saja ada dan seperti tak habis-habisnya. Dengan logika yang sama, kalau demikian halnya rumah sakit dan perguruan tinggi fakultas kedokteran lebih baik ditutup saja. Kelihatannya sederhana, namun hanya politisi muda rupawan pendatang baru itu yang akhirnya mampu dan berhasil "membungkam" sang legilator senior yang gemar "bertengkar" itu sehingga membuatnya terdiam tak lagi berkoar akan membubarkan KPK seraya mengapresiasi sang pendebat.
Dalam ruang lingkup global tidak sedikit konflik dan perselisihan itu terjadi, baik antar bangsa dan negara maupun ideologi dan agama, sehingga klimaksnya meletus dua kali perang dunia. Seakan bara api dampak dari perang dunia kedua belum lagi padam, timbul "perang dingin" antara dua pusat kekuasaan dunia, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet saling bersaing dan berseteru untuk memperebutkan posisi hegemoni dunia. Sehingga pada awal dekade 1990-an lahir teori clash of civilizations (CoC) yang dipaparkan oleh ilmuwan politik Samuel P. Huntington dalam orasi ilmiahnya di American Enterprise Institute, menanggapi buku karya mahasiswanya, Francis Fukuyama, berjudul The End of History and the Last Man, yang pada intinya mengatakan bahwa identitas budaya dan agama seseorang akan menjadi sumber benturan peradaban dan konflik utama di dunia pasca-Perang Dingin, yang kemudian dikembangkan dalam sebuah artikel Foreign Affairs dengan judul "The Clash of Civilizations". Dalam tesisnya, Huntington membagi dunia menjadi "peradaban-peradaban besar". Yang menarik dua di antaranya adalah (1) Peradaban Barat, terdiri dari Amerika Serikat dan Kanada, Eropa Barat dan Tengah, Australia dan Oseania. Sedangkan Amerika Latin dan bekas negara anggota Uni Soviet menurutnya, masih harus dinilai perkembangannya pada masa yang akan datang untuk dimasukkan sebagai bagian dari peradaban Barat. Sudut pandang tradisional Barat menganggap peradaban Barat terdiri dari negara dan kebudayaan Kristen Barat (Katolik-Protestan). Di samping itu disebutkan (2) Dunia Muslim Timur Tengah Raya (kecuali Armenia, Siprus, Ethiopia, Georgia, Israel, Malta, dan Sudan Selatan), Afrika Barat utara, Albania, Bangladesh, Brunei, Komoro, Malaysia, Pakistan, Maladewa dan Indonesia. Memasuki abad 21 kedua peradaban besar inilah yang mengalami benturan sangat keras, yang episentrumnya berada di wilayah Timur Tengah.
Pada intinya tulisan ini hendak mengatakan bahwa dalam setiap perselisihan, pertentangan ataupun konflik dalam segala bentuknya sudah dapat dipastikan bahwa masing-masing pihak merasa bahwa pihaknyalah yang (paling) benar dan baik, bahkan kadangkala dibumbui dan dibungkus dalam bingkai "benar dan baik" menurut versi masing-masing, yang sesugguhnya berakar pada super ego dan bentuk ketakaburan. Jika yang dipaparkan tersebut di atas merupakan pertentangan dan perdebatan biasa karena terjadi antar sesama manusia. Akan tetapi berikut ini adalah perdebatan terbesar sepanjang sejarah umat manusia yang tercatat dalam kitab suci, yakni antara makhluk dan khalik melalui utusanNya, Nabi Ibrahim as.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّـهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّـهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim

Al-Baqarah 258

Jika mencermati jalannya perdebatan sebagaimana diceritakan dalam ayat tersebut timbul pertanyaan, bagaimana mungkin atau bagaimana cara 'orang kafir' tersebut dapat 'menghidupkan dan mematikan (makhluk bernyawa)? Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa rupanya 'orang kafir' tersebut menghadirkan dua orang sebagai 'kelinci percobaan' untuk menunjukkan kekuasaannya itu dengan sebuah siasat. Untuk itu ia menyuruh seorang algojo agar membunuh salah seorang dari dua orang tersebut, sementara satu orang yang lain dibiarkan tetap hidup! Hebatnya, meskipun orang kafir itu telah berbuat curang dan licik, namun Nabi Ibrahim as tidak mempersoalkannya. Bahkan beliau pun tetap melanjutkan debatnya dengan mengajukan argumentasinya untuk menangkis dan menggugurkan argumen lawan debatnya. Sebagai strategi dakwah dalam melaksanakan kegiatan dakwah yang melibatkan diskusi atau kalaupun harus melalui perdebatan, Alquran telah memberikan tuntunan dan pedomannya sebagai berikut.

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِوَالْمَوْعِظَةِالْحَسَنَةِوَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

An-Nahl 125

Demikianlah uraian suprastruktur sebagai dasar strategi dakwah yang dipesankan dalam Alquran.

Simak Juga:




Posting Komentar